Chereads / Surat untuk Megan / Chapter 7 - Bertemu di Acara

Chapter 7 - Bertemu di Acara

Selesai mandi Ayana memakai baju yang sudah dipilih, kemudian berjalan ke maja rias untuk mempercantik dirinya. Beberapa perlengkapan male up ia keluarkan dan memolesi mukanya. Mulai dari wajah, pipi, hingga bibir sampai wajah gadis itu berbeda dari sebelumnya.

Aya tidak tahu apa-apa tentang make up oleh karena itu ia mengambil semua make up milik kakaknya dan menggunakannya dengan asal. meskipun tidak tahu, ia tidak sebodoh yang dipikirkan. gadis itu membuka aplikasi YouTube dan menonton video tutorial make up dari YouTuber ternama.

ia mengaplikasikan semua make up itu sesuai dengan apa yang tertera di YouTube tersebut, namun entah kenapa hasilnya berbeda dari apa yang tayang di sana. Aya merasa wajahnya sangat beda hasil make up di video tersebut.

Brak!

"Ayaaa!!!" seru Aurelie membuka pintu kamar Ayana dengan kencang.

Gadis itu menghampiri adiknya yang sibuk merias wajah. "Lo tuh gak ada kapok-kapoknya ya nyolong make up gue. Gue kan udah bilang, jangan sentuh barang-barang gu—" belum selesai Aurelie berbicara gadis itu malah tertawa melihat wajah adiknya. "Apa-apaan tuh muka? Hahaha …."

"Ka Aurel kenapa sih?" heran Ayana.

Aurel mengarahkan wajah Ayana ke cermin untuk melihat dirinya sendiri.

"Nih lihat wajah lo. Muka putih leher hitam, eyeliner ketebalan, alis kepanjangan, blush on pink banget, bibir merah banget. Lo mau cosplay jadi badut?" kata Aurelie sembari menahan tawanya.

"Emangnya ini tebal ya, Ka?" tanya Ayana mengecek alisnya. Ia tidak tahu kalo hasil karyanya tidak enak dilihat.

Yaiyalah Maemunah, ucap Aurelie dalam hati. "Lagian, lo ngapain sih pakai dandan segala? Kan udah gue larang lo buat make up-an. Lo tuh masih bocah ingusan yang baru lulus SMP. Jangan yang aneh-aneh deh."

"Aya mau ke pesta ulang tahun sepupunya Rena."

"Oh, lo Ada acara?"

Ayana mengangguk mengiyakan ucapan Aurelie.

"Yaudah, karena lo mau datang ke acara gue bakalan bantu lo buat make up." Mendengar itu Ayana senang mendengarnya. "Tapi beneran lo ya pergi ke ulang tahun sepupunya Rena, bukan jalan sama cowok. Pokoknya Rena harus ke sini buat ijin sama gue."

"Okeee …."

Karena mendapat alasan yang masuk akalakal Aurelie pun merias wajah adiknya.

Pertama, Ayana diminta untuk mencuci mukanya. Wajah polos khas anak remaja itu kembali tanpa polesan make up sedikitpun. Kemudian, Aurelie memakaikan Foundation sesuai dengan warna kulit Aya dengan tipis. Setelah itu memolesi sedikit bedak dengan brush.

Aurelie tidak kuliah di bidang kecantikan, namun kecintaannya pada make up membuatnya belajar hingga menjadi jago dalam urusan ini. Tangannya menari-nari di wajah adiknya. Menggambar alis dengan rata, eyeliner dan eyeshadow dengan tipis juga blush on dengan warna yang natural. Tangan ajaibnya membuat Ayana 100% lebih cantik dari sebelumnya.

"Nah sekarang sentuhan terakhir," kata Aureli.

Gadis itu memakaikan lipstik di bibir adiknya.

Selama di make up, Ayana diminta untuk menutup matanya. Setelah selesai, Aurelie meminta adiknya untuk membuka mata.

Betapa cantiknya Ayana sekarang. Make up yang kakaknya buat lebih natural dan membuat wajahnya lebih fresh. Ayana sangat senang, kini ia bisa berangkat ke ulang tahun sepupunya Rena.

Tepat jam 7 malam Rena datang untuk menjemput Ayana. Sebelum pergi, gadis itu juga meminta ijin pada Aurelie untuk mengajak Ayana keluar. Memang susah mengajak Ayana keluar rumah, ia sangat di posesifin oleh kakaknya. Kadang, Aurelie sempat curiga kalo sebenernya mereka berdua sedang janjian untuk bertemu dengan cowok, tapi setelah melihat undangan ulang tahun yang dibawa Rena membuat gadis itu percaya.

"Aya berangkat dulu ya Ka," pamit Ayana.

"Hati-hati, pulangnya jangan malam-malam," pesan Aurelie.

"Iyaaa …"

"Di sana juga lo jangan ganjen sama cowok. Jangan mau diajak kenalan kalo gak ada tujuan yang menguntungkan. Terus jangan mau juga dianterin pulang selain sama Rena. Pokoknya sekali gue lihat lo jalan Sama cowok, gue pastiin tuh cowok bakalan kapok kenal sama lo."

Ayana dan Rena saling tatap, Aurelie memang sadis.

*****

"Mau kemana lo Kak? Rapih banget," tanya Megantara melihat kakaknyakeluar dari kamar dengan berpakaian rapih.

Megantara mengambil cemilan di atas meja kemudian mengganti chanel televisi karena saluran yang ia tonton sangat membosankan. Dengan menggunakan kaos dan celana pendaek laki-laki itu mengangkat kakinya ke atas sofa untuk mendapatkan posisi duduk yang nyaman.

"Lo ngapain santai-santai di sini?" kata Kevin menoyor kepala adiknya. "Lo gak tahu sepupu kita ulang tahun?" Megantara menjawabnya dengan menggeleng kepala. Kevin geram dengan sifat adiknya yang terlalu cuek dengan orang sekitarnya. Yang ada dipikiran anak itu hanyalah belajar, belajar dan belajar.

"Kalo gitu prepare sana," suruh Kevin.

"Prepare mau ngapain?" tanya Megantara mengunyah cemilannya.

"Ya datang ke acara ulang tahun sepupu kita, Jukiii … Ah elah punya adek begini amat."

"Lo aja deh yang dateng, Kak."

"Loh kenapa?"

"Gue mager kemana-mana. Mending di rumah, aman." Megan kembali mengunyak cemilannya dan fokus menonton. Kini ia sudah menemukan chanel kesukaannya, namun baru beberapa detik ia menikmatinya televisi yang ia tonton layarnya mendadak hitam semua.

Megan tahu, ini pasti ulah Kakaknya. Laki-laki itu menoleh ke arah Kevin yang ditangannya terdapat remote untuk mematikan alat elektronik tersebut. Dengan nada jengkel Megan berkata, "bisa gak sih lihat adiknya senang dikit?"

"Nggak," jawab Kevin dengan santainya."

Laki-laki itu berdiri di hadapan Megantara kemudian mengambil cemilan di tangannya. "Gan, lo harus dateng ke ulang tahun sepupu kita."

"Gue kan udah bilang males," kata Megantara malas.

"Gak ada kata males, semenjak itu lo gak pernah lagi ketemu sama saudara-saudara. Selalu gue yang pergi. Kali ini lo harus dateng, Gan. Setiap kali gue datang di acara besar keluarga mereka selalu nanyain lo."

"Ya lo tinggal alesan aja gue sakit atau ada keperluan lain."

"Beberapa tahun lalu alasan gue juga gitu Gan."

"Yaudah, nanti kasih alasan lagi."

"Gak bisa, Gan!" tegas Kevin. Laki-laki itu menarik adiknya agar bangun dari posisi berdirinya. Kemudian mendorongnya naik ke lantai 2 menuju kamar. "Pokoknya gue buka pintunya kalo lo udah selesai siap-siap. Kali ini lo harus datang Gan. Jangan bikin gue susah dengan mencari alasan."

Tak ada pilihan lain, Megantara pun menuruti perintah Kakaknya. Mekipun terpaksa. Bukannya membenci keluarganya, ia hanya tidak tahan dengan cara mereka membanding-bandingkannya dengan Kevin. Ia sangat kesal dengan saudara-saudara dari orang tuanya, ia tahu Kevin si jenius itu selalu menjadi nomor 1. Tapi ia tidak terima jika dirinaya disbanding-bandingkan dengan sang Kakak. Megantara bisa sukses di jalurnya sendiri

*****