Chereads / Surat untuk Megan / Chapter 9 - Pertama kali dekat

Chapter 9 - Pertama kali dekat

Karena memiliki kesamaan, yaitu sama-sama tidak suka dengan keramaian, Megantara mengajak Ayana menjauh dari kerumunan.

Awalnya Ayana ingin menolak, karena ia harus menunggu Rena. Gadis itu takut Rena kesuahan mencarinya ketika mengetahui ia tidak ada pada tempatnya. namun karena Megantara yang mengajak gadis itu langung mengangguk menyetujui ajakan laki-laki itu.

Megantara berjalan keluar dari halaman belakang, di belakang Ayana mengikutinya. Melihat Megantara dari belakang saja sudah membuat Ayana senang, apalagi ketika keduanya bertatap muka. Gadis itu selalu menyediakan tissue takut-takut ia mimisan saat memandang wajah tampan Megantara. Tapi, meskipun benda tersebut sudah ia siapkan, tetap saja ia memilih untuk menunduk tidak melihat wajah laki-laki itu atau menghindar dengan bersembunyi jika tidak sengaja berpapasan dengannya.

Ayana sangat suka style Megantara sekarang ini. Dia berkali-kali lipat terlihat lebih tampan. Biasanya, Ayana hanya bisa melihat Megantara di sekolah tanpa tahu kegiatan laki-laki itu di luar sekolah. Yang ia lihat Megantara memakai seragam putih-abu-abu atau pakaian Basket ketika laki-laki itu mengikuti perlombaan bersama klub Baketnya. Tapi sekarang Anya bisa melihat laki-laki itu dengan pakaian yang berbeda, dia jauh lebih apih dan berwibawa ketika memakai setelan jaz. Cara berjalannya saja menarik perhatian dengan kedua tangannya dimausukkan ke dalam saku celana.

Ingin sekali Ayana menyamakan lamngkahnya kemudian menggandeng tangan pria itu dan berjalan beriringan, namun niat itu harus ia tahan karena takut Megantara tidak suka dengan perbuatannya.

Megantara keren banget! Ucap Ayana dalam hati.

Andai Aya jadi pacar Megantara, pasti Aya akan jadi perempuan paling beruntung di dunia , katanya lagi

Kalau jadi pacarnya Megan, pas ada acara seperti ini pasti Aya diajak, terus Aya dandan yang cantik dan Megan berpakaian seperti itu. Kita jalan beriringan sambil bergandengan. Aaah … senangnya!

Tak terasa Ayana berjalan sambil melamun, selama berjalan ia hanya melihat punggng Megantara dan mengikutinya. Tana sadar mereka berada di halaman depan rumah. Di salah atu sudut halaman itu ada air mancur serta bangku taman yang menghadap ke arahnya. Megantara memilih untuk duduk di sana.

Memilih tempat duduk dengan spot air mancur di depan mereka adalah hal romantis bagi Ayana, mekipun sebenarnya Megantara ingin duduk di sana karena tidak ada tempat duduk lain selain di sana. Tapi tidak apa-apa, Ayana tetap senang. Rumah ini sangat besar dan luas, ebagai anak seorang pejabat rumah sarah mungkin dua atau tiga kali lipat dari rumah Ayana. Halamannya saja sangat lua, ada taman di dalamnya, air mancur hingga beberapa sudut untuk ditumbuhi tanaman. Lampu-lampu taman yang menyala membuat suasana menjadi lebih romantis.

Setelah Megantara duduk, Ayana ikut duduk di sebelah laki-laki itu. Jika sedari tadi yang ia lihat adalah bagian belakang tubuh laki-laki itu kini Ayana meihat Megantara dari arah samping.

Diliat dari sudut mana pun, Megantara tetap ganteng! Puji Ayana dalam hati.

Gadis itu betompang dagu sambil memandang wajah Megantara. Ketampanan laki-laki idi sebelahnya itu membuatnya terhipnotis dari semua pemandangan indah ini, matanya tetap saja tertuju pada Megantara.

"Kenapa ngeliatin gue begitu?" tanya Megantara tiba-tiba.

Ayana terkejut Megantara menatap ke arahnya. "Eh? Ma—maaf," katanya malu-malu.

Karena sudah kepergok oleh Megantaram, Ayana memilih untuk menunduk melihat kedua kakinya yang menapakan kaki di tanah. Ia takut jika melihat ke arah Megantara lagi, laki-laki itu menjadi tidak suka padanya.

"Lo kenapa datang ke pesta ini?" tanya Megantara tanpa menoleh sedikitpun ke arah Ayana.

"Aya di ajak sama Rena," jawab Ayana tidak berani menatap wajah Megantara.

Megantara hanya mengangguk kecil. Setelah itu tidak ada lagi percakapan, keduanya saling diam.

Mungkin Ayana tidak suka tempat ramai, namun jika hanya berdua dengan seseorang ia tidak suka jika diam-diaman seperti ini. Ayana pun memberanikan diri untuk bertanya kembali pada Megantara.

"Kalo Megan?" tanya Ayana bertanya kembali.

Beberapa detik berlalu tidak ada jawaban dari laki-laki itu. Ayana pun merasa canggung ia segera memperjelas pertanyaan nya. "Kalo Megantara kenapa datang juga ke sini?"

"Sarah itu sepupu gue," jawab Megantara singkat.

Kini gantian Ayana yang mengangguk kecil mendengar jawaban dari Megantara. Detik kemudian ia larut dalam dunianya. Gadis itu berpikir jika Megantara adalah sepupunya Sarah, berarti laki-laki itu adaah sepupunya Rena.

Jadi, selama ini Rena adalah sepupunya Megantara? Pantesan dia gak tertarik sama sekali sama Megan. Toh mereka sepupuan.

*****

Di perjalanan pulang, Ayana senyum-senyum sendiri. Ia masih tidak percaya Megantara aka nada di pesta itu juga, bahkan ia sempat bepikir apakah ia sedang bermimpi atau tidak? Mengingat betapa tampannya laki-laki yang disukainya itu saja membuat pipi Ayana memerah, memang gadis ini adalah bucinnya Megantara.

Gadis itu sangat menyayangkan Rena yang mengajaknya pulang. Etelah mendengar teriakan sang sahabat yang mencarinya, Ayana segera pergi meninggalkan Megantara dan pamit untuk menghampiri Rena. Mengingat kejadian itu membuat Ayana kadang menatap rena dengan tatapan kesal. Kenapa dia haru datang di saat yang tidak tepat.

Melihat sahabatnya senyum-senyum sendiri di sebelahnya membuat Rena melihatnya seperti orang gila. Beberapa kali gadis itu memmandang Ayana jijik ketika wajah Ayana memesam kemudian berubah menatapnya sebal.

"Ren, kok kita cepet banget sih pulangnya?" tanya Ayana memanyunkan bibirnya.

Rena pun menjawab, "tadi aja pas awal-awal datang minta pulang. Eh sekaarang gak mau pulang." Sindiran itu sangat pas tertuju pada Ayana.

"Iya kan Aya gak tahu kalo ternyata pestanya seru."

"Dasar labil."

Ayana hanya tertawa kecil mendapat sindiran itu, apa yang dibicarakan Rena adalah benar, jadi ia tidak perlu marah.

"Eh, tapi lo emang kemana sih tadi? Kok bisa ada di luar?" tanya Rena penasaran. Ayana bilang dia akan menunggu di slah satu sudut tempat acara pberlangsung, namun ketika ia ingin pulang justru Ayana tidak ada di sana. Ia menemkan gadis itu di halaman depan rumah.

Dengan hati berbunga-bunga Ayana menjawab, "ketemu Megantara."

"Megantara?"

"Iya, tadi ada Megan di sana, makanya Aya betah hehehe …"

"Hmmm … pantesan betah. Ada gebetannya," ledek Rena menjitak kepala Ayana. Ayana merintih kesakitan mendapat jitakan tersebut.

"Tapi kok, Rena gak bilang sih kalo Rena sama Megantara sepupuan? Kalo tahu gitu kan Aya bakalan semangat datang ke pesta dari awal soalnya kan udah pasti ada Meagantaa yang bakalan datang.

"Gue gak bilang kao ada Megan karena dia jarang datang setiap ada acara keluarga begini. Hampir gak pernah malahan, makanya gue rada terkejut pas tau dia datang."

"Loh? Emangnya kenapa?"

"Gak tahu, tanya aja sama orangnya."

"Hah?"

*****