Suasana pesta sangat ramai, hal ini membuat megan tidak nyaman berada di sini dalam waktu yang lama.
Di sana, Kevin berbaur dengan saudara-saudaranya yang lain juga bertemu dengan sepupu mereka yang berulang tahun. Laki-laki itu mengucapkan 'selamat ulang tahun' kemudian memeluknya. Berbeda dengan sang Adik yang terkesan tidak peduli. Ini kali pertamanya Megan datang ke acara keluarga. Sebelumnya laki-laki itu tidak pernah ikut sama sekali jika ada acara keluaga sebesar apa pun. Mama, Papa serta Kevin yang selalu datang, sedangkan Megan memiih untuk tetap di rumah.
Bagi Megantara, melakukan hal ini tidak lah penting. Berkumpul, tertawa, berbincang tentang sesuatu yang tidak jelas. Ia lebih memilih untuk menambah pengetahuannya dengan buku-buku daipada bebincang dengan manusia tentang manusia lainnya.
"Rah, kenalin ini Megan," kata Kevin memperkenalkan adiknya pada sepuunya, Sarah.
"Sarah," ucap Sarah mengulurkan tangannya.
Beberapa detik Megan tidak membalas jabatan tangan itu membuat Kevin akhirnya turun tangan. Laki-laki itu menarik tangan Megantara agar bejabatan tangan dengan Sarah. Kevin juga member kode pada Megan agar berprilaku baik di depan sepupunya. Megantara pun tersenyum paksa kemudian menyebutkan namanya.
"Lo adiknya Kevin?" tanya Sarah pada Megan. Megan pun mengangguk. "Gue kira lo teman kuliahnya Kevin, baru aja mau gue pacarin hihihi …." Mendengar itu Megan pun tersenyum canggung. Meskipun ia tahu hal itu hanyalah gurauan, tapi ia merasa tidak ingin dekat dengan Sarah.
"Ini gara-gara lo gak pernah ke acara-acara begini, jadinya gak ada yang tau kalo lo masih satu keluarga sama mereka," ledek Kevin menyenggol lengan Megan.
"Oke, kalau begitu selamat menikmati pestanya ya, keep enjoy!" seru Sarah menepuk pundak adik kakak tersebut kemudian pergi menemui tamu-tamu lain yang baru saja datang. Megan menghela napas panjang, akhirnya semua telah selesai.
*****
Mobil taksi yang ditumpangi Aya dan Rena berhenti di sebuah rumah mewah berlantai dua. Setelah membayar uang tariff, dua gadis itu turun dari kendaraan tersebut.
Acara dilaksanakan di halaman belakang, Ayana sangat gugup untuk masuk ke dalam. Terlebih ia tidak kenal dengan si pemilik acara. Sepertinya Aya menyesal menerima ajakan ini, rasanya ingin pulang saja. gadis itu ingin cepat-cepat bertemu dengan kasur kesayangannya
"Ayo, Ya," ajak Rena menarik tangan Ayana. Namun yang ditarik tidak bergerak dari tempatnya. "Eh? Kenapa?" tanya Rena. padahal pas mau berangkat gadis itu sangat bersemangat.
"Ren, gue pulang aja ya," pinta Ayana.
"Kok minta pulang? Kita baru aja sampai Ya," kata Rena.
"Tapi …" kaki Ayana bergetar, ia belum pernah datang ke pesta oran-orang kaya seperti ini. walaupun terkesan aktif, namun Ayana adalah gadis yang kuang suka dengan keramaian.
Apalagi bertemu dengan orang-orang baru, gadis itu akan mendadak hilang suaranya. Karena beradaptai dengan orang-oang yang baru dikenal sangat susah untuknya. Ia lebih nyaman berbincang dengan oang yang sudah lama ia kenal, lebih aktif, lebih ekresif.
"Aduuh, Aya. Gimana ih? Lo kan udah janji sama gue mau nemenin ke pesta, kenapa malah pulang?" keuh Rena.
"Habis gue mendadak nervous, Ren," kata Ayana.
Rena menepuk jidatnya, "Ya, lo udah janji sama gue buat datang ke acara ini berarti lo harus ikut acara sampai akhir gue gak mau tahu!" gadis itu menarik Aya agar turut masuk ke dalam meskipun beberapa kali menolaknya.
Sesampainya di sana, Aya merasa takut. Orang-orang yang datang berasal dari keluaga yang berada. Pakaian yang dipakai merupakan dari merk ternama, riaan pada wajah meeka juga tidak terlalu mencolok namun member kesan cantik alami bak puti aja. Aya menundukm malu, dirinya merasa minder untuk bergabung dengan mereka.
Sementara Rena celingak-celinguk mencari si pemilik acara, ia inin memberrikan kado untuk yang beruang tahun itu
"Sarah!" seru Rena ketika mendapati Sarah di satu sudut.
Sarah menoleh ketika namanya dipanggil, gadis itu langung heboh mengetahui Rena datang.
Ia pun menghampiri Rena yang tak kalah hebioh, keduan berpelukan cipika cipiki sambil mengucapkan kalimat-kalimat rindu karena keduanya jarang sekali bertemu. Kemmudian Rena memberikan kado pada Sarah dan mengucapkan 'selamat ulang tahun untuknya. Dengan senang hati Sarah menerima kado tersebut dan berkata terimakasih.
"Oh, Sar, kenalin ini Ayana, teman sekelas gue," kata Rena memperkenalkan Ayana.
"Sarah," sapa Sarah mengulukan tangannya.
Tangan Aya masih berada pada posisinya, membiarkan Sarah menunggu sambutan tangannya.
Rena pun menarik tangan Ayana untuk membalas jabatan tangan Sarah. Ketiganya tersenyum canggung, Ayana meminta maaf karena dirinya gugup. Hal terebut bukanlah maalah untuk Sarah, ini bukan pertama kalinya jabatan tangannya tidak dibalas, sebelumnya juga ada seorang laki-laki yang melakukan hal yang sama.
Mendengar cerita Sarah membuat Aya pensaran. Siapa orang itu?
*****
Pesta pun berlangung kembali, semua orang melaukan aktivitasnya masing-masing untuk menikmati kemeriahan pesta. Rena sedang bersama Sarah untuk menghampiri sepupu-sepupunya yang lain sementara Ayana memilih untuk tidak ikut dengannya dan menunggu di salah satu tempat. Rena pun tidak mempermasalahkan hal itu. Ia segera menghampiri sepupu-sepupunya untuk bertegur sapa.
Sementara Aya tidak tahu apa yang harus ia lakukan, gadis itu bukan anggota keluarga dari orang yang berulang tahun saat ini, dirinya hanyalah orang yang diajak untuk datang ke pesta tersebut. Ia tidak bisa bersenang-senang di pesta itu, ia datang hanya untuk menemani temannya untuk datang. setelah Rena menemui sepupu-sepupunya ia tidak tahu harus melakukan apa.
Jujur aja, Ayana merasa tidak pantas berada di pesta ini. Keramaian bukanlah tempatnya, apalagi tidak ada satu pun yang ia kenal selain Rena.
Aaah, bosen banget sih, batin Ayana.
Coba aja di sini ada Megantara.
Pasti seru.
Merasa tenggorokannya kering Ayana berjalan menuju salah satu meja untuk mengambil sebuah minuman.
Adis itu mengambil salah satu gelas dari beberapa minuman yang berjejer di sana, namun ketika Ayana memegang satu geas ada orang lain yang memegang gelas itu juga. Betapa terkejutnya ia oang itu adalah Megantara. Keduanya saling tatap, manik mata Ayana tidak berkedip sedetik pun. Ia tidak menyangka bahwa laki-laki itu ada di hadapannya.
Ini seperti harapannya terkabul. Beberapa menit yang lalu gadis itu berharap agar Megantara ada di tempat ini, dan sekarang laki-laki itu ada di hadapannya.
"M—Megantara?" tanya Ayana memastikan orang tersebut adalah Megantara.
Jantung Ayana berdegup berkai-kali lipat dari biasanya, gadis itu kebingungan dengan apa yang harus ia lakukan. Karena terakhir kali ia betemu dengan Megantara adalah mengumpet ketika berpapasan.
Gimana ini? kata Ayana dalam hati.
Apa yang haru gue lakukan?
Ayana memejamkan matanya erat, ia berharap dengan malakukan hal terebut ia tahu apa yang harus dilakukan selanjtnya.
*****