Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Mecca (Luka yang Tiada Akhir)

🇮🇩Falisa_Agatha
--
chs / week
--
NOT RATINGS
33.4k
Views
Synopsis
"Ketika luka harus dibayar dengan luka." **** Bagaimana jika hubungan dua insan yang seharusnya saling mencintai, ternyata hanya tercipta luka dan luka tanpa akhir? "Gue mohon ngertiin kondisi gue, Ca," "Ngertiin kata, lo! Sampai kapan gue harus berusaha mengerti kondisi lo, sedangkan lo sendiri gak pernah bertanya gimana gue. Hubungan kita ini hanya menciptakan luka dan luka tanpa akhir, Far." Fathur terdiam kehilangan kata-kata. Melihat itu, Mecca tersenyum miris dan tanpa sadar ia kembali menangis. Menangisi bagaimana semesta yang tak henti menguji hubungannya dengan Fathur. "Mending kita jalan masing-masing aja setelah ini, Far. Gue udah gak kua--," "Nggak!" "Apa lo masih gak puas nyiksa gue selama ini, Far?!" Apakah keduanya akan berpisah karena tak kuat di uji oleh semesta?
VIEW MORE

Chapter 1 - Ratu dan Luka

"Dijadikan ratu olehnya, tapi sejak saat itu juga. Luka bagai badai yg tak ada kata akhir menimpa hubungan kita."

~Mecca Agustinar

•••

"Liat ke bawah, Ca." Mecca yang sebelumnya sibuk menulis catatan di papan tulis, segera mengalihkan pandangannya menuruti ucapan sang kekasih yang duduk di sebelahnya.

"A-apa?" Matanya membulat sempurna, saat tahu ulah sang kekasih.

"Fathur!"

Seketika Fathur langsung tertawa, sedangkan Mecca menunduk ingin melepaskan tali sepatunya dan tali sepatu milik Fathur yang sengaja diikat Fathur.

"Kalau jatuh nanti gimana? Lo aneh-aneh aja deh," gerutu Mecca mulai melepaskan ikatannya, tetapi tiba-tiba tangannya ditahan Fathur.

"Jangan, Ca. Kalau jatuhkan, ada gue yang siap sedia menolong lo." Fathur menjeda sebentar ucapannya, seraya merapikan rambut Mecca yang berantakan.

"Andai kita seperti sepasang sepatu, Ca. Biar ke mana-mana selalu berdampingan dan kalau ada yang nyakitin lo, ada gue yang akan melindungi," lanjutnya.

Mecca hanya membalasnya dengan senyum tipis, namun hatinya nyeri mendengar kata-kata itu. "Tapi kadang lo selalu telat untuk melindungi gue, Far." ucap batinnya.

Koridor nampak sepi, karena sedang jam belajar. Mecca menyusuri sendirian menuju toilet, beruntung ia bisa pergi dari Fathur dan melepas ikatan tali sepatunya dengan sepatu Fathur tadi. Ada-ada saja memang ulah pacarnya itu.

Hingga Mecca harus menuruni tangga yang lumayan tinggi karena kelasnya IPA-1 berada di lantai atas. Ada terbesit di benaknya, seperti ada yang mengikutinya dari belakang sejak ia keluar dari kelas tadi. Namun, Mecca menepis hal itu dari pikirannya.

Lalu ia mulai melangkahkan kakinya untuk memijak satu anak tangga. Sampai ada tangan yang mendorong tubuhnya dari belakang.

"MATI LO SEKARANG!"

Dalam hitungan detik, tubuh Mecca sudah berada di bawah tangga dengan darah yang begitu banyak bocor dari kepalanya. Kesadarannya perlahan memudar, tetapi Mecca bisa melihat siapa pelaku yang mendorongnya meskipun sangat samar.

"Semoga lo mati beneran sekarang dan pisah selamanya dengan Fathur!" ucap sang pelaku tanpa ada rasa bersalah pun di wajahnya.

"Astaghfirullah! Mecca!" Dua orang siswi kebetulan lewat dan betapa terkejutnya melihat keadaan Mecca.

Triiingg!

Bunyi bel istirahat pun berbunyi, semua yang berada di kelas mulai berhamburan keluar dan terkejut melihat kejadian di tangga.

Kericuhan pun terjadi, semuanya panik melihat keadaan Mecca yang parah, apalagi banyaknya darah yang keluar dari kepalanya. Bahkan, Mecca sudah tak sadarkan diri.

"Mecca ke mana, ya? Katanya tadi ke toilet, kenapa lama?" gerutu Fathur sedikit cemas Mecca tak berada di sampingnya.

Lalu banyak para siswa-siswi yang berlarian, sampai teman-teman kelasnya pun ikut berlarian keluar menuju tangga, membuat Fathur pun penasaran apa ada pengumuman di mading.

Ia pun melangkahkan kakinya menuju kerumunan yang sudah bisa terlihat dari kelasnya, membuat Fathur semakin mempercepat langkahnya.

Saat Fathur tiba mencoba ingin memaksa masuk ingin melihat, semua yang ada di sana membuka jalan lebar-lebar untuk di lewati Fathur.

"Apa yang terjadi?" Fathur bertanya-tanya sampai terlihat punggung kembarannya.

"Falisha." Panggilan itu membuat sang pemilik nama terkejut tetapi hanya sebentar, lalu dengan tiba-tiba meringis kesakitan memegang kakinya.

"Aduh! Far, kaki gue sakit banget," jerit Falisha.

Fathur dengan cepat memeriksa kaki Falisha, belum sadar ada seseorang yang terluka parah di bawah tangga yaitu Mecca. Semua yang berada di sana menatap dengan tatapan yang sulit diartikan kepada Fathur.

"Mata lo udah buta, Far?" tanya seorang cowok dengan nada suaranya menahan amarah.

"Hah? Maksud lo apa?" Fathur berdiri menatap cowok itu.

"Yang terluka parah itu Mecca, tuh liat ke bawah gimana keadaan pacar lo!" Fathur langsung mengalihkan pandangannya menatap ke bawah dan bagai terkena serangan jantung melihat kondisi Mecca yang berlumuran darah.

Fathur dengan cepat ingin turun ke bawah, tetapi tangannya ditahan oleh Falisha.

"Kaki gue sakit banget, Far. Keknya gak bisa jalan, bawa gue ke UKS," ucap Falisha dengan nada memelas.

"Tapi Mecca terluka parah, dia harus dibawa ke rumah sakit, Fal," sahut Fathur sudah tak kuat ingin menghampiri Mecca.

"Lo gak mau bawa gue ke UKS?" tanya Falisha dengan nada dibuat ingin menangis.

Fathur pun mau tak mau menuruti kemauan Falisha dan menggendongnya. Semua yang ada di sana tak habis pikir melihat apa yang dilakukan oleh Fathur, karena semua yang berada di sana tahu jika Falisha hanya berpura-pura saja terluka.

"Gila! Ratu drama berhasil lagi sandiwaranya," sindir seorang cewek.

Fathur memang menggendong Falisha, tetapi belum membawanya ke UKS, karena pandangannya masih menatap cemas ke bawah melihat kondisi Mecca yang seharusnya ia segera bawa ke rumah sakit.

"Ckk! Mana sih tandunya, kondisi Mecca udah terlihat makin parah," geram Megan cemas menatap Mecca yang berada di pangkuannya tak sadarkan diri.

"Sini biar Mecca gue yang bawa ke rumah sakit." Suara itu membuat Megan langsung mengalihkan pandangannya dan matanya berubah membulat sempurna.

"Kak Reval!"

Panggilan itu tak membuat laki-laki dengan tubuh tingginya memberi sahutan, tatapannya hanya terpaku pada Mecca. Lalu yang dilakukannya selanjutnya adalah ....

Srettttt!

Reval merobek seragam putih yang melekat pada tubuhnya, lalu mengikatkannya ke kepala Mecca agar pendarahannya berhenti keluar. Setelah selesai, baru Reval menggendong Mecca. Aksi yang dilakukan Reval, sontak membuat semua yang berada di sana takjub, apalagi tubuh kekar yang hanya tersisa kaos hitam dengan lengan pendek, memberi kesan yang begitu menggoda untuk kaum hawa.

Sedangkan Fathur yang melihat itu mengeratkan genggamannya marah, seharusnya ia yang menggendong Mecca. Fathur terbakar api cemburu, kesal dan tak terima miliknya disentuh orang lain karena itu sangat dibenci olehnya.

Falisha yang melihat ekspresi Fathur, amarahnya pun langsung terpancing. Ia benar-benar benci kembarannya belum berpisah saja dengan Mecca.

"Bawa gue sekarang ke UKS!" pinta Falisha dan Fathur pun dengan terpaksa melangkahkan kakinya membawa menuju UKS. Tetapi baru satu langkah bergerak, terhenti mendengar suara dari Reval.

"Gue sebenarnya benci mengatakan ini, tapi ini udah keterlaluan!" Reval menatap tajam Fathur dan Falisha secara bergantian.

"Mata lo jelas gak buta, Fathur. Tapi ternyata otak lo yang mungkin gak berfungsi karena gak bisa bedain yang mana terluka parah dan yang mana hanya berpura-pura," ucap Reval beralih menatap wajah Mecca yang tenang tetapi menahan sakit.

"Lo gak pantes disebut pacar karena untuk kesekian kalinya adik gue terluka karena lo!" teriak Reval benar-benar marah.

Lalu datang Evan dan Dimas, sahabatnya Reval dengan napas terengah-engah.

"Reval! Ambulans udah datang," ucap Evan.

"Cepat bawa Mecca ke rumah sakit!" lanjut Dimas.

Reval pun segera berlari membawa Mecca ke ambulans untuk di bawa ke rumah sakit, meninggalkan Fathur dengan tatapan kosongnya.

Ucapan yang sangat menyakitkan menerpa pendengaran Fathur. Ia kembali gagal menjaga Mecca. Bahkan kali ini, Fathur benar-benar membenci dirinya karena seperti biasa ia tak bisa melakukan apa-apa.

"Lo jahat, Far! Sangat jahat sama Mecca!" ucap seorang cewek menatap tak suka kepada Fathur dan Falisha.

"Memang bukan lo yang berbuat, melainkan kembaran lo yang punya hati tapi gak berfungsi lagi!" timpal yang lain.