♪ Oh Raja dari segala raja.
♪ Penguasa tertinggi dengan kesabaran yang luar biasa.
♪ Yang terhormat, yang memberi kami kejayaan.
♪ Yang membawa seluruh keinginan rakyat Praha.
♪ Raja idaman, Hormat kami tertuju kepadamu.
♪ Semoga Praha memberi anugerah kepadamu.
♪ Raja agung semoga panjang umur!
♪ Raja agung semoga panjang umur!
Raja datang ke singgasananya di Arena diiringi dengan nyanyian. Sebuah lagu khusus untuk menghormati sang raja. Hadirnya raja memulai serangkaian upacara pembukaan Mana Spirit babak ketiga. 16 peserta yang lolos babak kedua berdiri di tengah lapangan sebagai peserta upacara disertai beberapa prajurit kerajaan sebagai pelaksana upacara. Sementara itu Gany dan penonton lainnya berdiri di bangku penonton menyaksikan upacara. Upacara selesai, Babak ketigapun dimulai.
1. Lapis x Hilda
2. Leopold x Ursa
3. Harpie x Raigeki
4. Orion x Aquila
5. Khan x Gameciel
6. Seara x Temujin
7. Levi x Beastro
8. August x Ellen
Sebelum memasuki arena, penonton sudah disuguhi oleh papan pengumuman besar yang menunjukkan daftar peserta lolos dan juga daftar siapa yang melawan siapa. Pertandingan babak ketiga akan menggunakan sistem eliminasi tunggal yang berarti tidak ada kesempatan kedua bagi yang kalah. Dan juga pertandingan akan dilaksanakan dalam dua hari dimana hari pertama hanya akan menyisakan empat besar. Kini untuk pertandingan pertama pada hari pertama, Lapis akan melawan Hilda.
Masuknya Lapis ke arena disambut tepuk tangan meriah dari semua penonton begitu pula dengan Hilda. Hilda memiliki sihir elemen angin yang mana elemen itu biasa dikenal dengan langkah kaki mereka yang ringan membuat penggunanya bergerak dengan cepat. Namun Lapis memiliki sihir elemen cahaya yang sangat langka. Kecepatan angin mungkin tidak ada apa-apanya bagi pengguna elemen cahaya. Penonton ingin mengetahui bagaimana sihir elemen cahaya beraksi.
"Senang bertemu kamu lagi Lapis, aku masih ingat saat kamu menolongku." Sapa Hilda.
"Sama-sama Hilda." Jawab Lapis.
"Sebelum dimulai, apakah kamu bertengkar dengan Gany?" Tanya Hilda.
"Bertengkar? Tidak, kami tidak bertengkar. Kenapa kamu bertanya begitu?" Lapis bingung dengan pertanyaan itu.
"Benarkah? Setelah babak kedua dia meminjamkan ini kepadaku." Hilda mengeluarkan seutas tali.
"Tali itu….." Lapis terkejut dengan apa yang dilihatnya.
"Katanya ini dia pinjamkan untuk melawanmu. Apakah dia tidak ingin kamu menang?" Tanya Hilda.
"Haha…." Lapis tersenyum sinis. "Dia benar-benar tidak ingin aku menang." Lapis menerima tantangan dari Gany itu.
Arena bergetar, para penonton berpegangan di bangku mereka. Setiap pertandingan akan memiliki tatanannya masing-masing. Terdapat tatanan hutan, tebing berbatu, danau dan lain-lain. Semua itu dilakukan untuk menambah tantangan kepada para peserta dan keseruan di mata penonton. Setelah perubahan tatanan Arena selesai, sebuah balon udara terbang diatas arena. Balon udara tersebut dinaiki oleh penyiar dan memiliki sihir untuk menampilkan pertandingan yang sedang berlangsung. Arena itu cukup maju dan membuat pengalaman menonton menjadi sangat luar biasa.
Padang rumput disertai pepohonan akan menjadi tempat pertarungan pertama. Hilda mengeluarkan menyalurkan sihirnya kepada seutas tali yang diberikan oleh Gany. Kemudian tali itu bertambah panjang dengan mata tombak di kedua ujungnya.
"Menarilah bersamaku! Tombak tali merah!" Seru Hilda.
"Datanglah! Espada Ropera!" Seru Lapis.
Pedang cahaya andalan Lapis keluar dari genggaman tangannya. Seakan kembali ke masa lalu, mereka berdua bertarung sama seperti saat babak kedua. Lapis menggunakan kecepatannya untuk mendekati Hilda namun Hilda tetap diberi keuntungan karena dia memiliki jangkauan serangan yang lebih panjang. Sejak pertama kali bertarung dulu Lapis sudah kesusahan melawan sebuah tombak dengan pedang. Sekarang Lapis lebih kesusahan lagi karena lawannya menggunakan tombak tali merah.
Jangkauan serangan Tombak tali merah bisa bervariasi karena bisa memanjang dan memendek. Pernah sekali Lapis menangkis tombak itu dengan pedangnya namun tombak itu segera melentur dan hendak melilitnya. Beruntung Lapis bereaksi dengan cepat dan menunduk untuk menghindar. Menangkis tanpa perhitungan hanya akan menyusahkannya, Saat ini Lapis hanya bisa menghindar dan menjaga jarak tanpa bisa memberi perlawanan.
"Aku tidak pernah merasa seunggul ini saat melawanmu…" Hilda cukup senang dengan posisinya sekarang.
"Aku juga tidak pernah merasa se-kesusahan seperti ini." Jawab Lapis.
Tidak punya pilihan lain, Akhirnya Lapis mundur dan berlari menuju ke daerah hutan. Dia berniat bersembunyi di balik pepohonan dan menyergap Hilda. Selain itu pepohonan akan membuat serangan Hilda terbatas.
"Tidak akan kubiarkan!" Hilda memanjangkan tombaknya untuk menusuk Lapis dari belakang.
"Biarin kek!" Lapis menangkis dan menjawab serangan itu dengan refleks.
Seketika Lapis menangkis serangan itu, tombak itu langsung melentur untuk melilit. Untungnya tombak itu hanya melilit pedangnya, jadi Lapis langsung menancapkannya ke tanah dan kembali berlari meninggalkan pedangnya itu. Tombak tali merah tersangkut ke tanah dan memberi Lapis kesempatan untuk masuk kedalam hutan. Rencana Hilda untuk menghentikan Lapis gagal, akhirnya dia mencabut pedang Lapis dan membebaskan senjatanya.
"Hilang…." Pedang Lapis langsung lenyap setelah dicabut oleh Hilda. "Gany…. Kenapa kamu memberikan senjata ini kepadaku?" Gumam Hilda sembari kembali mengejar Lapis.
...
"Gany…. Kenapa kamu memberikan senjata itu kepadanya?" Tanya Bethony.
"Kalian ingat apa yang Lapis lakukan saat babak pertama?" Gany balik bertanya.
"Dia menungguku dan membantuku." Sahut Yeonhong.
"Membuat ilusi di seluruh padang rumput, kupikir itu terlalu kuat untuk Mana Spirit. Jadi kuberi dia tantangan." Jelas Gany.
"Ooohhh…. Jadi senjata itu adalah tantangannya." Bethony mulai mengerti.
"Uhmmmm…. Kurang tepat." Sahut Gany.
"????" Yeonhong dan Bethony kebingungan.
"Tantangannya adalah Lapis hanya boleh menggunakan pedang dan kecepatannya saja dan bukan sihir yang lain." Ujar Gany.
"Oh iya! Seharusnya dia punya panah cahaya." Bethony mengingat pertarungannya dengan Hanra.
"Lalu saat babak kedua, Kelompok August masih kesusahan melawannya. Jadi untuk babak ketiga ku tambah lagi tantangannya." Sahut Gany.
"Kenapa kamu melakukan itu Gany?" Tanya Yeonhong.
"Lapis suka sekali menantangku dalam hal apapun. Jadi kupikir ini adalah kesempatan yang bagus." Jawab Gany.
"Apa kamu tidak ingin dia menang?" Yeonhong masih belum memahami kelakuan Gany.
"Yeonhong….. Bagi Lapis memenangkan tantangan Gany lebih baik dari memenangkan Mana Spirit." Bethony memahami perasaan Lapis. "Itulah yang namanya Cinta." Bisik Bethony kepada Yeonhong.
"Ooohhh….." Yeonhong mulai paham.
"Haha…." Gany tersenyum kecil. "Kekuatan Lapis itu unik dan luar biasa, Aku tidak ingin dia diincar oleh orang jahat dan dimanfaatkan." Gumam Gany.
Memasuki kedalaman hutan, Hilda tidak bisa menemukan jejak Lapis. Kemudian Hilda mulai mengeluarkan sihir anginnya. Dia mempelajarinya setelah terinspirasi oleh mawar terbang saat babak kedua. Dia menghembuskan angin ke sela-sela pepohonan dan semak-semak. Hilda ingin merasakan pergerakan yang tidak normal. Walaupun jurusnya itu masih versi beta dan belum full version tetapi lebih baik dicoba saja.
"Dibelakang!" Hilda menyadari pergerakan Lapis dan langsung menyerangnya.
"Huh.. Meleset." Tombak itu menembus pohon dan memberi Lapis kesempatan.
Lapis berlari mendekat dan mulai mengayunkan pedangnya. Baru kali ini Lapis bisa melancarkan serangannya kepada Hilda. Dan baru kali ini juga Hilda menghindari serangan-serangan Lapis. Namun Hilda tidak kurang akal, Dia menancapkan ujung tombak yang satunya ke pohon lain. Sembari menghindar, Hilda menarik senjatanya itu yang sekarang lentur seperti tali. Setelah dirasa cukup, Hilda melepaskan genggamannya. Seperti ketapel, Lapis terpental jauh kebelakang dan menabrak pohon. Sungguh serangan yang tidak terduga. Yah… memang hanya tombak tali merah yang bisa melakukannya.
Akhirnya Lapis mendapatkan tantangan yang seharusnya dia dapatkan. Trhiatlon terlalu mudah baginya, bertarung dengan pedang masih menguntungkannya. Sekarang dia sama sekali tidak bisa menyentuh lawannya. Inilah tantangan yang benar-benar layak untuk dimenangan dan mendapatan pujian. Suasana di sekitar Lapis mulai berubah, rambut dan telapak tangannya mulai memancarkan cahaya. Lapis berjalan perlahan kearah Hilda dan setiap langkahnya mengeluarkan cahaya seperti cipratan air.
"Messer!" Ucap Lapis sembari menatap Hilda dengan senyuman.
Mata Lapis tidak lagi memiliki Iris. Semuanya berwarna ungu gelap dengan taburan cahaya kecil seperti bintang di langit malam. Dan tak lupa dia mengeluarkan belati sembari tersenyum seperti psikopat. Hilda tidak tahu apa yang telah dia lakukan sehingga Lapis bisa jadi seperti ini. Hilda tidak tahu apa yang seberanya dia hadapi sekarang.
"Lapis…. Kita masih berteman kan? Ini hanya pertandingan kan?" Hilda ketakutan.
Tanpa basa-basi Lapis langsung menerjang dengan kecepatan yang luar biasa. Lapis bergerak lebih cepat dari yang pernah dia perlihatkan sebelumnya. Hilda masih yang belum bersiap dengan perubahan itu tak sempat menghindar. Pipinya terluka akibat sayatan pisau Lapis. Tidak punya banyak waktu untuk berpikir dan memikirkan rencana, Hilda refleks mengayunkan tombaknya. Namun Lapis dengan mudah menunduk dan menghindari serangan Hilda. Tidak hanya itu Lapis mulai membalas dengan kepalan tangannya.
"Pukulan? Kenapa dia tidak menebasku?" Hilda cukup tangguh untuk berpikir saat terkena bukulan beruntun.
Ada satu karakteristik unik dari tombak tali merah. Tali merah yang membentuk tombak itu berbentuk seperti untaian DNA. Dua tali saling melilit dengan bentuk yang disebut Double Helix. Perandaian lain adalah seperti dua ekor ular pada simbol Farmasi. Lalu seperti tombak biasa, ujungnya adalah besi runcing dan tajam. Untaian Double Helix tersebut memiliki rongga di seluruh badan tombak membuatnya sangat rentan tersangkut.
Itulah salah satu kelemahan senjata tombak tali merah. Lapis memasukkan pisaunya ke lubang itu dan menancapkannya ke tanah. Semua itu dia lakukan dengan seketika saat menghindari serangan Hilda. Kecepatan gerak Lapis kali ini benar-benar sebuah pengecualian. Senjata Hilda tersangkut dan kini dia terpaksa merelakannya. Hilda ingin melawan Lapis dengan tangan kosong.
Sungguh tindakan yang ceroboh. Kecepatan serangan atau reaksi Hilda tidak lagi mampu mengimbangi Lapis. Dia hanya menjadi sasak tinju bagi Lapis. Namun bagi rakyat Faola menerima pukulan dan tendangan adalah makanan sehari-hari. Beruntung Lapis tidaklah kuat dalam memberikan pukulan jadi Hilda tidak akan K.O dalam waktu dekat. Walau sebentar tidakl apa-apa, Hilda ingin mempelajari pola serangan Lapis dan ingin menangkisnya walau cuma sesaat.
Atas – atas – bawah – bawah – Kiri – kanan – kiri – kanan – B – A. Terlihat sudah pola serangan Lapis dan Hilda pun langsung menangkap salah satu lengan Lapis. Lapis meronta untuk agar Hilda melepaskan tangannya namun tidak berhasil. Hilda mengeluarkan seluruh sihirnya untuk membuat tornado besar. Sebenarnya sihir itu perlu persiapan yang cukup lama tapi Hilda mempercepat prosesnya. Memang hal itu membuat sihirnya menjadi tidak optimal tetapi hal itu bukanlah masalah. Seketika mereka berdua terbang ke langit dan Hilda langsung melepaskan tangan Lapis di udara lepas.
Walau Hilda tidak bisa terbang tetapi dia masih bisa bermanuver diudara tidak seperti Lapis. Mungkin Lapis akan mendarat di pepohonan tapi Jatuh dari ketinggian seperti itu akan memastikan Lapis mengalami patah tulang. Ini adalah trik bunuh diri bersama yang Hilda pelajari dari Ellen dan Seara. Akhirnya setelah bertarung habis-habisan, Hilda mampu mengalahkan Lapis. Atau setidaknya itulah pikirnya.
"Messer!" Lapis merentangkan tangannya ke tanah.
Awalnya Hilda cukup yakin akan kemenangannya namun semua berubah setelah Lapis berteriak seperti itu. Belati milik Lapis tiba-tiba terbang menuju kepadanya. Bukan Belati yang Hilda takutkan namun apa yang tersangkut pada belati itu. Tombak tali merah ikut terbawa terbang oleh belati milik Lapis dan kini dia memiliki jaminan pendaratan. Lapis menancapkan tombak tali merah ke pepohonan dan membuat tali yang elastis untuk meredam kejatuhnya. Skakmat! Hilda tidak memiliki trik lain yang bisa dia gunakan. Lapis menang dengan mutlak dan pertandingan pertama dimenangkan oleh Lapis.
Semua penonton bertepuk tangan kepada pemenang pertama. Pertandingan yang cukup memuaskan untuk pembukaan babak ketiga. Untuk pertandingan selanjutnya adalah Leopold melawan Ursa.
"Kalian dengar itu? sudah waktunya aku untuk pergi." Ujar Leo sembari menunjuk ke braket yang ditampilkan di layar penonton.
"Tidak-tidak… itu Leopold dan bukan Leo. Jangan terlalu percaya diri." Sahut Yeonhong.
"Kalau begitu aku akan pergi." Gany bangkit dari duduknya.
"Eeehh… kenapa?" Tanya Bethony.
"Aku harus berpatroli, aku akan melihat-lihat keadaan sekitar. Dan juga aku harus memberi Lapis hadiah karena dia sudah memenangkan salah satu tantanganku." Tambahnya.
"Kau benar… cepatlah pergi! jangan sampai dia menunggumu." Sahut Bethony.
Titans! Sebuah papan di depan pintu ruang tunggu memiliki tulisan seperti itu. Panitia menyebut peserta yang lolos babak kedua dengan julukan Titans. Gany sebenarnya bingung kenapa nama itu bisa dipilih tetapi dia tidak terlalu menghiraukannya. Dia membuka pintu itu dan memasuki ruangan itu berniat mencari Lapis. Hanya ada 9 Titans disana dan Lapis tidak ada diantaranya.
"Gany!! Sudah lama sekali aku tidak bertemu denganmu." Gameciel langsung menyambut Gany. "Kamu selalu sibuk, kapan kita bisa bertanding lagi?" Tanya Gameciel.
"Anda akan mendapatkan kesempatan itu jika bisa masuk semi final." Jawab Gany.
"Intermeso itu kah?" Gameciel mencoba mengingat jadwal acara. "Baiklah kalau begitu…. Aku akan masuk semi final." Gameciel menjadi bersemangat.
"Tidak secepat itu, akulah yang akan masuk semifinal." Temujin menyela pembicaraan.
"Temujin benar, Anda harus menghadapi Khan atau Seara jika ingin masuk semi-final." Jawab Gany.
"Seara, Khan ataupun Gameciel, lalu dirimu, Akan kukalahan semuanya." Temujin sangat percaya diri. "Gany, bagaimana kalau kamu serahkan Lapis jika aku bisa mengalahkanmu." Tantang Temujin.
"Kamu cukup percaya diri seperti ayahmu. Walaupun begitu ayahmu masih berpikir dua kali untuk menantangku." Gany mulai kehilangan senyumannya.
"Temujin kau bodoh!" Gameciel langsung memukul kepala Temujin. "Nikung Tanpa Ragu (NTR) itu tidak baik!" Gameciel ingin mencairkan suasana. "Gany kalau kamu ingin mencari Lapis, dia ada di cafetaria bersama Khan dan kelompoknya." Ujar Gameciel.
"Terimakasih Pangeran." Gany langsung pergi Cafetaria.
"Tidak usah sungkan-sungkan. Sudah kubilang panggil aku dengan namaku saja." Jawab Gameciel. "Segeralah pergi, dia pasti menunggumu." Tambahnya.
Gameciel adalah anak raja dan Temujin adalah anak Panglima. Entah bagaimana mereka bisa akrab walaupun sifat mereka banyak yang bertolak belakang. Mungkin itu terjadi karena mereka berdua selalu bersama sejak kecil. Sepertinya itu adalah yang terbaik. Dua sisi yang bisa saling meniadakan satu sama lain, mereka akan menjaga satu sama lain.
Akhirnya Gany bertemu dengan Lapis di Cafétaria. Disana ada Lapis, Khan, Hilda, August, dan Ellen. Gany cukup terharu melihat pemandangan mereka semua akrab. Lapis dan yang lain menemani Khan agar tidak satu ruangan dengan Temujin. Dan juga Gany menjadi lega karena Lapis bisa akrab dengan Hilda.
"Hey…" Sapa Gany.
"Gany…. Kamu perlu memiliki alasan yang bagus." Semua orang memperhatikan Gany.
"Hahaha…." Ganypun menjelaskan alasan mengapa dia meminjamkan tombak tali merah.
Sebagai hadiah untuk Lapis, Gany menyayat telapak tangannya dengan tombak tali merah tersebut. Lapis dan yang lain terkejut dengan apa yang mereka saksikan dan hendak menutup luka Gany tetapi Gany menghentikan mereka. Gany tidaklah sedang melukai diri sendiri melainkan merajut Bukannya darah yang keluar dari luka tersebut melainkan benang. Benang itu berwarna hitam legam dan tipis seperti jaring laba-laba. Belum lama ini Gany belajar mengenai serat carbon dari Bort dan ingin berlatih menggunakannya. Dan sebagai bentuk lantihannya, dia ingin merajut untuk Lapis. Alhasil setelah ditunggu beberapa menit, jadilah kalung choker untuk Lapis.
August iri dengan Gany karena bisa memberi hadiah seperti itu kepada Lapis. Disisi lain Hilda dan Ellen melihat hadiah yang berdarah-darah adalah romantis. Khan tidak terlalu ingin melihat karena iri bahwa dia tidak punya pasangan untuk diberi hadiah. Dan Lapis terkejut Gany bisa membuat rajutan yang indah. Dengan hadiah itu, akhirnya Lapis mendapatkan balasan atas kerja kerasnya. Lapis tersenyum lebar dan memeluk Ganydengan erat.
"Hey!!! Jangan bermseraan didepan umum!" Seru August yang iri.
"Gany, kamu tidak apa? Kamu tampak pucat." Tanya Khan.
TOLONG!!
Luka Gany masih terbuka dan dan kini dia tertahan oleh Lapis. Gany menggunakan darahnya yang masih mengucur itu untuk membuat tulisan di meja. Akhirnya Khan dan yang lain memisahkan Gany dari Lapis dan menutup lukanya. Gany menggunakan Alchemy untuk merubah darah menjadi carbon murni jadi dia perlu banyak darah. Itulah kenapa dia hanya bisa membuat sesuatu yang kecil seperti kalung. Selain itu dia perlu banyak fokus untuk mengendalikan darahnya dan untuk merajut, jadi dia kehabisan tenaga. Setelah itu mereka makan bersama untuk mengembalikan darah Gany.
Tidak terasa waktu berjalan cukup lama. Pertandingan kedua telah selesai dan Leopold adalah pemenangnya. Kini mereka bersiap untuk pertandingan ketiga yaitu Khan melawan Gameciel. Khan sadar betul bahwa lawannya bukanlah orang sembarangan. Dulu Gameciel bisa menghabisi kelompok Khan hanya dengan kucuran air yang merembes dari tanah. Namun Khan tidak punya pilihan lain selain memenangkan pertandingan ini. Jika tidak maka dia akan kehilangan kesempatan untuk melawan Temujin dan dia akan terus dalam ketakutan untuk waktu yang lama.
Khan turun ke Arena pertandingan dan suara sorakan penonton menggema di seluruh arena. Namun sorakan itu bukanlah untuk Khan melainkan untuk lawannya yaitu Gameciel. Solemn Gameciel, anak dari raja Solemn the Magnificent yang sekarang duduk di singgasana memperhatikan mereka. Pangeran tampan yang wajahnya selalu tersenyum membuat kesan ramah kepada semua orang. Karismanya sebagai pangeran terpancar jelas di mata semua orang. Hampir seperti ayahnya yang auranya sebagai pemimpin mampu menundukkan rakyatnya. Khan mendapatkan musuh yang sangat merepotkan baik dalam pertempuran moral maupun adu kekuatan.
Arena dipersiapkan bagi mereka berdua dan kali ini arena berbentuk danau. Sebuah danau dengan pulau kecil ditengahnya. Sungguh menakjubkan Arena di ibukota bisa berubah drastis dari satu bentuk ke bentuk lain. Dengan perubahan tersebut tampak jelas kalau Gameciel mendapatkan keuntungan yang luar biasa mengingat dia adalah pengguna elemen air. Selain itu dengan luasnya danau tersebut, Gameciel memiliki cukup ruang untuk memanggil mahluk elementalnya yaitu penyu yang bernama Crush.
"Apa-apaan itu? Apa itu privilege seorang pangeran?" Seorang penonton berteriak tidak terima.
"Mikahla, apa yang kamu katakan." Teman penonoton itu segera menutup mulutnya.
"Maafkan kami tuan, ini murni hanya kebetulan." Gany kebetulan ada didekat penonton itu.
Sebuah kebetulan yang luar biasa ketika penonton itu berteriak, suasana cukup hening sehingga banyak orang yang mendengarnya termasuk Gameciel itu sendiri. Pemilihan arena pertarungan adalah sesuatu yang acak diambil dari undian sebelum pertandingan dimulai. Karena yang mengambil undian adalah panitia maka dari itu ada sedikit keraguan dari penonton tersebut. Kemudian untuk pemilihan tentang siapa melawan siapa terjadi di dalam rapat dan tidak diketahui oleh masyarakat umum. Yang memilih adalah para penjaga daerah warna dari babak kedua seperti Umbaraka. Itulah kenapa Gany bisa tahu siapa yang akan Umbaraka pilih dan meminjamkan tombak tali merahnya kepada Hilda.
"Pangeran ya… benar, anda adalah pangeran." Khan baru tahu belum lama ini kalau Gameciel adalah pangeran.
"Aku mohon maaf yang sebesar-besarnya." Gameciel menunduk kepada Khan. "Kalau kamu ingin, aku bisa meminta mereka mengulang lagi undiannya." Gameciel merasa bersalah.
"Jangan menunduk seperti itu pangeran. Aku tidak mempermasalahkannya." Khan mencoba berbesar hati. "Aku adalah api, tidak seharusnya aku takut air." Tambahnya.
Sebelum pertandingan dimulai, Khan sudah menyalakan api semangatnya. Tangannya mulai menyala sedikit kemerahan dan mereka berdua bersiap ke posisi masing-masing. Pertandingan dimulai, Khan langsung mengeluarkan pedangnya dan menebaskannya kepada Gameciel. Gameciel mampu menghindar dengan mudah dari serangan itu tetapi dia tidak membalas serangan Khan. Seharusnya Gameciel tahu kalau Khan semakin kuat semakin dia mengayunkan senjatanya itu. Tapi sampai beberapa lama pun Gameciel hanya menghindar dan mundur sedikit demi sedikit.
"Jangan menahan diri pangeran! Itu tidak akan membantu memulihkan penghinaan yang baru saja kamu dapatkan." Ujar Khan.
"Terimakasih telah memikirkanku." Gameciel tersenyum mendengar ucapan Khan.
Hembusan gelombang api membakar apapun yang ada didepannya. Beruntung Gameciel bisa menghindarinya jadi yang terbakar adalah apapun yang ada dibelakangnya.
"Kabut?" Gumam Khan.
"Kupikir ini baru adil." Ujar Gameciel.
Gameciel tidaklah menahan diri terhadap Khan. Selama ini Gameciel mundur perlahan untuk mendekati danau. Dia tidak bisa begitu saja berlari membelakangi Khan karena takut akan serangan Khan. Dia juga tidak ingin memanfaatkan lingkungan begitu saja karena tertahan oleh perkataan penonton tadi. Akhirnya dia memutuskan untuk memberi kesempatan pada Khan. Dia membiarkan Khan cukup panas dan kuat sebelum dia mulai melakukan serangannya. Dengan begitu pertempuran yang adil bisa dimulai.
Muncul beberapa lingkaran sihir diatas permukaan danau yang menembakkan bola air kepada Khan. Tentu Khan bisa menghancurkan serangan itu dengan mudah apalagi kini Khan sudah cukup panas. Tapi sepertinya fokus Khan sedikit teralihkan kepada bola-bola air tersebut dan tidak sadar bahwa uap kabut semakin tebal. Gameciel bersembunyi dari kabut tersebut untuk masuk kedalam danau dan memulai mengunakan jurus andalannya.
"Bangkitlah dari kedalaman lautan tempat kau tidur. Tiadakan semua sihir yang ada didepanmu. Aku panggil dirimu Sea Turtle Kaiju…. Crush!" Gameciel merapalkan sihirnya.
Dari balik kabut yang tersapu angin muncul penyu raksasa dengan gigi-giginya yang tajam. Dia memiliki tangan dan kaki sebagai ganti dari siripnya. Lalu siripnya seakan berpindah sedikit keatas tepat disamping tempurungnya yang dia gunakan untuk berenang. Gameciel kini berada di tengah danau dan naik ke punggung Crush. Tentu Gameciel memanggilnya bukan untuk berenang melainkan untuk membuat bertarung. Seketika Crush mengibaskan siripnya itu dan membuat gelombang air besar untuk menyapu Khan.
Itulah cara Crush untuk menyapa seperti seseorang yang melambaikan tangannya pada orang lain. Tentu orang biasa akan kewelahan jika mendapat sapaan dari Crush namun Khan bukanlah orang biasa. Khan sudah menyelesaikan tariannya dan mengeluarkan gelombang api untuk menghantam gelombang air tersebut. Sama seperti sebelumnya, uap air kembali muncul karena interaksi dua hal tersebut. Arena kembali tertutup dengan kabut.
Uap air tetaplah air, Gameciel mengacungkan jarinya tinggi-tinggi dan membuat lingkaran sihir diatasnya. Semua kabut bergerak menuju ke lingkaran sihir tersebut dan berputar mengelilinginya. Gameciel mencoba mengumpulkan uap air yang disebabkan oleh Khan. Gemeciel menggunakan sihir sama yang dia gunakan saat melawan kelompok Khan di babak kedua. Kabut mulai berkumpul dan kembali memadat menjadi bola air yang besar. Bola air yang besar itu kembali memadat dan ukurannya mengecil seperti kelereng.
"Shoot!" Gameciel menunjuk kearah Khan.
Khan sedikit lengah, dia tidak sempat menghindar dan terkena serangan itu. Kelereng air itu menuju kaki Khan dengan sangat cepat dan menembusnya. Namun serangan tidak berhenti sampai di situ. Kelereng itu berbalik arah dan kembali melukai Khan. Namun kali ini Khan berhasil menghindar dan kelereng itu hanya menggoresnya. Khan yang kakinya masih terluka membuat tubuhnya tidak stabil jadi dia terjatuh saat berusaha menghindar. Sekali lagi kelereng air itu berbalik arah dan bergerak menuju Khan. Khan tidak lagi bisa menghindar kini mengayunkan pedangnya untuk membakar kelereng itu. Sayang sekali kelereng itu terlalu padat dengan air sehingga tebasan Khan tidak cukup membakarnya. Tapi pertahanan Khan tidaklah sia-sia karena kini lukanya tidaklah dalam karena kelereng itu segera mencair ketika masuk tubuh Khan.
"Aku adalah air, api seharusnya takluk padaku." Ujar Gameciel.
Gameciel memerintahkan Crush untuk membuat gelombang yang besar. Gelombang itu cukup besar sehingga Gameciel dan Crush bisa berenang didalam gelombang itu. Dan lagi Gelombang itu bergerak ke pulau buatan di tengah Arena dan menenggelamkannya dengan seketika. Seperti arus ikan pari, Khan yang berada di dibawahnya hanya bisa terhempas dan mengikuti arah gelombang. Gameciel keluar dari dalam air bersamaan dengan Crush. Mereka menunggu dan mencoba memperhatikan apa yang akan dilakukan Khan.
"Pertarungan ini terlalu berat sebelah. Dia tidak bisa menyentuhku saat didaratan dan tidak bisa menyerangku saat nersama Crush." Gumam Gameciel. "Khan…. Apa yang kamu lakukan?" Gameciel sedikit kebingungan.
Air di pulau mulai surut dan terlihat Khan yang tergeletak di tanah. Khan yang tergeletak dan tidak ada pergerakan sama sekali jadi Gameciel mencoba untuk memperhatikan lebih dekat. Dia melompat dari punggung Crush dan turun di permukaan air. Dia berjalan diatas air dengan santai dan mendekati Khan. 10... 9... 8.... 7... 6... Penyiar dan penonton mulai menghitung mundur. Bila mereka telah habis menghitung, Khan akan dinyatakan kalah.
"Sepertinya memang hanya segini kemampuanmu." Ujar Gameciel.
WHEEL OF FIRE
Tiba-tiba muncul lingkaran api seperti roda dari dalam air. Lingkaran itu cukup besar dan mengenai kepala sampai ekor dari Crush. Serangan itu cukup kuat sampai-sampai Crush terbakar dan terlempar diudara. Tidak hanya itu, untuk beberapa saat air danau terpisah menjadi dua bagian dan terlihat Khan berada didasar danau. Selama ini Khan menunggu Crush agar cukup dekat dengan daratan agar bisa menebasnya. Namun karena Khan tidak bisa bergerak dengan mudah di air, dia berencana membuat Gameciel dan Crush lengah. Beruntung Crush membawa gelombang air kedaratan jadi Khan bisa mendekatinya.
Setelah gelombang menerpa daratan dan air mulai perlahan surut, Khan berusaha sekuat tenaga untuk berada di bawah Crush. Dia menahan nafas dan menancapkan pedangnya ke tanah agar tetap berada didalam air. Lalu saat Gameciel turun, Khan langsung menyalurkan seluruh sihirnya kepada pedangnya dan mengeluarkan lingkaran api tersebut. Crush yang terlempar diudara, jatuh ke tanah dan membunuhnya. Crush kembali menjadi air dan dengan begitu Gameciel tidak bisa memanggil Crush lagi untuk beberapa waktu.
"Huh…huh… huh…. Aaahh….." Khan mengambil nafas dengan terengah-engah sebagai kompensasi telah menahan nafas dalam waktu yang lama.
"Lalu siapa yang ada disini." Gameciel kembali melihat ke tubuh Khan yang tergeletak.
Karena pertempuran mereka, suhu air dan kelembapan udara naik turun dengan cepat. Khan memanfaatkan itu untuk membuat bola-bola api kecil dan membuat fatamorgana. Bola-bola api itu Khan kumpulkan di tanah dan dia bentuk seperti orang yang sedang tergeletak. Dia bahkan menaruh bajunya di tanah agar terlihat lebih meyakinkan. Cukup mengagumkan Khan bisa memikirkan semua itu dan melakukannya dengan cepat. Dan walau tidak sempurna tetapi hal itu cukup untuk mengelabuhi Gameciel. Tidak hanya itu karena Gameciel cukup dekat dengan bola-bola api itu, Kini rencana Khan sudah lengkap. Bola-bola api itu mulai bertebaran seperti kunang-kunang di sekitar Gameciel.
BOOOMM!!!
Satu persatu kunang-kunang itu meledak dan melukai Gameciel. Khan teringat ketika pertempurannya dengan Gameciel saat babak kedua. Hilda bisa membuat Gameciel pingsan hanya dengan satu pukulan. Artinya fisik Gameciel tidaklah begitu kuat. Itulah kenapa Gameciel sangat lihai menghindar dari serangan Khan. Itulah mengapa dia memanggil Crush yaitu untuk bergerak menjauh dengan cepat. Oleh karena itu ledakan kunang-kunang itu cukup untuk membuat Gameciel kewelahan. Selain itu kunang-kunang itu meledak didekat telinga Gameciel dan menyebabkan rasa pusing yang sangat parah. Gameciel tidak berdaya, diapun pingsan akibat serangan Khan. Khan memenangkan pertandingan ke 3.
"Maafkan aku yang mulia, temanku telah mengalahkan pangeran." Ucap Io.
"Apa yang kamu katakan? Siapa yang mengajarimu seperti itu?" Raja kebingungan dengan tingkah Io.
"Maaf yang mulia, ayah memintaku untuk bersikap sopan kepadamu." Io semakin kebingungan untuk bersikap.
"Calisto ya…." Jawab Raja. "Aku senang ayahmu mengajarimu dengan baik tetapi tidak perlu bersikap seperti itu padaku." Tambahnya.
Solemn the magnificent, sang raja kerajaan Praha duduk di singgasananya di bagian khusus di arena. Disana dia hanya didampingi oleh Io sementara penjaga yang lain berjaga di luar ruangan itu atau di bagian yang agak jauh. Raja ingin menikmati Mana Spirit dan berada dalam penjagaan ketat tidak membuatnya nyaman. Itulah mengapa dia hanya meminta Io untuk mendampinginya dan itulah mengapa dia membuat para penjaga yang lain menjauh. Selain itu biasanya Io bersikap terbuka dan terus terang membuat Raja semakin santai berada di dekatnya. Maka dari itu Raja sangat bingung ketika Io berkata seperti itu.
"Io, bukankah ayahmu berkata kalau kamu spesial?" Tanya Raja.
"Benar, bagaimana yang mulia tahu?" Io sedikit terkejut.
"Karena kamu memang spesial." Raja sangat pandai menggombal -_- "Maka dari itu khusus untukmu, aku memperbolehkanmu bersikap biasa. Bersikap seperti aku adalah temanmu yang lain." Ucap Raja.
"Baiklah yang mulia." Io sangat penurut.
Selama awal pertandingan Io sangat diam dan tidak berkata apapun. Namun karena kini Raja tahu mengapa dia menjadi sedikit lega. Ternyata hal itu bukanlah masalah besar yang perlu dia pikirkan. Lalu karena masalah sudah selesai, Raja memulai perbincangan dengan Io untuk mencairkan suasana.
"Bagaimana menurutmu Gameciel? Apakah dia cukup untukmu?" Tanya Raja.
"Dia punya teknik dan pengendalian sihir yang baik. Namun masih belum cukup untuk mengalahkanku." Io mulai menghilangkan batasan untuk berbicara.
"Hahaha!!" Usaha Raja untuk menjodohkan Gameciel dengan Io menjadi sia-sia. "Apakah dia punya kekurangan yang fatal?" Tanya Raja.
"Dia terlalu bergantung dengan air disekitarnya jadi dia tidak menonjol didaratan. Lalu peluru airnya terlalu lama untuk dibentuk. Jadi lingkaran sihirnya sangat mudah dihancurkan." Jawab Io.
"Standar para pahlawan memang berbeda." Gumam Raja. "Hanya sedikit orang yang bisa mengeluarkan sihir tanpa perlu mengeluarkan lingkaran sihir terlebih dahulu." Sahut Raja.
"Menurutku dia harus melakukannya lebih cepat atau setidaknya tidak diam saja." Jawab Io.
"Hhmm….. kamu benar." Raja tersenyum. "Baiklah, ayo kita lihat pertandingan selanjutnya." Ucap Raja.
Pertandingan selanjutnya akan dimulai. Seara berjalan dan hendak ke tempat pertandingannya. Di dalam lorong Stadion, Seara bertemu dengan Khan. Mereka saling menyapa sembari terus berjalan.
"Aku mendegar masalahmu dengan Temujin dan kau ingin menghajarnya. Namun sayang tidak ada kesempatan untukmu karena akulah yang akan menghajarnya." Ujar Seara.
"Dengan segala hormat jika kamu bisa melakukannya, lakukanlah." Jawab Khan.
"Kalau aku menang, kamu harus mulai memanggilku dengan sebutan Kakak." Jawab Seara.
"Apa?" Khan terdiam karena terkejut.
Khan berbalik untuk menanyakan apa maksud perkataan Seara itu namun dia sudah berjalan terlalu jauh. Khan tidak ingin mengganggu Seara jadi dia menyimpan pertanyaan itu untuk setelah pertandingan. Arena sudah selesai dirubah, Seara dan Temujin akan bertanding. Mereka akan bertanding di tempat berbatu. Seara memiliki sihir berelemen api sama seperti Temujin. Karena elemen mereka sama, yang menentukan siapa pemenangnya hanyalah siapa yang lebih kuat.
Pertandingan dimulai, Seara langsung menerjang Temujin. Temujin dengan santainya hanya berdiri dan menunggu Seara datang. Dengan cepat Seara mendaratkan pukulannya ke perut Temujin. Pukulan Seara bukanlah pukulan biasa. Di Kepalan tangannya muncul cahaya lingkaran sihir. Dan saat Pukulan itu mendarat ke Temujin, lingkaran sihir itu meledak. Seara bisa memasang lingkaran sihir dimanapun dan meledakkanya kapanpun sesukanya.
Tidak seperti babak kedua, Seara tidak menahan diri. Ledakan itu cukup keras dan dingar oleh para penonton. Mengingat mereka ada di tengah stadion, suara ledakan akan dengan mudah didengar di segala penjuru. Ledakan itu juga menimbulkan asap hitam yang menutupi arena bertarung. Saat asap hitam masih bertebaran, Seara lansung melompat mundur keluar dari asap itu. Dia menjaga jarak dan ingin bertarung secara hati-hati. Mengingat lawannya adalah pengguna sihir api, jadi semuanya tidaklah mudah.
Angin berhembus meniup asap itu. Sebenarnya Seara sedikit kasihan terhadap penonton yang diterpa asap itu. Tapi dia tidak punya waktu untuk memikirkannya karena dibalik asap itu tampak siluet Temujin. Semua asap sudah menghilang, kini terlihat jelas Temujin masih berdiri sehat walafiat. Perut temujin yang dipukul oleh Seara mengeluarkan api. Bukan api yang membakar dan melukai, tapi api itu adalah pelindung milik Temujin. Temujin memiliki sihir api yang mirip dengan ayahnya. Temujin menggunakan jubah Api.
Sihir jubah api membuat penggunanya dikelilingi Api. Seluruh tubuh pengguna sihir itu tampak seakan terbakar. Tapi tidak sekalipun api itu terasa panas bagi penggunanya. Penggunanya akan merasa hangat dan akan terlindung olehnya. Tapi semua yang mendekati pengguna akan merasakannya seperti api biasa. Tidak berhenti sampai situ, penggunanya akan menadapatkan tambahan kekuatan saat menggunakan jubah itu. Jubah itu adalah pelindung dan penyerang yang luar biasa. Maka dari itu selama ini ayah Temujin yaitu Europa dikenal sangat kuat dan tidak terkalahkan.
Temujin tumbuh dengan kekuatan yang sama seperti ayahnya. Dia digadang-gadang akan menjadi penerus ayahnya. Dan sama seperti ayahnya dengan pengguna sihir yang lain, Tidak ada yang bisa mengalahkan sihir milik Temujin dibanding dengan anak-anak lain. Para anak-anak bangsawan yang lain kagum dengan kekuatan Temujin dan membuatnya populer. Anak Jendral dan kekuatan diatas rata-rata, Semuanya anak-anak seumurannya segan kepadanya bahkan para orang dewasa juga demikian.
Tapi anak Jendral Europa tidaklah hanya satu. Khan jugalah anak dari Europa. Anak-anak yang lain juga berpikir kalau Khan bisa jadi memiliki kekuatan yang sama dengan Temujin. Temujin merasa disaingi dengan sosok Khan. Dia merasa tidak aman kalau kepopulerannya akan diambil oleh Khan. Maka dari itu dia sering merundung Khan. Dia juga tidak segan menghajar Khan untuk menunjukkan siapa yang lebih superior. Sampai saat Khan pergi, barulah Temujin merasa paling dominan.
Kini Temujin mengeluarkan jubah penuhya. Sekarang dia sangat siap untuk bertarung. Waktunya pembalasan, Temujin menerjang Seara dengan kecapatan penuh. Tentu Seara tahu kekuatan jubah itu dan langsung lari dari kejaran Temujin. Seara seperti dikejar oleh kobaran api yang hidup. Jubah Api memberikan Temujin kekuatan tambahan membuat gerakannya menjadi lebih cepat. Seara yang kabur menghindar perlahan terkejar olehnya.
Tapi Seara tidak kabur sembarangan. Dia sudah sangat mempersiapkan untuk melawan Temujin. Saat hampir tertangkap, tanah yang mereka pijak seketika mengeluarkan lingkaran sihir dan meledak. Walau terlindung dengan jubah api tapi Temujin masihlah merasakan dorongan dari sihir ledakan walaupun jauh lebih ringan. Temujin mundur dan Seara berhasil kabur dan menjaga jarak. Tidak hanya itu, Saat Temujin mundur muncul lingkaran sihir lainnya di tanah yang dipijak temujin. Lingkaran sihir itu meledak dan Temujin mundur lebih jauh lagi.
Setiap langkah yang Seara ambil, dia menanamkan sihir ledakan pada pijakannya. Kini Seara meledakkannya satu persatu sihir yang sudah dia tanam. Temujin mundur lebih jauh lagi dan menerima ledakan lebih banyak lagi. Ledakan beruntun itu membuat Temujin sangat kesusahan. Walau begitu Temujin tidaklah menerima luka yang berarti. Pakaiannya hanya sedikit terbakar dan yang tubuhnya rasakan hanyalah seperti sedang didorong. Kini Seara sadar kalau dia tidak bisa meledakkan temujin.
"Raut mukamu indah sekali." Ujar Temujin. "Perlihatkan lagi keputus asaanmu itu!" Ujar Temujin dengan tersenyum.
"Siapa yang putus asa!" Seara mencoba berpikir postif.
"Serangan yang sama tidak akan bekerja padaku!" Seru temujin kembali mengejar Seara.
Tidak seperti sebelumnya, kini Temujin tidak mengambil langkah yang sama dengan Seara. Arena berbatu membuat seseorang tidak bisa berlari dengan biasa. Mereka harus berlari diselingi dengan melompat dari batu satu ke batu lainnya dan juga terkadang mereka harus berlari memutari batu besar yang menghalangi. Tapi dengan kekuatan jubahnya, Temujin bisa melompati beberapa batu sekaligus. Dan saat Seara berlari memutari batu, Temujin bisa langsung melompatinya tanpa perlu memutar.
Seara yang berlari memutari batu yang sangat besar. Dia tidak menyangka kalau Temujin bisa melompatinya hanya dengan satu lompatan. Dan dari udara Temujin melepaskan jubahnya dan melemparkannya ke Seara. Seara langsung berlari untuk menghindar tapi sayang Jubah milik Temujin berubah menjadi berbentuk burung dan mengejarnya. Serangan pertama dari Temujin sekaligus serangan Pembalasan. Seara tidak sanggup lagi menghindar dan terbakar oleh api milik Temujin.
Jika manusia biasa pasti akan mulai melepuh bahkan gosong. Seara adalah pengguna sihir api jadi dia memiliki ketahanan yang lebih terhadap api dibanding manusia biasa. Tapi tetap saja kulitnya memerah dan lecet akibat itu. Temujin merasa senang karena serangannya berhasil melukai Seara. Hanya dengan satu serangan, semua lawannya sudah hampir mati. Temujin merasa sangat dominan dengan kekuatannya.
Seara yang terhenti akibat terbakar oleh jubah api namun Temujin tidaklah berhenti. Temujin menggunakan momen itu untuk mendekat dan menyerangnya. Sebagai awalan Temujin membalas memukul perut Seara. Kemudian mulai memukulnya di tempat lain. Beberapa serangan bisa Seara tangkus namun kebanyakan serangan berhasil mendarat.
"Sudahlah menyerah saja." Ujar Temujin.
Seara tidak menyerah. Dia menggenggam batu dan melemparkannya kepada temujin. Namun bukan hanya lemparan biasa tapi lemparan dengan disertai ledakan. Seara menggunakan batu sebagai peluru dan menggunakan tangannya sebagai meriam. Batu itu meluncur sangat cepat dan mengenai perut Temujin. Temujin saat ini sedang tidak memakai jubah api karena baru saja dia lemparkan. Dan dia perlu menunggu beberapa waktu untuk bisa kembali menggunakannya. Karena itulah sekarang Temujin sedang pada kondisi lemahnya dan serangan Seara bisa melukainya.
Arena berbatu yang awalnya merugikan Seara karena membuatnya tidak bisa kabur, kini beralih fungsi. Arena berbatu membuat Seara memiliki peluru tidak terbatas. Seara terus menerus menggunakan sihir meriam tangannya atau Handcannon. Temujin kini berada pada kondisi yang sangat tidak menguntungkan. Dia dihujani batu yang meluncur dengan kecepatan tinggi. Kini dia hanya bisa lari dari Seara.
Namun serangan seara tidaklah akurat mengingat tubuhnya yang terbakar. Dia juga tidak bisa mengejar Temujin karenanya. Melihat kesempatan itu, Temujin bersembunyi di balik batu yang besar. Temujin berencana menunggu kekuatannya pulih dan kembali menyerang. Boom-Boom-Boom-Boom-Boom terdengar suara ledakan dan batu yang berbenturan. Temujin curiga dengan suara itu karena terdengar sangat konsisten dan teratur.
"Wooow…. Seperti burung pelatuk, Seara menyerang batu tempat Temujin bersembunyi terus menerus!!" Seru komentator yang ada di balon udara diatas mereka.
"Sialan! Dia membocorkan rencanaku." Gumam Seara dalam hati.
Kini masalah siapa yang lebih cepat. Seara yang menghancurkan batu atau Temujin yang pulih. Nafas Seara mulai terengah-engah. Mananya habis karena menggunakan sihir terus menerus. Ditambah lagi dia terus-terusan berlari. Tapi Seara hanya fokus pada satu hal yaitu menghancurkan batu. Akhirnya setelah beberapa lama Batu yang melindungi Temujin pun pecah.
"Wooowww….." Terdengar sorakan penonton.
Ternyata sorakan penonton bukanlah untuk Seara tapi untuk Temujin yang sudah pulih. Semenjak dia berlari-lari Seara sudah menguras banyak mana. Dia juga masih menahan sakit karena luka bakar yang dia alami. Satu-satunya yang masih membuatnya berdiri adalah karena dia berpikir masih punya kesempatan untuk menang. Namun melihat Temujin dengan jubah apinya, seketika itu Seara sudah kehilangan harapan Semangatnya hilang dan tenaganya pun habis. Dia jatuh pingsan karena kehabisan mana. Akhirnya Temujin dinobatkan sebagai pemenang.
Dinobatkan sebagai pemenang tidaklah membuatnya puas. Dia marah Seara sudah melukainya. Bukan hanya melukai secara fisik namun juga melukai harga dirinya. Baru kali ini Temujin berlari dari musuhnya. Apalagi musuhnya adalah seorang wanita yang lebih lemah darinya. Seara sekarang ditandai sebagai musuhnya sama seperti dengan Khan.
Sayang sekali Seara gagal memegang kata-katanya sama seperti wanita pada umumnya. Tetapi tidak apa karena bukan itu masalahnya. Khan langsung datang ke ruang kesehatan untuk melihat keadaan Seara. Seara yang jarang berbicara dengannya tiba-tiba ingin dipangil sebagai kakak. Pernyataan itu membuat Khan terkejut dan menjadi penasaran dengannya. Namun keadaan Seara cukup parah, kehabisan mana membuatnya pingsan dan tidak stabil. Untuk mengisi mananya dengan cepat, perawat memasang infus padanya. Kini Khan hanya bisa menunggu dan duduk disampingnya.
"Khan tampak sedih akan kekalahannya, sebenarnya apa hubungan mereka?" Hilda diam-diam mengintip.
"Apapun itu tampaknya lebih baik dari hubunganku dengan August." Jawab Ellen.
"Salahmu sendiri yang masih percaya dengan hal seperti itu!" Bentak August.
"Ssshhhh!!!!" Hilda dan Ellen meminta August untuk diam.
"Maaf, kami akan pergi." Ellen menyeret August pergi menjauh.
Ellen dan August saling mengenal belum lama ini yaitu ketika babak kedua. Mengenal orang memang memiliki tantangan masing-masing dan setiap orang memiliki caranya sendiri. Beberapa hubungan memiliki batasam yang benar-benar tidak bisa dilewati dan seringkali orang melanggarnya dengan sengaja maupun tidak. Bagi August batasan itu adalah mengenai bentuk dunia mereka hidup saat ini.
Seperti yang diketahui August suka dengan berpetualang dan berharap bisa berpetualang seperti ayahnya. Maka dari itu dia sudah dekat dengan peta-peta harta karun yang dimiliki oleh orang tuanya. Saat malam dia melihat peta seperti membaca dongeng dan bermimpi bisa berpetualang ke tempat itu. Satu hal mendasar yang dia punya sebagai ahli peta adalah kenyataan bahwa dunia itu bulat.
"Dunia itu datar!" seru Ellen.
"Bulat!" Seru August.
"Bukankah kamu sering membaca peta? Peta itu datar bukan?" Tanya Ellen.
"Itu hanyalah bentuk sederhana agar mudah dipahami. Sebenarnya dunia itu bulat." Jawab August.
"Jadi kamu pikir peta itu salah? Aku masih bisa dari satu tempat ke tempat lain dengan lancar dengan 'peta salah'mu itu. Itu bukti yang cukup bahwa dunia itu datar." Sahut Ellen.
Begitulah mereka bertengkar setiapkali mereka bertemu. Setelah pergi dari ruang kesehatan, mereka melanjutkan pertengkaran mereka sampai-sampai mereka lupa waktu. Tak terasa sudah lewat dua pertandingan setelah Temujin dan Seara. Sekarang waktunya Ellen dan August yang bertanding. Arena di rubah sedemikian rupa menjadi padang rumput untuk mereka berdua. Tempat yang luas dan tidak ada yang menghalangi pandangan mereka. Mereka berdua tidak bisa bertarung dengan sembunyi-sembunyi seperti yang Lapis lakukan. Tapi sepertinya mereka berdua sama sekali tidak punya niatan seperti itu.
Sejak pertama kali masuk arena, Ellen dan August sudah bertengkar. Mereka berdua berdebat sembari berjalan menuju arena. Mereka terlihat sangat antusias untuk bertarung. Saat berada ditengah padang rumput mereka masih bertengkar sampai-sampai wasit harus memisahkan mereka berdua. Mereka berdua ingin menyelesaikan masalah mereka dengan jelas tanpa sembunyi-sembunyi.
Saat wasit menyatakan pertandingan dimulai, seketika itu juga mereka berdua mengeluarkan lingkaran sihir besar dibawah mereka. Seperti biasa mereka menggunakan sihir andalan mereka yaitu golem. Golem batu milik August dan Golem tanah milik Ellen. Mereka berdua sudah berkembang. Tidak seperti sebelumnya, golem mereka tidaklah berwujud seperti manusia. Golem mereka memiliki wujud hewan yang unik. Mereka berdua sekarang sudah bisa memanggil mahluk elemental mereka.
Sungguh aneh mendeskripsikan golem milik August. Hewan besar dengan bebatuan dipunggungnya dengan ekor yang panjang dan tanduk dikepalanya. Terdapat bebatuan di punggungnya yang sangat besar dan ditutupi tanah seperti bukit kecil. Namun berbeda dengan kura-kura, struktur kakinya belakangnya seperti banteng namun tebal dan besar seperti gajah. Kakinya depannya seperti tangan gorilla namun dengan telapak tangan seperti kura-kura. Dan dari samping wajahnya yang seperti kadal itu terdapat tanduk yang melengkung kebawah lalu keatas.
Golem milik Ellen juga tidak kalah aneh dengan milik August. Golem tanah milik Ellen seperti memiliki tubuh seperti Gorilla yang berjalan dengan kedua lengan dan kakinya. Sama seperti Gorilla, Lengannya jauh lebih panjang daripada kakinya. Lalu Gorilla itu memiliki kepala Gajah namun tanpa belalai dan gading yang panjang kebawah sepanjang lengannya sendiri. Lengannya adalah lengan gorilla namun telapak kakinya seperti telapak kaki gajah. Jika dilihat sekilas Golem Ellen terlihat lebih tinggi namun jika diperhatikan sekali lagi keduanya sebenarnya memiliki tinggi yang sama. Bukit di punggung golem August menjulang cukup tinggi setinggi kepala golem milik Ellen.
"Lihat itu! Kamu memanggil A'tuin yang Agung." Seru Ellen. "Dunia ini ingin memberitahumu bahwa ada kura-kura cosmic yang membawanya." Ujar Ellen.
"Tidak!!! Ini…. Ini bukanlah A'tuin!" August tidak terima. "Kura-kura ini berbeda dengan A'tuin, Jauh berbeda." Sahut August.
"Sepertinya dia masih menolak kenyataan." Gumam Ellen. "Berilia! Serang!" Seru Ellen.
Golem Ellen yang dinamai Berilia menerjang A'tuin milik August. Tidak tinggal diam, August juga memerintahan hal yang sama. Dalam segi serangan, Berilia memiliki keunggulan dimana Gadingnya bisa menyerang dengan jarak yang jauh. Berilia mengayunkan gading itu untuk menyerang A'tuin sebelum dia bisa mendekat. Kepala A'tuin terpukul dan dia menghentakkan kakinya untuk menahan serangan itu. Hentakan kaki A'tuin sangat kuat sehingga arena bergetar. Wasit dan para penjaga langsung menjaga jarak dan berdiri di posisinya masing-masing. Mereka berdiri di pinggir Arena di depan tempat duduk penonton untuk berjaga-jaga.
Berilia mengayunkan gadingnya sekali lagi dan kembali mengenai kepala A'tuin. Hempasan angin yang disebabkan oleh gading itu terasa sampai ke bangku penonton. Namun kali ini A'tuin tidak menahan serangan itu dan ikut berputar. Dia berputar dengan cepat dan mengibaskan ekornya kepada Berilia. Untuk pertama kalinya Berilia terkena serangan oleh A'tuin. Ekor A'tuin cukup panjang dan mengenai lengan Berilia. Sepertinya serangan itu sangat kuat dan tajam sehingga lengan Berilia terluka seperti tersayat pedang. Lengan itu terbuka begitu saja dan tidak ada darah yang keluar karena lengan itu terbuat dari tanah.
A'tuin berputar kembali dan meraung bangga karena berhasil menyerang Berilia. Raungan itu sangat keras dan menggelegar. Para penonton takjub dan terheran-heran. Penonton tidak pernah melihat monster-monster yang ada didepannya. Bahkan mahluk elemental milik Gameciel tidak sebesar itu. Ukuran Comi dan Terra sangatlah besar sehingga Ellen dan August terlihat seperti tikus yang naik dipunggung gajah. Tinggi kedua monster itu mungkin sekitar 20 meter atau lebih. Teman-teman August dan Ellen terkejut kepada mereka berdua. Tidak ada yang tahu sejak kapan mereka berdua memiliki kekuatan sebesar itu.
Kedua monster itu mulai bertarung lagi dan kini mereka menggunakan sihir. A'tuin menghentakan kakinya dan dari dalam tanah muncul bebatuan besar yang mencuat keluar. Batu-batu itu mendekati Berilia dan mengejebaknya di penjara bebatuan. Berilia mengayunkan gadingnya dan menghancurkan bebatuan tersebut. Berilia membalas dengan menerjang kearah A'tuin. Walaupun banyak batuan yang menghadang tetapi Berilia bisa menghempasnya dengan mudah.
Akibat dihempaskan oleh Berilia, bebatuan melayang kearah para penonton dan para penjaga berjuang keras untuk menghentikannya. Ada yang menggunakan angin untuk mengalihkan arah batu tersebut. Ada yang menggunakan batu atau hal lain untuk melawan batu terbang tersebut dan menghancurkannya diudara. Ada sedikit keraguan dari wasit untuk menghentikan pertandingan namun karena penjaga masih mampu untuk menjaga penonton jadi wasit belum memutuskan.
Kini Berilia sudah cukup dekat dengan A'tuin. Dia mengayunan gadingnya dari bawah keatas dan membuat A'tuin terangkat keatas. August yang berada di kepala Terra langsung terlempar keudara karenanya. Untungnya August tersangkut di balon udara komentator jadi dia tidak terluka parah. Sayang sekali itu tidak berlaku untuk Ellen.
A'tuin yang terangkat sanggup mempertahankan posisinya. Atau dengan bahasa yang lebih sederhana ada kura-kura yang berdiri dengan dua kaki belakangnya dan ekornya. Kemudian dari posisi berdiri, A'tuin langsung turun kebawah dengan kekuatan penuh. A'tuin menghantam Berilia dan menjatuhkannya seketika. Ellen tidak terlalu beruntung dan terjatuh dari Berilia. Lebih parahnya lagi Ellen tampak pingsan dan kedua monster didekatnya masih bertarung.
"August, apa kamu bisa menghentikan mahluk elementalmu?" Tanya komentator.
"Aku berusaha tetapi dia tidak meresponku." Jawab August sembari merapalkan beberapa sihir.
"Hentikan pertandingan!" Raja berdiri dan memberi perintah.
Tiba-tiba sebuah palu turun dari langit dan menggetarkan Arena. Kedua monster itu terdiam dan menoleh kearah palu itu terjatuh. Dari belakang palu itu terlihat Gany berjalan di Arena sembari merentangkan tangannya. Gany berjalan dengan perlahan dengan armor berlian yang sangat mencolok karena pantulan cahaya. Gany melakukan semua itu untuk mendapatkan perhatian dari Berilia dan A'tuin. Kini setelah mendapatkan perhatian mereka berdua, Gany mengambil debu di tanah dan mengoleskannya di keningnya. Gany melakukan itu sabegai bentuk penghormatan dan memohon bantuan kepada tanah di arena. Benar saja tiba-tiba lingkaran sihir yang sangat besar muncul di Arena.
Crack!! Crack!! Crack!!
Suara petir terdengar dari Arena disertai dengan kilatan-kilatan kecil. Ternyata itu adalah suara yang diakibatkan oleh salah satu peserta Mana Spirit babak ketiga yaitu Raigeki. Dia menggunakan kekuatan petirnya untuk bergerak dengan cepat dan menyelamatkan Ellen. Kini Ellen yang pingsan sudah keluar dari Arena dan Ganypun bisa bertarung tanpa halangan.
"Selanjutnya kuserahkan padamu tuan Ganymede." Ujar Raigeki.
"Terimakasih." Jawab Gany.
A'tuin dan Berilia mengaum dan menerjang menuju Gany. Namun ada yang aneh dari dari pergerakan mereka berdua. Sebelumnya apapun yang mereka lakukan akan menyebabkan getaran yang dapat dirasakan sampai ke bangku penonton. Namun karena sekarang ada lingkaran sihir yang menyelimuti arena, tidak ada getaran sama sekali. Akhirnya Gany mengambil palunya dan ikut berlari menerjang mereka berdua.
Gany ingin menyerang A'tuin maka dari itu dia ingin sampai ke kepalanya terlebih dahulu. Tanah di Arena memahami niat Gany dan langsung membantunya. Tiba-tiba sebuah pilar batu keluar dari tanah dan melemparkan Gany keudara. Gany mendarat ke kepala A'tuin dan dengan sekuat tenaga, dia memukulkan palunya ke kapala A'tuin. Mungkin terdengar konyol untuk manusia biasa, namun yang menyerang adalah Ganymede. Kepala A'tuin langsung retak akibat pukulan itu. Melihat serangannya berhasil melukainya, Gany melakukannya lagi dan lagi.
A'tuin tidak suka dengan serangan Gany dan berusaha menyingkirkannya. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya namun Gany tidak jatuh. Satu hal dari palu milik Gany yaitu palu itu bukanlah palu biasa. Namanya adalah Bec de Corbin dan itu adalah jenis senjata polearm. Tongkat besi dengan palu di ujungnya dan disisi belakang palu tersebut terdapat Duri. Duri seperti paku tajam dan besar yang sedikit bengkok seperti paruh gagak. Dengan ujung seperti itu, Gany dapat menancapkannya ke kepala A'tuin untuk bertahan dari goncangan.
A'tuin tidak bisa menyingkirkan Gany ahirnya memutuskan untuk menyundul Berilia dan berharap hal itu dapat melakukannya. Tentu Gany tidak bisa begitu mudah untuk disingkirkan. Gany menggunakan tombak tali merah untuk pergi dari kepala A'tuin dengan cepat. Tombak tali merah memanjang dan meraih gading dari Berilia kemudian Gany berayun kesana. Tidak berhenti disana, Gany kembali memukulkan Bec de Corbin ke gading Berilia. Memukul A'tuin, A'tuin menyundul Berilia, Berayun dan memukul gading Berilia, semuanya terjadi dengan cepat seakan menjadi satu kejadian yang utuh. Sepertinya Gany sangat paham bagaimana cara menghadapi monster.
Tiada gading yang tak retak. Gading Berilia tidak hanya retak melainkan patah akibat serangan Gany. Gany memperkuat senjatanya dengan merubahnya menjadi Berlian sehingga mampu melakuan itu. Berilia sangat marah ketika gadingnya patah dan langsung menangkap Gany dengan tangannya. Dia mencekram Gany dengan sangat kuat berharap itu bisa menghancurkan Gany. Sungguh aneh sikap yang diperlihatkan Gany karena dia malah tersenyum. Dia teringat ketika melawan Umbaraka dan mengalami hal yang sama. Gany berhasil melawan cengkraman itu dan membukanya. Tikus yang dapat membuka cengkraman manusia, itulah perandaian yang tepat akan situasi tersebut.
Setelah cengkraman terbuka, Gany kembali berayun ke kepala A'tuin dan memprovokasi Berilia. Berilia langsung mengayunkan gadingnya dan menghantam A'tuin. Kini A'tuin tidak lagi berfokus kepada Gany melainkan kepada Berilia. Sama seperti sebelumnya A'tuin berbalik dan menghempaskan ekornya. Namun kali ini Berilia berhasil menahan ekor tersebut dan menariknya. Berilia mengamuk dan mengancurkan bukit berbatu di punggung A'tuin. A'tuin yang posisinya tidak menguntungkan hanya bisa meronta kesakitan.
Punggung A'tuin kini hancur dan tidak ada pelindungnya. Kemudian Gany menggunakan tombak tali merah untuk meraih kepala Berilia. Sungguh kekuatan luar biasa yang ditunjukkan oleh Gany. Dia menarik Berilia dengan kuat sampai-sampai Berilia tidak bisa melawan. Berilia tertarik dan menusuk A'tuin dengan gadingnya yang tersisa. Sepertinya serangan itu cukup fatal sampai-sampai A'tuin mulai hancur dan kembali menjadi batu biasa.
Pembantaian belum selesai, Gany turun ke tanah dan melemparkan kepala A'tuin kepada Berilia. Sebuah batu besar bertanduk mengenai kepala Berilia membuatnya kehilangan keseimbangan. Tidak berhenti di situ, Gany menarik gading Berilia yang patah dan melemparkannya kepada Berilia. Dada Berilia tertusuk Gadingnya sendiri dan dia mulai kehilangan kekuatannya. Berilia terjatuh dan tubuhnya perlahan menjadi tanah kembali.
Kedua monster berhasil dikalahkan, Semua penonton bersorak akan aksi Gany. Kini semua dapat menyaksikan betapa kuatnya pahlawan Praha itu. Semenjak Gany turun ke arena, tidak ada lagi kehancuran yang terjadi di arena melainkan kehancuran kedua monster tersebut. Arena tidak lagi mengalami kerusakan akibat getaran dan tidak ada lagi batu-batu besar yang menimpa penonton. Gany dan Tanah dari Arena melindungi semuanya. Pertandingan dihentikan untuk sementara waktu untuk membersihkan sisa-sisa kekacauan.
"Siapa yang menang diantara kita?" Tanya Ellen yang baru sadar dari pingsannya.
"Aahh… kita berdua didiskualifikasi." August menjawab dengan sedikit berat hati.
"Kenapa?" Ellen masih belum sadar penuh.
"Kita menghancurkan arena dan hampir melukai penonton." Jawab August.
"Ooohh… pantas saja." Ellen baru mengerti.
"Mungkin kalian harus berhenti bertengkar karena bentuk dunia." Gany tiba-tiba datang menghampiri.
"Kamu benar…" Jawab Ellen. "Aku akan secara langsung menunjukkan ujung dunia kepada August." Tambahnya.
"Apa?" Gany sedikit bingung.
"Tidak-tidak-tidak… aku akan menyeretmu mengelilingi dunia sehingga kamu tahu betapa bulatnya dunia ini." Sahut August.
Perdebatan yang pada awalnya bersifat destruktif tiba-tiba berubah seketika. Tidak disangka perdebatan mereka bisa berjalan dengan cara yang lebih romantis. 😉