Chapter 18: God of Chaos and Order
Malam 1 = Sophia (Terbunuh)
Hari 1 = Villager 1 (Dieksekusi)
Malam 2 = Nadia (Terbunuh)
Hari 2 = Villager 2 (Dieksekusi)
Malam 3 = Nenek (Terbunuh)
Hari 3 = Beast 1 (Dieksekusi)
Malam 4 = Ganymede (Terbunuh)
Hari 4 = Chow (Diekseuksi)
Malam 5 =
Hari 5 =
Malam 6 =
Hari 6 =
.
.
.
.
.
"Ayo main lagi!"
Suara anak kecil bergema di pikiran Gany dan membangunkannya. Gany bingung dengan apa yang terjadi. Tubuhnya basah karena hujan dan air sungai menyipratinya. Tangannya Chow yang masih tidak sadarkan diri disampingnya. Kesadaran Gany mulai tersusun dan dia mulai mengingat apa yang terjadi. Dia jatuh dari tebing dan terseret aliran sungai untuk menyelamatkan Chow. Lalu dia ditangkap oleh Dina, Rina dan Belkaya. Lalu ada pembunuhan berantai yang terjadi di Volgograd. Lalu dia dibunuh Belkaya. Lalu dia mengulang lagi.
"Apa ini? Ilusi? Suara siapa yang baru saja kudengar?" Gany mencoba memahami keadaan.
Gany yang kedinginan mengangkat Chow dan membuat rumah untuk berteduh. Sama seperti sebelumnya Gany membuat perapian dan menyalakan api unggun. Kemudian Chow bangkit dari pingsannya dan menanyakan keadaan. Baru dijelaskan sebentar Chow sadar kalau dia sudah mengalami ini sebelumnya. Ingatannya kembali tersusun dan mulai meraba Gany. Dia ingat betul kalau Gany tertembus jantungnya oleh Belkaya. Tapi setelah diperiksa lagi semuanya kembali seperti semula.
"Apa semua itu hanya mimpi?" Tanya Chow.
"Apa kamu bermimpi jantungku tertembus? Sepertinya itu bukan mimpi." Jawab Gany.
Chow dan Gany sedikit merasa lega karena mereka memiliki ingatan yang sama. Tapi mereka masih khawatir dengan apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa mereka mengulang lagi. Mereka yakin kalau ini adalah pengulangan karena rumah yang dibangun Gany sebelumnya hilang tanpa sisa dan tanpa jejak pernah digunakan. Lalu Chow menyarankan untuk segera pergi ke desa dan membunuh si Beast pertama dan Belkaya. Sungguh semangat yang luar biasa oleh orang yang baru bangun dari pingsannya. Namun Tubuh Chow masih menggigil dan kelelahan. Sistem koordinasi tubuhnya masih belum baik dan dia tidak bisa berjalan dengan baik.
"Lebih baik kamu istirahat saja, biar aku yang pergi." Ujar Gany.
Baru saja membuka pintu, Gany berhenti dan kepikiran sesuatu. Dia bertanya Bagaimana jika Chow lah yang diserang malam ini? Bagaimana jika si Beast punya ingatan masa lalu? Bagaimana jika semua orang punya ingatan masa lalu?
"Jangan terlalu banyak berpikir! Jika kamu tidak melakukannya, biar aku saja!" Chow mulai bangkit dari tidurnya.
"Tidak, biar aku saja. Maaf membuatmu ragu." Ujar Gany.
"Aku akan menutup rapat rumah ini dan membuatnya menjadi berlian." Gany menyayat lengannya.
"Kamu tidak akan bisa keluar semalaman jadi bersabarlah." Gany mengoleskan darahnya ke tembok.
Perlahan tapi pasti rumah yang dibuat Gany berubah menjadi Berlian. Seakan tidak mau kalah, Gany juga merubah tubuhnya jadi berlian. Dia melakukannya agar tidak tertiup angin. Dengan sedikit terhuyung – huyung Gany berjalan menembus badai dan menuju ke Volgograd. Sebenarnya dia kelelahan dan sedikit pusing karena kurang darah namun dia masih berjalan. Akhirnya setelah sekian lama dia sampai di Volgograd.
"Hantu!!!" Seorang petugas pos keamanan berteriak.
Wujudnya yang sedikit transparan dan mengkilap membuat Gany menjadi pemandangan yang aneh. Apalagi disertai kurangnya ketajaman pandangan ketika hujan badai membuat orang – orang ketakutan. Tapi para penjaga tetap mengepung Gany meski hujan badai menerpa.
"Ini aku! Gany! Penyihir tanah! Apa kalian tidak ingat?" Gany berteriak sembari mengangkat tangan.
"Penyihir!!" para penjaga malah semakin aggresif.
Terpaksa Gany merubah mindsetnya menjadi mode tempur. Dia tidak bersusah payah menghindari serangan tombak melainkan menerimanya begitu saja. Seperti yang Gany harapkan, tidak ada tombak yang dapat menembus berliannya. Kemudian Gany langsung memukul, mematahkan tombak – tombak dan senjata yang menyerangnya. Serangan jarak dekat tidak bisa, para penjaga mengeluarkan panah dan mulai menembaknya. Sungguh keputusan yang buruk, Hujan badai membuat serangan mereka tidak akurat sama sekali. Putus asa mereka mulai melempari Gany dengan batu. Gany langsung menangkapnya dan menghancurkannya. Gany ingin menunjukkan dominasi.
Kemudian ada seseorang yang berani menyerang Gany dengan tangan kosong. Gany tidak menyia – nyiakan kesempatan itu untuk mencengkram tangannya. Gany menarik orang itu dan berkata jelas di telinganya. Gany bilang kalau dia adalah utusan dewa yang datang untuk membasmi Beast. Awalnya orang itu tidak percaya namun karena tidak ada serangan mereka yang berhasil melukainya, orang itu pun terdiam dan mulai memikirkannya. Diamnya orang itu diikuti oleh penjaga lain yang juga berhenti menyerang. Akhirnya Gany dikawal untuk dipertemukan dengan tetua desa.
"Dewa mendengar doa dari ibu Sophia dan aku datang sebagai balasannya." Ujar Gany.
"Ibu dari gadis bernama Sophia? Kenapa doanya?" Tetua sedikit bingung.
"Sophia… dia korban pertama bukan?" Tanya Gany.
"Bukan, tapi kerabatnya yaitu Sonia." Jawab Tetua.
"Aaahhh….. aku mengacau." Ucap Gany dalam hati. "Intinya aku sudah di sini. Perketat keamanan malam ini, tidak ada yang boleh keluar rumah kecuali aku dan penjaga." Ujar Gany.
"Kenapa kami mau menerima perkataanmu!" Belkaya datang membanting pintu.
"Aku datang untuk membantu penjagaan jadi harusnya ini menguntungkan untuk kalian." Jawab Gany.
"Penyihir asing tiba – tiba datang untuk membantu? Mulia sekali." Belkaya sarkas.
"Kalau begitu kamu bisa ikut berjaga denganku, untuk menjagaku." Jawab Gany.
"Tidak! Cucuku tidak akan kubiarkan berada di garis depan!" Sahut Tetua.
"Tunggu kakek, dia benar! Biar aku dan si kembar yang mengawasinya." Sahut Belkaya. "Si kembar juga salah satu yang terkuat di sini." Tambahnya.
Jika saja korban pertama adalah Sophia, Gany pasti sudah menetralisir Belkaya. Namun karena korban pertama berbeda, maka belum tentu Belkaya merupakan Beast. Atau setidaknya itu kesimpulan sementaranya. Malam hari Gany tetap berjaga di sekitar rumah orang yang menjadi Beast dan juga membiarkan Belkaya, Rina dan Dina mengawasinya. Sekarang semua pelaku ada dalam radarnya jadi dia merasa lebih tenang.
Perjalanan panjang, berdesak – desakan di kereta kuda, jatuh dari tebing, berenang melawan arus sungai, mengeluarkan darah untuk sihir dan berjaga semalaman. Gany sudah terlalu lelah dan yang sekarang menggerakkan tubuhnya hanyalah instingnya. Jadi dia hanya bisa bereaksi oleh aksi – aksi yang besar dan nampak olehnya. Hal itu sangatlah buruk apalagi Beast bergerak setiap malam tanpa ada orang yang bisa menyadari. Benar – benar pembunuh berantai yang profesional.
Chow bangun dari tidurnya dan melihat rumah buatan Gany telah kembali menjadi tembok batu biasa. Kemudian dia melihat keluar untuk mendapati bahwa hari sudah pagi. Gany memang bilang kalau perlindungan berlian hanya akan bertahan semalaman jadi Chow memakluminya. Lebih jauh lagi dia baru sadar kalau dia sangat kelelahan sampai – sampai tidur dari sore sampai pagi. Pantas saja Gany memaksanya untuk istirahat saja. Sekarang dia sudah merasa lebih segar, dia memutuskan untuk pergi ke desa.
Ditengah perjalanan Chow mendengar ada suara dentingan logam. Dia langsung bergegas ke arah suara karena dia yakin pasti terjadi sebuah pertarungan disana. Benar saja Beast sedang dikepung oleh beberapa orang dan mencoba lari. Terlihas Beast memiliki beberapa luka di tubuhnya pertanda pertarungan sudah terjadi cukup lama. Bagi Chow tingkah Beast sangat kacau hampir sama seperti saat melawan Gany sebelumnya. Kemudian Chow mengeluarkan Senjatanya dan ikut menyerang Beast. Beruntung ada Rina dan Dina disana jadi Chow bisa membaur. Dia berkata kalau dia adalah teman dari Gany dan si kembar langsung menerimanya.
Dengan kekuatan dari pertemanan, akhirnya Beast bisa dikalahkan. Chow merasa senang setidaknya satu beast sudah dikalahkan. Mendengar itu Dina dan Rina menjadi terkejut dan mempertanyakan pernyataannya itu. Chow berkata kalau Beast pertama sudah dikalahkan maka Beast kedua akan mulai beraksi. Namun Chow tidak tahu ada berapa Beast yang berada di desa namun setidaknya dia tahu kalau ada dua. Dina dan Rina langsung membawa Chow ke Belkaya untuk berkonsultasi lebih lanjut.
Bukanya berkonsultasi malah berdiam diri. Bukannya menyusun strategi malah meratapi tragedi. Belkaya sedang membaringkan Gany yang telah mati. Sebelumnya Dina, Rina, Belkaya dan Gany berpatroli di desa. Tiba – tiba Beast menyerang kearah Belkaya. Dina dan Rina yang selalu sigap menyadari serangan itu dan menyelamatkan Belkaya. Gany yang sadar akan serangan tersebut langsung mencoba menyerangnya. Memang satu pukulan dua pukulan mengenai Beast tapi Beast seakan tidak peduli. Bukan tidak peduli dengan serangan Gany namun tidak peduli dengan Gany.
Beast hanya mencoba menghindar dari Gany dan tetap berfokus pada Belkaya. Menyadari hal itu Gany memerintahkan Belkaya untuk lari. Gany ingin Beast hanya terfokus padanya namun semua itu sia – sia. Beast sudah menentukan mangsanya yaitu Belkaya. Akhirnya mereka malah kejar – kejaran keliling desa. Gany, Rina dan Dina mencoba menyerang namun Beast sangat lihai untuk menghindar.
Panik, Belkaya tersandung saat berlari. Beast menjadi semakin Ganas dan langsung melompat kearah Belkaya. Tidak punya banyak waktu Gany langsung memasang badan untuk melindungi Belkaya. Tidak lupa Gany merubah tubuhnya menjadi berlian agar bisa menghentikan serangan Beast. Memang serangan itu berhenti tetapi jantung Gany juga ikut berhenti.
"Bagaimana bisa?" Gany melihat lengan beast yang menembus dadanya dan mengambil jantungnya.
Tubuh Gany kembali menjadi daging biasa dan kehilangan keseimbangan. Belkaya langsung menahan tubuh Gany agar tidak terjatuh. Tidak tahu apa yang harus dilakukan, Belkaya hanya memanggil – manggil nama Gany. Aneh Beast yang sudah mendapatkan jantung langsung pergi kearah matahari terbit. Pagi itu tidak diisi dengan cahaya melainkan dengan bayangan. Sepertinya Beast langsung memakan Jantung Gany dalam perjalanan kaburnya namun dia terbunuh oleh Chow, Dina, Rina dan orang – orang desa lainnya.
Sama seperti sebelumnya Chow hanya bisa meneriakkan kesedihannya. Pikirannya kosong dan tidak tahu harus berbuat apa. Dia tidak tahu bagaimana harus menjelaskan kematian Gany kepada Lapis atau kepada yang lainnya. Kemudian dia ingat kalau sebelumnya Belkaya adalah Beast kedua lalu Chow langsung mengacungkan senjata padanya. Sebagai balasan Dina dan Rina balik mengacungkan tombak mereka kepada Chow.
Chow bilang kalau Belkaya adalah Beast kedua yang akan membunuh mereka semua. Karena dia adalah anak tetua jadi dia tidak dicurigai. Hal itu membuatnya jadi sangat berbahaya. Chow bilang kalau sebelumnya dia mencoba menyerang Belkaya karena dia membunuh Gany tepat dihadapannya. Kemudian saat dia lari ke desa untuk membuktikan kejahatannya malah dia yang di eksekusi karena tidak ada yang percaya padanya.
"Kamu bicara melantur sekali! Gany dibunuh Beast karena menyelamatkan Belkaya! Bukan Gany dibunuh Belkaya karena dia adalah Beast!" Seru Rina.
"Sepertinya kehilangan temanmu membuat otakmu tidak bisa mendengar dengan baik. Kamu melewatkan beberapa kata kunci penting dalam ucapanmu." Sahut Dina.
"Katakan Chow! siapa korban malam pertama?" Tanya Belkaya.
"Sophia." Jawab Chow.
"Semuanya! Tahan Chow dan masukkan dia ke penjara!" Belkaya memerintahkan semua penjaga.
Belkaya sadar kalau Chow dan Gany sedikit aneh. Saat menguping pembicaraan Gany dan Tetua, Dia mendengar kalau Gany menyebut Sophia. Padahal korban pertama adalah Sonia. Mereka berdua konsisten dalam mendapatkan informasi yang salah. Kekonsistenan mereka berdua malah membuat Belkaya jadi penasaran. Akhirnya dia pergi ke penjara untuk berbicara empat mata. Dengan tali yang mengikat tubuh Chow dan jeruji besi yang memisahkan mereka berdua, Belkaya merasa aman untuk berdiskusi.
Sama seperti saat berbicara dengan Gany, Chow menceritakan semuanya kepada Belkaya. Sophia mati, Villager 1 Dieksekusi. Nadia Mati, Villager 2 dieksekusi. Nenek Dina mati, Beast dieksekusi. Gany mati, Chow dieksekusi. Kemudian semuanya kembali lagi. Belkaya bimbang antara percaya dan tidak percaya. Apa semuanya pernah terjadi dan terulang kembali? Apa benar dia akan jadi Beast? Belkaya menjadi ragu pada dirinya sendiri.
"Aku harus pergi." Belkaya pergi dari penjara.
"Tunggu! Lepaskan aku!" Chow meronta – ronta.
Kali ini Sonia mati dan Villager A dieksekusi. Kemudian Gany mati dan Beast 1 Dieksekusi. Belkaya merasa ketakutan dengan apa yang akan terjadi. Siapa lagi yang akan mati dan siapa lagi yang akan dieksekusi? Lalu Belkaya mengurung diri dikamarnya. Dia mengunci pintu kamar, jendela dan juga lemarinya. Dia menginkat diri di lemarinya dan mencoba tidur disana. Dia tidak ingin membunuh siapa – siapa.
Dipenjara Chow meronta – ronta ingin melepaskan diri. Para penjaga memukul – mukul jeruji besi yang mengurung Chow dan memintanya untuk diam. Chow menggeliat seperti ulat untuk mencari bukaan. Mencari suatu posisi yang cocok untuk memotong tali yang mengikatnya. Kemudian setelah mencoba berbagai posisi, Chow menemukannya. Dia merapalkan mantra untuk mengeluarkan Halberd miliknya. Saat senjata itu muncul, senjata itu tepat memotong tali yang mengikatnya. Berhasil lepas, Chow memukul – mukul jeruji pintu penjara. Pukulannya cukup keras sehingga bisa membuka pintu yang bobrok itu.
Para penjaga langsung menyerang Chow namun Chow sangat lihai dalam menangkis dan menghindar. Dia tidak ingin menyakiti para penjaga dan orang lain, dia ingin membunuh Belkaya sebelum dia membunuh mereka semua. Lonceng dibunyikan, Semua penjaga pergi untuk mengepung Chow. Chow terdesak, dia tidak punya jalan untuk pergi. Dia merasa frustasi dan mencoba menerobos. Namun Rina memukul kepalanya dengan sangat keras sampai membuatnya pingsan.
"Kukira ada apa, ternyata hanya dia." Ucap Rina.
"Rina! Terimakasih telah membantu kami." Jawab seorang penjaga.
"Angkat dia! Kita akan membawanya ke penjara di hutan." Ucap Rina.
"Hutan?" Para penjaga bingung.
"Belkaya meminta kita untuk tidak membunuhya. Karena dia sangat menyusahkan, kita akan membawanya di sana. Di sana penjaranya lebih kokoh." Sahut Dina.
Akhirnya mereka semua memasukkan Chow ke penjara di hutan. Ruang penjara yang sama yang menahan Chow dan Gany sebelumnya. Kemudian Dina dan Rina melaporkan hal itu kepada Belkaya namun Belkaya tidak mau menemui mereka berdua. Belkaya hanya berteriak dari dalam kamarnya dan mereka hanya berbicara dengan dipisahkan oleh tembok.
"Kak, jangan terlalu memikirkan ucapan Chow, jangan terlalu diambil hati." Ucap Dina.
"Biar kami saja yang mengurusnya." Sahut Rina.
"Iya…" Jawab Belkaya.
Sementara itu Chow bangun dengan rasa sakit di kepalanya. Pukulan dari si kembar benar – benar menghantam dengan kuat. Selain itu Chow merasa sangat lapar karena belum makan seharian. Dia minum sedikit saat Belkaya bercerita tapi itu belum cukup untuk kebutuhannya. Lagi, dia masih merasa sedih karena Gany sudah tidak ada jadi kadar air dalam tubuhnya berkurang karena air matanya.
Malam ketiga dimulai, Beast mulai pergi mencari mangsa. Seperti dendam kesumat, Beast kedua memiliki tujuan yang sama dengan Beast pertama. Dia mengendap – endap melewati semua penjagaan dan pergi menuju kamar Belkaya. Penciuman tajam seperti serigala membuatnya tahu dimana letak kamar Belkaya. Karena penciuman itu juga dia bisa tahu dimana Belkaya bersembunyi. Karena tidak ada lagi yang melindungi, Belkaya jadi korban malam ketiga.
Dina dan Rina melampiaskan amarahnya kepada Chow. Mereka berdua langsung menyeret Chow ke pengadilan untuk dieksekusi. Namun Chow sama sekali tidak takut. Dia sadar kalau dia pernah dieksekusi sebelumnya dan dia kembali lagi ke posisi awal bersama Gany. Secercah harapan itu cukup membuatnya berani melawan kematian. Sekarang dia tidak lagi merasa lapar, haus atau kelelahan. Malahan dia tidak lagi merasakan apa – apa.
"Ayo main lagi…"
"Ayo!" Jawab Chow.
Chow bangkit dari tidurnya denga Gany yang berada disampingnya. Gany sedang duduk disebelah api unggun sembari menulis – nulis sesuatu. Chow langsung lompat memeluknya karena bahagia. Kali ini Dia tidak akan membiarkan Gany mati. Kali ini dia bertekad untuk bisa keluar dari masalah ini bersama dengan Gany.
"Baiklah Chow aku paham kamu senang tapi lepaskan aku." Ujar Gany.
"Baik – baik, Apa rencananya kali ini?" Chow mulai melepaskan dirinya.
"Kita kumpulkan semua pengetahuan kita dulu." Jawab Gany.
Dalam skenario pertama Gany mati oleh Belkaya karena dia lengah. Namun saat skenario kedua Gany sudah menggunakan tubuh berliannya namun serangan Beast masih bisa menembusnya. Padahal Gany yakin sekali kalau Beast sebenarnya tidak sekuat itu. Di skenario pertama Beast sangatlah lemah dibanding dengan Gany dari segi manapun. Bahkan saat itu serangan Beast tidak bisa melukai Gany.
Lalu Gany teringat dengan cerita Chow tentang akhir dari Skenario pertama. Saat Gany dibunuh Belkaya, Chow membalas menyerang namun tidak bisa memberi serangan yang berarti. Lalu Chow meminta bantuan kepada warga desa namun karena tidak ada yang percaya maka Chow lah yang dibunuh.
"Apa yang terjadi setelah aku mati di skenario kedua?" Tanya Gany.
"Aku dan warga mengalahkan Beast pertama lalu Beast kedua membunuh Belkaya. Aku hanya bisa sampai sejauh itu." Jawab Chow.
"Lalu kamu dieksekusi?" Tanya Gany.
"Benar." Jawab Chow.
"Bagaimana dengan suara anak kecil saat mengulang skenario? Apa kamu mendengarnya?" Tanya Gany.
"Benar!! Aku juga mendengarnya! Dia meminta untuk bermain lalu aku jawab iya." Chow mulai antusias.
"Berati benar semua ini hanya permainan oleh gadis itu." Gumam Gany.
Gany menjelaskan bahwa permainan ini seperti catur. Walaupun hanya pion tapi jika memang gilirannya, dia bisa mengalahkan Ratu. Sebaliknya walaupun sudah mengalahkan Ratu, pion masih bisa kalah dengan pion biasa. Jadi siklus permainan ini adalah Beast membunuh dan Seseorang dieksekusi. Beast membunuh kapan saja dia mau namun Eksekusi adalah kesepakatan desa. Beast akan terfokus pada seseorang untuk membunuh namun ketika sudah membunuh walaupun bukan targetnya, Beast akan lari. Setelah membunuh Beast akan jadi sangat lemah sehingga bisa dikalahkan oleh kerja kelompok warga desa.
Satu – satunya masalah adalah Gany tidak tahu bagaimana Beast muncul. Sejauh ini hanya ada satu Beast yang keluar dalam satu waktu. Ada dua pemikiran yang dominan di kepala Gany. Pertama yaitu Beast memiliki jumlah tetap 2 atau lebih namun bergerak satu waktu. Kedua yaitu Beast akan "Merasuki" orang lain ketika mati jadi beast akan selalu ada.
Namun semua ini adalah permainan jadi pasti ada cara untuk menang. Jika pemikiran kedua adalah benar adanya maka tidak akan ada jalan kemenangan bagi warga desa dan Beast akan selalu menang. Kalau begitu maka hal ini tidak akan bisa disebut dengan permainan lagi. Apa gadis kecil itu benar – benar ingin bermain atau hanya ingin mempermainkan mereka? Mungkin kesimpulannya sudah pasti. Gany dan Chow harus mencari Gadis itu.
Kali ini Gany dan Chow setuju untuk langsung beristirahat. Mereka anggap kematian di malam kedua tidak bisa dihindari sama seperti di kematian malam pertama. Jika mereka bersikeras dengan keadaan tubuh mereka yang kelelahan maka hasilnya tidak akan baik.
"Gany… apa kamu bisa tidur?" Tanya Chow.
"Belum, ada apa?" Tanya Gany.
"Kenapa guru Mikahla jarang mengajar?" Tanya Chow.
"Tiba – tiba sekali, memangnya ada apa?" Gany sedikit terkejut.
"Maksudku dia selalu datang tepat waktu tapi dia selalu menceritakan dongeng pada kita. Sampai – sampai waktu belajar kita tinggal sedikit baru dia mengajarkan materi." Ujar Chow.
Sebelum pergi ke Shakuntala, guru Mikahla menceritakan soal probabilitas dibawah 0% dan gunting batu kertas untuk memotivasi murid – muridnya. Guru Mikahla sering begitu, dia menceritakan sebuah dongeng dan ingin murid – muridnya mengambil hikmah atau pesan moralnya. Dia selalu menekankan agar menjadi orang yang baik walaupun jalan itu berat. Seakan – akan guru Mikahla adalah guru Konseling dan bukan guru sihir.
Chow masih ingat ketika Mikahla baru mengajar untuk pertama kali. Mikahla bilang kalau sebagai guru tugasnya adalah untuk mencintai dan menyayangi semua muridnya. Oleh karena itu jika murid – muridnya ada yang melakukan kejahatan, dia adalah orang pertama yang akan memukul murid – muridnya itu. Murid – muridnya tidak akan bisa lolos darinya walaupun sudah lulus atau jadi raja.
Mendengar itu Chow dan yang lain menjadi sedikit was – was. Guru macam apa yang baru saja mereka dapatkan? Mikahla cukup frontal sekali di depan. Sangat tidak baik untuk kesan pertama sebagai guru. Lebih jauh lagi dia meminjam kepada Chow selaku ketua kelas untuk melihat materi apa yang harus diajarkan. Mikahla tidak tahu apa yang harus diajarkan. Mulai saat itu semua murid menjadi ragu apakah Mikahla benar – benar seorang guru.
Keesokan harinya Mikahla mengajarkan tentang kebaikan yang akan selalu menang melawan kejahatan. Logikanya sederhana yaitu jika semua orang bekerja pekerjaan yang baik dan halal maka peradaban akan terus maju. Namun jika semua orang adalah pencuri atau penjahat secara umum maka peradaban akan hancur seketika. Semua orang tidak punya barang untuk dicuri karena tidak ada yang memproduksi barang. Tidak ada yang bisa dimanfaatkan karena semua orang adalah parasit yang tidak bermanfaat. Memang itu semua benar tapi bagaimana caranya melakukan Alchemy? Bagaimana rekonstruksi lingkaran sihir? Mikahla melupakan tujuannya masuk kelas.
"Hahaha… dia memang sesuatu." Gany sedikit tertawa.
"Apa dia benar – benar orang yang pintar Gany?" Tanya Chow.
"Kamu tahu Temujin kan? Anak dari panglima Europa? Dia anak yang galak dan kasar. Semua orang takut padanya." Ujar Gany.
"Iya, aku bisa melihatnya." Jawab Chow.
"Guru Mikahla bisa memanipulasinya dan juga pangeran. Bahkan Ratu tertawa oleh hasil manipulasi itu." Jelas Gany.
"Ceritakan detilnya!" Chow heran.
Setelah Mana Spirit berakhir, pangeran Gameciel meminta Temujin untuk melatihnya. Gameciel berpikir kalau kepalanya sangat lemah dan mudah sekali pingsan. Maka dari itu Gameciel meminta Temujin untuk memukulinya agar terbiasa menahan serangan kepala. Mikahla sangat menyayangkan tubuh Gameciel jika harus berlatih seperti itu. Oleh karena itu Mikahla memberi menu latihan yang lebih baik. Gameciel duduk di cangkir putar di taman kerajaan lalu Temujin memutar – mutar cangkir itu dengan cepat. Jadi bukan berlatih menahan pukulan melainkan berlatih menahan rasa pusing. Keduanya memiliki hasil yang hampir sama namun Cangkir putar tidak melukai Gameciel sama sekali.
Yang mulia Ratu yang sedang berjalan tak sengaja melihat Gameciel yang berputar – putar bersama dengan Temujin. Ratu tidak meyangka pemandangan satu dekade lalu bisa terulang lagi. Ratu merasa nostalgia dan tertawa melihat tingkah mereka yang seperti anak kecil. Gany juga merasa takjub dengan Mikahla. Sosok Temujin yang garang bisa jadi seperti itu dihadapannya. Kekuatan Mikahla sama sekali tidak ada hubungannya dalam kasus ini. Hanya kepintarannya cukup untuk menaklukan Temujin, Gameciel dan Ratu.
"Wow… dia sangat ahli memanipulasi orang lain. Apa kita sedang dimanipulasi olehnya Gany?" Tanya Chow.
"Manipulasi? Yang dia katakan hanyalah agar kita jadi orang baik. Kalau memang dia memanipulasi, kupikir aku akan terima saja manipulasi seperti itu." Jawab Gany.
"Jadi orang baik ya…" Gumam Chow. "Sepertinya aku sudah cukup istirahat. Bagaimana kalau kita mengintai Desa dari kejauhan?" Chow bangkit dari tidurnya.
"Sepertinya hujan sudah mereda, Ayo!" Jawab Gany.
Gany cukup ahli dalam mengendalikan sihirnya. Sifat berlian yang transparan dimanfaatkan oleh Gany untuk membuat semacam Teropong. Memang tidak sempurna namun cukup untuk membuat mereka melihat dari kejauhan. Sungguh kebetulan yang luar biasa, awan hujan tesapu ketika mereka berdua berada diluar. Cahaya dari Bulan Shaina dan Sabrina menerangi Volgograd dengan benerang. Gany dan Chow memiliki teropong masing – masing dan melihat setiap sudut desa.
"Itu dia!" Seru Chow. "Gany! Di sisi Barat desa!" Tunjuk Chow.
"Kamu benar! Apa dia sedang berburu atau sudah pulang?" Gany penasaran.
"Sepertinya sudah pulang. Bagaimana? Kita serang sekarang?" Tanya Chow.
"Tidak, Syarat Eksekusi adalah semua orang setuju atau paling tidak khalayak mau mengeksekusi. Jadi yang harus kita lakukan adalah lapor pada Belkaya." Jawab Gany.
"Lalu bagaimana dengan Beast kedua? Kalau kita terlibat, nanti kita bisa jadi target selanjutnya." Tanya Chow.
"Kalau begitu…." Gany punya ide lain.
Saat Belkaya tidur dengan nyenyak, tiba – tiba sesuatu jatuh dari langit. Sesuatu itu menerobos jendelanya dan jatuh tepat di sebelah dipannya. Tentu Belkaya kaget dan lompat dari kasurnya. Belkaya dengan setengah kesadaran menyalakan lentera untuk mencari tahu apa yang terjadi. Ternyata Sesuatu itu adalah sebuah batu. Tablet batu untuk lebih tepatnya dengan tulisan yang terukir diatasnya seperti prasasti. Tablet batu itu terbuat dari berlian dengan tetesan darah di pojok kiri bawah.
"Dia adalah Beast yang memakan jantung manusia. Lihat saja buktinya di rumahnya dan segera eksekusi dia." Tulisan itulah yang terukir di tablet batu tersebut. Pengirimnya anonimus namun terlihat jelas apa maksudnya. Seseorang telah berada di tengah desa dan terikat di sebuah tiang batu. Tablet itu ingin warga desa mengeksekusi orang itu.
Memang Gany dan Chow tidak bisa membunuh Beast karena syarat Eksekusi belum terpenuhi jika tidak ada orang. Namun Gany dan Chow bisa memaksa Beast untuk tetap berubah dan menyeretnya ke tengah desa. Apalagi Beast telah membunuh seseorang jadi Tubuh Berlian Gany menjadi efektif kembali. Sekarang Gany dan Chow akan melindungi desa dari kejauhan dan menaklukan Beast secara diam – diam. Keduanya tidak akan berinteraksi dengan desa dan harapannya Beast sama sekali tidak punya pikiran untuk menargetkan mereka berdua.
Malam 1 = Nadia (Terbunuh)
Hari 1 = Villager 1 (Dieksekusi)
Malam 2 = Gina (Terbunuh)
Hari 2 = Beast 1 (Dieksekusi)
Malam 3 = Sophia (Terbunuh)
Hari 3 = Beast 2 (Dieksekusi)
Malam 4 = Sonia (Terbunuh)
Hari 4 = Beast 3 (Diekseuksi)
"Selamat! Kalian menang!" Ada seorang gadis yang menyoraki Chow dan Gany.
Gany dan Chow tiba – tiba berada disebuah kolam kecil dengan sebuah pohon yang rindang di tepinya. Cahaya Shaina dan Sabrina memantul dari kolam kecil itu dan menerangi daerah sekitar. Disana mereka bertiga berkumpul.
"Siapa kamu?" Tanya Chow.
"Sayo, namaku Sayo. Kalian bermain dengan sangat baik. Ayo bermain lagi!" Jawab Sayo.
"Tunggu dulu… Biarkan aku duduk dulu." Gany mulai duduk.
"Eeeh… tapi main lebih seru." Sahut Sayo.
"Tempat ini indah. Apa kamu yang membuatnya?" Gany mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Hehe… aku yang menemukan tempat ini." Sayo merasa bangga.
"Ayo duduk dulu di sampingku. Coba perlihatkan dulu kartu apa yang kamu pegang." Gany terbiasa menghadapi anak kecil.
Sayo menuruti perkataan Gany dan menunjukkan kartunya kepada Gany. Ada beberapa kartu yang Sayo miliki dan setiap kartu punya gambar tersendiri. Villager, Beast, Knight, Observer. Sayo bercerita kalau dalam skenario kedua Gany adalah Knight dan dalam Skenario ketiga Gany dan Chow adalah Observer. Sayo mendapatkan kartu itu dari dewa dan ketika Gany dan Chow datang, dia berpikir bahwa dewa memberinya teman bermain.
"Mungkin benar dewa memberi kartu itu kepadamu namun dewa tidak mengirim Aku dan Chow untuk bermain." Ujar Gany.
"Tidak?" Sayo merasa sedih.
"Kami kebetulan berada disini." Sahut Chow.
"Tidak! Tidak mau!" Sayo mulai Tantrum.
"Tunggu, Aku punya teman yang dekat dengan para dewa jadi kita bisa langsung bertanya padanya saja. Jadi dewa siapa yang mengirimmu kartu ini?" Tanya Gany.
"Chaos." Jawab Sayo.
God of Chaos and Order. Dewa yang bisa mengendalikan kekacauan dan memberikan aturan dari kekacauan itu. Dia yang menjatuhkan bintang dari langit untuk memberi nutrisi ke tanah. Sepertinya dewa itu menjatuhkan kartu itu dari langit untuk Sayo. Memahami hal itu Gany meminta pengertian kepada Sayo agar dia bisa memanggil temannya. Kemudian mereka semua bisa bertanya bersama – sama kepada Dewa Chaos tentang kartu yang dia kirimkan. Dan juga mereka bisa bertanya apa Gany dan Chow benar – benar dikirimkan untuk Sayo atau jika tidak Sayo bisa minta teman yang lain.
Sayo tampaknya setuju dengan ucapan Gany dan menuruti permintaannya. Namun sebelum bisa pergi, terjadi robekan ruang di hadapan mereka. Bagi mereka terlihat seperti lukisan yang mereka tatap dirobek oleh seseorang dari balik kanvas. Dan orang yang berada di balik itu adalah Mikahla. Seketika Kolam indah tempat mereka duduk berubah menjadi lubang kering dengan pohon mati di tepinya. Tidak hanya itu Tubuh Sayo mulai trasnparan dan tidak bisa dipegang.
Hal itu bisa terjadi karena semua yang dilihat Gany hanyalah ilusi. Pada dasarnya Sayo telah mati dan Gany duduk disebelah kerangkanya. Mikahla datang untuk merobek ruang itu dan membebaskan Gany dan Chow dari ilusi. Ada seekor Jaguar hitam yang berada disebelah Mikahla dan hendak menerkam arwah Sayo. Namun Gany menghentikan Mikahla dan menjelaskan keadaan. Untungnya Mikahla mau memahami dan mengikuti perkataan Gany.
"Walau begitu aku harus segera mengantarkan kalian ke tempat studi lapangan. Semuanya telah menunggu kalian berdua." Ucap Mikahla.
Akhirnya dengan berat hati mereka semua pergi meninggalkan Sayo sendirian di tempat itu. Sayo hanya bisa bersabar menunggu Gany memenuhi Janjinya.