"Didukung profesor Bort, kau dukung, kukira Gany sangat istimewa karena dilindungi oleh banyak plot armor." Ujar Baret Putih.
"Hhhmmm?" Jeanne menoleh kearah Baret Putih.
"Ternyata yang sedang dilindungi plot armor adalah aku." Ujar Baret putih.
"Kamu beruntung dia tidak menghancurkanmu setiap kali kalian bertarung." Sahut Jeanne. "Kamu harus menjadi lebih baik sebagai bentuk rasa bersyukur." Tambahnya.
"Tenang saja… kini aku telah merebut salah satu plot armornya." Baret putih menyentuh pipi Jeanne. "Lagipula jika aku terbukti jadi pria yang buruk bagimu, dia pasti akan memburuku." Tambahnya.
"PERMISI!!! MAU LEWAT!!!" Seseorang menyela mereka berdua.
"Mikahla! Kamu mau kemana?" Tanya teman Mikahla.
"Mencari sudut pandang yang lebih bagus." Ujar Mikahla sembari berlari.
Baret putih terkejut akan kekuatan Gany yang sesungguhnya. Dia tidak menyangka bahwa Gany bisa menghadapi dua monster raksasa sekaligus. Pertarungan terjadi begitu dahsyat sehingga penonton hanya bisa terkagum dalam hati dan menyaksikan dalam diam. Namun ada juga penonton yang sifatnya anomali dari yang lain seperti Mikahla dan temannya. Dia begitu bersemangat sehingga ingin melihat lebih dekat pertarungan Gany melawan A'tuin dan Berilia. Tapi dengan begitu dia bisa memisahkan pasangan yang bermesraan didepan umum dan membuat iri para penonton jomblo. Jadi…. kerja bagus Mikahla :D.
Setelah Gany berhasil mengalahkan A'tuin dan Berilia dengan sangat tegas dan Brilian. Penonton bersorak bahagia, mereka tidak pernah mengira akan ada pertarungan sedahsyat itu di dalam Mana Spirit. Pertandingan itu masih terngiang-ngiang di pikiran mereka seakan itu semua baru terjadi lima menit lalu (karena memang :v). Sekarang Arena sedang diperbaiki dan dipersiapkan untuk pertandingan selanjutnya.
1. Lapis x Leopold
2. Raigeki x Orion
3. Khan x Temujin
4. Levi...…..è Semifinal
Daftar pertandingan delapan besar bisa dilihat oleh semua orang di arena. Namun karena August dan Ellen telah didiskualifikasi, Levi bisa langsung masuk ke perempat besar atau semifinal. Untuk pertandingan pertama setelah isitrahat, Lapis akan melawan Leopold. Arena telah dipersiapkan dengan bentuk yang aneh. Teracotta, sebuah arena dimana ada bangunan dan beberapa patung prajurit disekitar mereka.
"Bersiap…. 1… 2… 3… Mulai!!" Wasit memulai pertandingan.
"Push… Lo Dah!" Seketika Leopold berteriak dengan sangat keras.
Semua tahu akan kemampuan Lapis, dia memiliki kecepatan yang luar biasa dan sangat ahli dalam berpedang. Oleh karena itu Leopold sangat was-was terhadapnya. Seketika pertandingan dimulai, Leopold langsung memanfaatkan sihirnya untuk menjaga jarak. Leopold berteriak merapalkan sihirnya untuk membuat angin besar yang memukul musuhnya. Benar saja, Lapis tidak bersiap akan itu dan langsung terdorong jauh dari Leopold. Tidak berhenti disitu, Leopold langsung menggunakan sihir untuk meringankan kakinya dan berlari menjauh.
Lapis terbang cukup tinggi dan jatuh diantara patung – patung prajurit itu. Lapis memang tidak begitu terluka namun dia cukup terkejut dengan teriakan pendorong itu. Selain itu patung – patung itu menutupi pandangan Lapis dari Leopold yang lari.
"Peim… Sii Ron!" Leopold berteriak lagi.
Lapis mendengar Leopold dan mencoba mengikuti suaranya. Lapis tidak berlari lurus melainkan berbelok – belok untuk menghindari patung – patung disekitarnya. Namun karena itu dia menjadi sedikit terganggu dan membuatnya tersesat. Sebenarnya Lapis sudah cukup dekat dengan posisi Leopold namun Lapis tidak mengetahuinya.
Sebuah tombak terlepas dari tangan patung dan melayang dengan sendirinya. Tombak itu melayang dibelakang Lapis dan perlahan mendekatinya. Tanpa banyak basa – basi mata tombak mulai mengarah kepada Lapis dan meluncur dengan cepat. Walaupun tombak itu meluncur dari titik butanya, Lapis bisa dengan mudah mengindari tombak itu. Beruntung bagi Lapis karena ada salah satu patung prajurit yang membawa cermin didepannya jadi Lapis bisa melihat kebelakang. Dengan adanya cermin itu Lapis sadar akan tombak itu dan dengan cermin itu pula Lapis sadar bahwa Leopold menjadi tidak terlihat.
Lapis yang tidak bisa melihat musuhnya tidak kehilangan akal. Mereka berada ditengah – tengah barisan dari patung para prajurit. Dia memotong miring kaki salah satu prajurit dan membuatnya terjatuh. Jatuhnya salah satu prajurit membuat efek domino dan membuat prajurit lainnya ikut terjatuh. Lapis memotong barisan di sisi kanan dan kirinya membuat dua barisan terjatuh. Dua barisan yang terjatuh itu membuat jalan bagi Lapis. Dengan sekuat tenaga Lapis berlari menerjang di jalan itu. Tidak hanya itu, Lapis juga mengayunkan pedangnya secara cepat dan membabi buta.
Dengan jatuhnya patung, Leopold harus berlari menjauh dan satu – satunya jalan untuk lari adalah diantara dua barisan yang sedang terjatuh. Namun jalan pelarian itu sedang disapu oleh Lapis yang menyerang secara membabi – buta. Walaupun tidak tahu dimana Leopold, tetapi Lapis masih bisa menjebaknya. Benar saja, Leopold kewelahan dan terkena serangan Lapis. Lapis merasa mengenai sesuatu dan ujung pedangnya mulai berdarah. Leopold terluka karena tertebas oleh Lapis dan Sihir yang membuatnya tidak terlihat terbatalkan.
"Dengan sihir seperti itu kamu adalah musuh semua wanita." Ujar Lapis.
"Musuh wanita? Kenapa bisa begitu?" Leopold mundur menjaga jarak dengan Lapis.
"Hhhmm…" Lapis hanya menggerang dan tidak menjelaskan.
"Ooohh…." Untuk pertamakalinya, Leopold baru sadar potensi sihirnya itu. "Sial! Kenapa aku tidak pernah memikirkannya!" Leopold menyesal dalam hati.
"Sepertinya pertandingan ini sudah berakhir." Lapis mendekat dan bersiap menebas Leopold.
Tiba – tiba ada sebuah tombak yang menghentikan pedang Lapis. Ternyata tombak itu dikendalikan oleh Leopold. Lapis terkejut dan mundur untuk memahami situasi. Jadi sekarang ada Leopold yang terluka karena tertebas oleh Lapis sedang menutupi luka – lukanya. Lalu ada Leopold yang berdiri tegap dengan membawa sebuah tombak. Dengan pengamatan sederhana itu Lapis menganggap bahwa Leopold mempunyai semacam sihir Cloning atau membelah menjadi dua orang atau lebih. Sihir – sihir itu sangat berbahaya bagi wanita, Lapis semakin tidak ingin dekat – dekat (akrab) dengannya.
Lapis kembali melancarkan serangan namun kali ini kepada Leopold gadungan yang sehat wal afiat dan membawa tombak. Dengan tidak adanya bala bantuan, Lapis akan dengan mudah mengalahan Leopold utama. Tampaknya Leopold bukan petarung yang handal. Dia memang bisa bertarung namun hanya pada standar murid biasa. Standar itu sangat jauh dibanding Lapis dan dengan sekejap Lapis bisa mengalahkan Leopold gadungan. Beda dari Leopold gadungan dengan yang asli adalah Leopold gadungan tidak mengeluarkan darah ketika terluka dan berubah menjadi batu ketika sudah dikalahkan. Setelah Leopold gadungan tumbang, Lapis kembali menyerang Leopold yang asli dan berhasil melukainya.
"Aarrghhh… apa aku harus menyerah? Sihirku baru bisa diaktifkan beberapa saat lagi." Gumam Leopold.
De Ja Vu, serangan Lapis dihentikan lagi oleh Leopold dengan tombaknya. Namun kali ini bukan hanya satu Leopold gadungan yang menghentikan Lapis melainkan ada dua Leopold gadungan.
"Push… Lo Dah!!" Leopold memukul mundur Lapis.
Kini jarak Lapis dan tiga Leopold sudah cukup jauh. Leopold yang asli mengambil tombak dari patung prajurit dan berputar – putar bersama dengan dirinya yang gadungan. Dengan begitu Lapis tidak bisa lagi menentukan siapa yang asli. Sekarang Leopold merasa cukup percaya diri dan mulai menyerang Lapis secara bersama – sama. Namun tiga orang tidak cukup untuk mengatasi Lapis, Lapis dengan mudah mengalahkan mereka bertiga dan berhasil sekali lagi melukai Leopold yang asli.
De Ja Vu, serangan Lapis dihentikan lagi oleh Leopold dengan tombaknya. Namun kali ini bukan hanya dua Leopold gadungan yang menghentikan Lapis melainkan ada empat Leopold gadungan. Sekarang Lapis paham kalau mengalahkan Leopold gadungan malah akan merugikannya. Jadi Lapis berfokus pada Leopold asli dan menyerangnya bertubi – tubi. Walaupun harus menghindari serangan Leopold gadungan tapi itu bukanlah masalah. Lapis mampu bergerak dengan cukup cepat untuk menghindar dari 4 orang dan masih bisa menyerang satu orang.
De Ja Vu, serangan Lapis dihentikan lagi oleh Leopold dengan tombaknya. Kali ini Lapis tidak cukup cepat untuk menghindar dan untuk menyerang karena kini bukan ada 4 orang Leopold gadungan melainkan ada 16 orang Leopold gadungan. Kali ini serangan biasa pun bisa mengenainya karena Lapis kewelahan melawan Leopold sebanyak itu. Terpukul sekali, terpukul dua kali, walaupun bisa menghindari banyak serangan, Lapis masih terkena satu dua kali serangan.
"Bagaimana caramu menghindari ini." 16 Leopold berbicara bersama. "Push.. Lo Dah!!" Leopold berteriak dengan keras.
Biasanya Lapis akan terpukul mundur karena sihir itu namun kali ini Lapis terjatuh di tempatnya. 16 Leopold mengitari Lapis dan mendorongnya secara bersamaan. Sekarang ini bukan lagi sebuah pertarungan melainkan sebuah pembulian. Ada beberapa cowok yang menyerang satu cewek, para penonton tidak suka dengan pemandangan itu dan menhina – hina Leopold. Dan seperti biasa, ada satu penonton yang bersorak lebih keras dari yang lainnya.
"Heyy… jauhkan tongkat panjangmu darinya!! Dia sudah kewelahan!!" Seru Mikahla.
Leopold menjadi sedikit ragu mendengar teriakan para penonton yang tidak mendukungnya itu. Dia sebenarnya tidak punya pikiran jahat nan kotor tetapi tindakannya memang sedikit rancu jika tidak dijelaskan dengan baik. Keraguan Leopold memberi Lapis sebuah celah dan Lapis pun segera mengambil langkah seribu. Namun sayang, Lapis terlalu terburu – buru saat berlari membuatnya sedikit sempoyongan dan terkena serangan Leopold yang asli. Untuk pertama kalinya dalam Mana Spirit, Lapis terkena serangan dan terluka. Tangannya terluka dan mulai mengalirkan darah. Namun Lapis mengabaikannya dan tetap pergi menjauh untuk menyusun rencana. Diapun bersembunyi di balik patung – patung prajurit.
"Ooohh… sial!" Leopold ketakutan.
Sekarang Leopold benar – benar menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Tentang kenapa mereka bertarung di arena yang seperti itu. Patung tersebut berubah menjadi Cloning dari darah yang menempel padanya. Ketika Lapis melukai Leopold, darahnya terciprat ke patung dan patung itu menjadi Cloning – an dirinya. Itulah mengapa Leopold gadungan menjadi batu ketika dikalahkan karena sejatinya mereka adalah patung. Itulah mengapa setiapkali Leopold terluka, Leopold gadungan menjadi tambah banyak.
Lapis yang terluka tidak sengaja menyentuh beberapa patung – patung prajurit dan memberikan jejak darah pada patung tersebut. Jadi sekarang ada beberapa Lapis gadungan yang memiliki sihir yang sama seperti Lapis asli, berkemampuan yang sama dan dapat dikendalikan oleh Lapis. Lapis yang baru sadar akan kemampuan patung itu pun menjadi kembali bersemangat. Pertarungan yang awalnya berat sebelah dan menguntungkan Leopold menjadi berbanding terbalik. Walaupun jumlah Lapis hanya 4 tapi itu sudah cukup untuk menghadapi Leopold. 4 Lapis gadungan dan 1 Lapis asli menerjang 17 Leopold. Leopold sama sekali tidak punya kesempatan, darahnya akan habis duluan sebelum bisa membuat pasukan yang cukup untuk mengalahkan Lapis. Akhirnya Lapis dinyatakan jadi pemenang dan dia menjadi yang pertama masuk semifinal.
Atas kemenangan Lapis, Gany langsung menyambutnya di Vomitorium dengan penculikan. Sayang mereka tidak bisa langsung merayakannya sebab kini Gany sedang digandrungi oleh orang – orang akibat kebolehannya di Arena sebelumnya. Kalau Gany berada di ruang publik, Gany akan dikerumuni orang – orang dan tidak ada lagi yang melihat pertandingan. Ternyata jadi orang ternama itu cukup repot apalagi nama yang di dapatkan adalah nama yang baik.
"Apa aku gagal?" Tanya Lapis.
"Gagal? Apa yang kamu katakan? Kamu berhasil mengalahkannya." Jawab Gany.
"Maksudnya aku tadi menggunakan Clone untuk mengalahkan Leopold sedangkan harusnya aku hanya menggunakan pedang dan kecepatanku." Sahut Lapis.
"Ooohhh… masalah tantanganku ya." Gany baru paham. "Tidak apa, Clone bukanlah sihirmu melainkan fitur yang diberikan oleh Arena. Jadi tidak masalah." Jawab Gany.
"Hihi…" Lapis tersenyum bahagia. "Lalu fitur apalagi yang ada di arena sekarang?" Tanya Lapis.
"Entahlah, sepertinya berbeda dengan arenamu sebelumnya." Jawab Gany. "Mungkin sebentar lagi akan terungkap." Tambahnya.
Crack!! Crack!! Crack!!
"Pemenangnya adalah Raigeki!!" Seru sang Wasit.
Setelah suara gemuruh petir berhenti, Wasit menyatakan Raigeki sebagai pemenang. Raigeki, seorang dengan elemen petir yang sebelumnya membantu Gany menyelamatkan Ellen. Dengan kemampuan itu, dia bisa bergerak dengan cepat dan mempunyai pedang dan sihir petir yang tak terelakkan. Pertandingannya berlangsung dengan sangat cepat bahkan fitur tersembunyi di arena masih belum terkuak.
"Sepertinya dia adalah lawan terkuatmu saat ini." Ujar Gany.
"Aku sudah masuk semifinal, semua lawanku pasti bukan lawan yang lemah." Jawab Lapis. "Selain itu dia masih tidak ada apa – apanya dibandingkan dengan dirimu." Tambahnya.
"Kamu benar, sampai jumpa di intermeso." Gany mengusap – usap rambut Lapis.
"Mau kemana kamu?" Tanya Lapis.
"Menemui Io di singgasana raja, aku harus menyiapkan untuk intermesonya." Jawab Gany sembali berjalan pergi.
Akhirnya pertandingan terakhir untuk hari ini akan dimulai. Sebuah pertandingan yang sudah ditentukan sejak lama. Khan dan Temujin berada di tengah arena yang berbentuk seperti pulau di tengah danau. Temujin memiliki ayah seorang Panglima kerajaan. Sebuah jabatan yang tidak main – main dan didapatkan karena kemampuannya. Temujin merasa dia spesial dan ingin dipandang oleh teman – temannya sebagaimana ayahnya dipandang oleh orang lain. Memang Temujin anak yang berbakat, dia bisa membangkitkan sihirnya sejak dini dan kapasitas mana di dalam dirinya sangat besar. Akan tetapi semua itu berubah semenjak salah satu temannya mengatakan sesuatu.
"Dia juga anak dari Panglima!" seorang anak menunjuk kepada Khan. "Dia pasti memiliki kemampuan yang sama." Tambahnya.
Rasa dengki mulai tumbuh dalam hati Temujin karenanya. Disamakan berarti tidak lagi spesial, untuk pertama kalinya Temujin merasa akan lengser dari kedudukannya. Itulah kenapa Temujin mulai merundungnya. Dan lagi kenyataan bahwa Khan bukanlah anak berbakat seperti Temujin membuat Temujin semakin tidak terkendali. Dia bahkan berpikir bahwa memiliki darah yang sama dengan Khan membuatnya mereasa terhina.
Semua kilas balik itu terbesit di kepala kedua bersaudara itu. Namun dengan kilas balik yang sama, mereka mulai berpikir hal yang berbeda. Temujin ingin memastikan sekali lagi bahwa dia memang yang paling superior. Disisi lain, saat ini Khan memikirkan hal yang jauh berbeda. Setelah dirundung, Khan pindah ke Tetra. Disanalah dia bertemu Gany dan yang lainnya. Dia bertemu teman – teman yang benar – benar peduli padanya.
"Apakah sebenarnya hal itu adalah hal baik?" Khan berdebat dengan diri sendiri.
"Hey.... hey… jangan pingsan dulu sebelum aku menghajarmu." Temujin meremehkan Khan yang tatapannya kosong.
"Ssshhh!!!" Khan meminta Temujin untuk diam.
"Haha…" Temujin tersenyum menyegir. "Katakan padaku Khan, apakah kamu takut mati?" Tanya Temujin.
"Dari dulu aku tidak paham maksud pertanyaanmu itu." Khan mulai terpancing. "Apa kamu ingin membunuhku?" Khan ingin memastikan.
Pertandingan dimulai, mereka berdua langsung mengeluarkan sihir api andalan mereka. Temujin langsung menyelimuti tubuhnya dengan jubah api dan Khan langsung mengeluarkan pedang apinya. Tanpa takut, Temujin langsung mendekat dan hendak memukul kepala Khan dengan tangan kosong. Serangan jarak dekat seperti itu adalah serangan yang ceroboh. Khan dengan mudah menghindari serangan itu dan menebas pinggangnya.
Sudah tidak mengejutkan lagi kalau serangan Khan tidak akan berhasil. Jubah api milik Temujin membuat pedang itu seperti pedang mainan yang diayunkan. Temujin tidak menerima dampak sama sekali akibat serangan Khan. Serangan Temujin tidaklah berhenti, dia masih melanjutkan serangannya pada Khan. Dia mulai menendang, memukul dan lain sebagainya. Sementara Khan hanya bisa menghindar dan menahan dengan pedangnya. Perhelatan itu cukup lama tanpa ada kesimpulan yang pasti. Tiba-tiba pulau yang mereka pijaki mulai tergenang oleh air. Ini adalah fitur baru arena untuk pertarungan api melawan api yaitu menenggelamkannya kedalam air.
Temujin sudah memperhatikan semua pertandingan sedari awal. Dia mendapati bahwa yang lolos semifinal memiliki senjata berupa pedang. Selain itu setiap pedang memiliki kemampuan uniknya masing – masing. Pedang Lapis bisa melayang kembali ke pemiliknya dan pedang milik Raigeki bisa mengeluarkan petir. Sementara itu pedang milik Khan akan semakin kuat jika semakin diayunkan. Itulah mengapa Khan mau bertarung lama dan membuang – buang waktu. Temujin paham kalau semakin lama pedang itu akan mampu menembus jubah apinya.
Nyala api pada pedang Khan semakin besar dan suasana semakin panas. Air yang menggenangi kaki – kaki mereka menguap begitu saja seakan tidak ada apa – apanya. Sebenarnya kemampuan bertarung Temujin sama seperti Gameciel mengingat mereka berdua berlatih di istana. Temujin bisa saja menghindari semua ayunan pedang milik Khan namun dia tidak melakukannya untuk membuat Khan lengah. Ketika pedang Khan sudah sangat panas, Temujin menahan pedang Khan dengan tangan kosongnya. Walaupun terluka tetapi hal itu tidak masalah karena sekarang pedang itu sudah berhenti. Disaat – saat itulah Temujin menghantam tangan Khan dengan keras lalu menendangnya dengan kuat. Pedang api milik Khan berhasil direbut oleh Temujin.
"Sekarang semua yang lolos semifinal akan memiliki pedang." Ujar Temujin.
Khan hanya bisa terdiam melihat pedangnya diambil. Dia tidak pernah memikirkan hal seperti itu akan terjadi.
"Kembalikan pedangku!!" Seru Khan.
Khan mulai mengeluarkan banyak bola api kecil yang melayang seperti kunang – kunang. Kunang – kunang itu berterbangan menuju Temujin namun Temujin dengan mudah menebas semua kunang – kunang itu. Memang kunang – kunang itu meledak saat ditebas tetapi ledakan itu tidak terpengaruh kepada Temujin seperti ledakan Seara padanya. Sebenarnya Temujin ingin langsung menebas Khan dengan pedang itu namun dia terhenti. Khan membuat air disekitar mereka menguap dengan cepat dan menyebabkan kabut. Kabut itu menghalangi pandangan Temujin namun tidak dengan Khan. Temujin yang memakai jubah dan pedang yang membara di tangan kirinya membuatnya mudah dideteksi walaupun tertutup kabut.
Khan mencoba melompat dan menyergap Temujin dari belakang namun itu adalah ide yang buruk. Jubah api melindungi Temujin dengan cara membakar apapun yang menyentuhnya. Akhirnya Khan mundur lagi untuk mengatur rencana. Khan mencoba taktik gerilya yaitu menyerang dengan cepat lalu mundur dengan cepat. Namun taktik itu tidak terlalu efektif karena suara langkah kakinya terdengar dan air yang semakin meninggi menghambat pergerakan Khan. Temujin mulai merasa bosan dengan semua ini, Dia mengayunkan pedangnya secara melintang dan membuat gelombang api yang menyapu kabut.
Pandangan Temujin yang terhalang oleh kabut telah bersih berkat pedang milik Khan. Tiba – tiba di dalam kabut yang tersisa, terjulur sebuah rantai api yang mengikat leher Temujin. Tidak berhenti disitu, rantai itu menarik Temujin dan menenggelamkannya ke dalam air. Temujin sedikit kehilangan keseimbangan karena ditarik dari belakang. Namun dia berhasil berputar dan menahan tubuhnya yang hampir jatuh itu walaupun wajahnya sedikit terbenam kedalam air.
"Jadikan ini sebagai latihan bagimu karena hal ini akan terjadi lagi setiapkali kamu bertemu denganku." Ujar Khan.
Khan membuat bola – bola apinya dengan bentuk seperti rantai lalu mengayunkannya kepada Temujin. Walaupun tidak kuat dan bisa dipatahkan oleh Temujin tetapi hal itu sudah cukup untuk Khan. Karena dengan serangan kejutan itu, akhirnya untuk pertamakalinya Temujin berlutut kepada Khan. Dilihat dari kekuatan tempur, saat ini Khan tidak memiliki kesempatan sama sekali untuk melawan Temujin. Namun dilihat dari moral pertempuran, Khan masih lebih unggul dari Temujin. Hal itu terjadi karena harga diri Temujin sekarang jatuh karena bisa dibuat berlutut oleh seorang yang lebih lemah darinya.
"Aaaarrgghhh!!!!" Temujin kembali menebaskan pedangnya.
Gelombang api kembali meluncur dan menyapu apapun yang dilewatinya namun Khan bisa menghindarinya dengan mudah. Sedari awal mereka berada di arena berupa pulau ditengah danau yang airnya semakin meninggi setiap saat. Gelombang api Temujin tertahan oleh air disekelilingnya dan juga Khan mampu menghindar dengan menyelam kedalam danau. Temujin yang merasa marah ikut menyelam ke dalam air untuk mengejar Khan. Tentu Khan sudah memperkirakannya dan sudah menyiapkan sesuatu.
Saat di dalam air, Terdapat rantai – rantai api yang melayang – layang disekitar Temujin. Kemudian rantai – rantai itu mengikat Temujin lalu menariknya ke dasar danau. Lalu Khan kembali menyergap Temujin untuk mendapatkan kembali pedangnya. Namun Temujin terlalu kuat untuk dihadapi pleh Khan. Temujin bisa memukul Khan mundur dan menebas rantai – rantai yang melilit tubuhnya dengan mudah. Kemudian di dalam air, Temujin merentangkan Jubahnya sehingga berbentuk seperti sayap. Di dalam air jurus gelombang api tidak berfungsi dengan baik sehingga Temujin menebas dengan cara konvensional yaitu meluncur dan mendekati Khan.
Penonton hanya melihat gelembung – gelembung air dari dalam danau untuk beberapa saat. Semakin lama gelembung air itu semakin banyak dan akhirnya muncul Temujin yang meluncur keudara membawa Khan. Tampaknya Khan berhasil menahan tebasan pedang Temujin dan kini mereka saling berebut pedang di langit. Kalau di awal pertempuran Khan tidak punya cukup kekuatan untuk menahan kekuatan Temujin namun sekarang sedikit berbeda. Terendam dalam air sedikit melemahkan Temujin sehingga Khan punya kesempatan untuk berebut pedang kembali.
Ada beberapa rantai yang masih mengikat Temujin. Rantai itu mengikat tangan kiri Temujin kepada pedangnya sehingga Khan kesusahan merebutnya kembali. Lalu setelah cukup lama terbang diudara, air – air yang menyelimuti mereka mulai hilang dan mereka kering kembali. Mengetahui Temujin yang mulai mendapatkan kekuatan penuhnya kembali, Khan merasa putus asa. Dia mencengkram bilah pedang Temujin di bagian pangkal pedang (dekat pegangan pedang) dengan sangat kuat. Kemudian Khan menarik tangannya sampai keujung pedang membuat tangannya tersayat cukup dalam. Khan sengaja melukai dirinya seperti itu agar pedang milik Temujin terlumuri oleh darahnya. Dengan begitu pedang Temujin tetap basah dan tidak lagi panas.
Memang Pedang Temujin sudah padam namun jubahnya belum padam. Kemudian dengan sekuat tenaga Temujin membanting Khan ke tanah. Khan jatuh cukup keras ke permukaan tanah dari udara. Ketinggian jatuhnya cukup tinggi sehingga air yang membanjiri pulau tidak cukup untuk meredakannya. Sementara itu Temujin turun dengan cukup aman karena jubah apinya memberi pendaratan yang nyaman. Kini pedang milik Temujin tidak lagi panas karena terlumuri darah Khan sepenuhnya. Temujin menganggap pedang itu sudah tidak berguna lagi sehingga dia hendak membuangnya. Namun rantai – rantai api yang mengikat tangannya membuat pedang itu susah lepas.
Temujin merasa kerepotan dan ingin menguraikan rantai di tangannya itu. Namun ketika dia menyentuhnya, Rantai itu semakin memanas dan mengikat semakin kuat. Tidak hanya itu rantai itu mulai menyakiti Temujin dengan suhu panasnya sehingga tangannya mulai terkena luka bakar. Terlalu fokus dengan tangannya, Temujin tidak sadar kalau Khan masih bisa berdiri. Suara penonton yang bersorak membuat Temujin kembali waspada dan ketika dia melihat kedepan, Sebuah sosok yang berbeda sedang menatapnya.
Khan mengalami pendaratan yang cukup fatal sehingga membuatnya pingsan. Namun saat pingsan itu seluruh memori dan pikirannya bergerak dengan sangat cepat. Seperti awal pertandingan, dia melihat kilas balik tentang dendamnya kepada Temujin dan keraguannya apakah hal itu baik atau tidak. Khan memperhatikan Temujin sebagai orang yang arogan dan bara apinya menyala dengan kuat karenanya. Sementara itu Khan semakin kuat saat dia bertarung untuk orang lain. Hal itu terbukti ketika dia melawan Hanra karena telah memakan Unicorn teman – temannya dan juga ketika babak kedua ketika melawan ular raksasa yang terbuat dari tanaman.
Sebaliknya ketika melawan Lapis dan kelompoknya, Khan menjadi tidak bisa berkontribusi banyak. Begitu juga ketika melawan Gameciel dimana dia tidak bisa mendaratkan satu serangan pun. Mulai sekarang Khan sadar bahwa bahan bakar dari apinya bukanlah rasa amarah melainkan rasa ingin melindungi. Dan juga sejak awal itulah yang diajarkan Gany kepadanya yaitu kerja kelompok. Kini Khan bangkit dengan api yang menyelimuti dirinya. Tangan kananya mengeluarkan nyala api yang membara sampai ke bahunya. Bagian pinggangnya sampai ke ujung kakinya juga mengeluarkan api yang membara. Khan telah mencapai sesuatu yang lebih unggul dari Temujin yaitu menjadi satu dengan nyala api dari pedangnya. Khan telah mendapatkan bentuk baru dari sihir api yaitu api berwarna biru.
Tak punya waktu untuk basa – basi, kini Temujin berlari ke arah Khan. Khan mengangkat tangannya untuk bersiap akan konfrontasi fisik namun terjadi hal yang tidak terduga. Ayunan sederhana dari tangannya menyebabkan gelombang api kearah Temujin. Temujin melompat untuk menghindarinya dan terus menerjang Khan. Kini tangan kanan Khan adalah sama seperti pedangnya yaitu sebuah senjata. Khan memahami hal itu dan mencoba jurus terkuatnya. Dia menjadi satu dengan gelombang api dan menerjang kearah Temujin. Arena menyala terang, Temujin terlahap oleh gelombang api itu.
"Kalau kamu ingin mengambil pedang itu maka ambillah!" Ujar Khan.
"Apa yang kamu katakan? Dimana semangatmu sebelum ini?" Tanya Temujin.
"Kalau kamu memang menginginkan kemenangan maka aku nyatakan kamu jadi pemenang." Jawab Khan.
"Jangan main – main! Jangan harap kamu bisa kalah begitu saja!" Temujin mulai naik pitam. "Aku akan menempatkan kamu dimana seharusnya kamu berada yaitu dibawah kakiku!" Tambahnya.
"Sepertinya dugaanku benar, dia merasa bingung jika tidak ada yang membuatnya marah." Khan menatap Temujin dengan perasaan iba.
"Dimana tatapan penuh dendammu itu!?" Seru Temujin.
Nyala api di arena padam, Temujin berhasil menusuk perut Khan dalam konfrontasi itu. Khan tumbang dan Temujin pun dinyatakan jadi pemenang. Semua penonton tidak mengerti apa yang baru saja terjadi. Untuk sesaat Khan tampak memiliki kesempatan lalu kesempatan itu hilang begitu saja. Dari pandangan penonton Khan sudah mengeluarkan semua jurusnya namun tetap tidak berdaya melawan Temujin. Memang anak dari panglima kerajaan tidak main – main.
Air di arena mulai surut dan Gany pun datang untuk memisahkan mereka berdua. Temujin yang masih merasa marah mencoba menebas Gany namun dengan cepat Gany menahan serangan itu. Gany mencengkram lengan Temujin sehingga membuatnya tidak bisa bergerak sedikitpun. Gany sedikit menjentil kepala Temujin sebagai bentuk teguran agar tidak macam – macam lagi.
"Pertandingan sudah usai, kamu sudah menang." Ujar Gany sembari mengangkat Khan di pundaknya. "Kalau masih ingin bertarung, aku dan Io akan melayanimu nanti." Ujar Gany sembari pergi meninggalkan Arena.
Di ruang kesehatan, Gany melemparkan Khan begitu saja ke kasur. Tidak diduga Khan ternyata masih sadar dan mendarat dengan aman. Luka di perut Khan memang masih terbuka namun sudah tidak mengalirkan darah. Khan benar - benar sudah mencapai sesuatu yang lebih unggul dari Temujin.
"Sejak kapan kamu tahu aku sudah sadar?" Tanya Khan.
"Sejak aku mengangkatmu. Kenapa kamu mengalah?" Tanya Gany.
"Aku tidak mengalah, aku benar – benar pingsan saat ditusuk itu." Jawab Khan.
"Dari yang kulihat kamu masih punya banyak kekuatan untuk bertarung lebih lama lagi." Sahut Gany.
"Apa kamu ingin aku bertarung Gany?" Tanya Khan.
"Tentu saja tidak." Gany tersenyum sembari memegang pundak Khan. "Sepertinya kamu paham melampiaskan dendam itu tidak ada habisnya." Tambahnya.
"Sepertinya kamu melihatku sampai kedalam pikiranku." Khan merasa kagum. "Apa kamu tidak pernah dendam Gany?" Tanya Khan.
"Tentu saja aku punya rasa dendam." Jawab Gany.
Belum lama ini Gany bertarung dengan Baret Putih. Dalam pertarungan itu, Gany mampu mengendalikan diri untuk tidak membunuh Baret Putih sementara Baret Putih menjadi sadar bahwa dia jauh lebih lemah dari Gany. Hasil pertarungan itu adalah sama – sama menang karena dendam kedua pihak bisa saling dipadamkan. Atau setidaknya diperkecil sehingga kedua pihak setuju untuk tidak membahasnya lagi. Sementara pertarungan Khan dan Temujin dimenangkan oleh Khan. Itu karena Khan berhasil mengendalikan dendamnya sedangkan Temujin tidak berhasil melakukannya.
Setelah cukup lama beristirahat dan memulihkan diri, para semifinalis kembali ke Arena untuk melakukan Intermeso. Sebuah pertandingan dimana para semifinalis akan bersama – sama melawan Gany dan Io. Peraturan pertandingannya cukup mudah, Gany dan Io akan menjadi satu kelompok dan para semifinalis akan menjadi kelompok kedua. Kedua kelompok akan ditempatkan di sisi berlawanan di Arena dan masing – masing diberi satu kristal besar berdiameter sekitar satu meter. Tujuan pertandingan adalah menghancurkan kristal lawan dan kelompok yang berhasil melakukannya akan dianggap sebagai pemenang. Sekarang kedua kelompok Bersiap di posisinya dan berdiskusi akan rencana mereka.
"Gany bagaimana rencananya?" Tanya Io.
"Kamu tahu strategi perang dengan konsentrasi artileri dan peralatan berat yang digunakan dalam perang dunia kedua?" Gany bertanya balik kepada Io.
"Entahlah, Memangnya ada perang dunia kedua? Apa strateginya?" Io malah kebingungan dengan pertanyaan Gany.
"Jawabannya adalah…. Ayo maju!!" Seru Gany.
"Tolong sayangi nyawamu." Jawab Io.
Gany melakukan rencana yang paling sederhana yang bisa dipikirkan. Sementara itu para semifinalis sedang berdiskusi tentang rencana mereka.
"Lapis, bukankah kamu berasal dari tempat yang sama dengan Gany dan Io? Apa kamu tahu bagaimana jalan pikiran mereka?" Tanya Raigeki.
"Yang kutahu Gany tidak akan begitu serius melawan kita. Menghancurkan adalah keahliannya. Dia bisa dengan mudah menerobos kita semua dan menghancurkan kristal kita." Jawab Lapis.
"Kalau jumlah kita bukan masalah baginya, maka pertandingan ini adalah masalah waktu. Raigeki, Lapis. Kalian adalah yang paling cepat diantara kita semua. Kupikir akan lebih baik kalian langsung menerjang dan mencoba menghancurkan kristal pahlawan. Sementara aku dan temujin akan menjaga kristal kita." Levi mencoba menjelaskan rencananya.
"Boleh juga, Temujin bagaimana denganmu?" Tanya Raigeki.
"Kupikir itu yang terbaik." Jawab Temujin.
Pertandingan dimulai, Lapis segera mengeluarkan pedangnya begitu juga dengan Raigeki. Raigeki menurunkan kilat dari langit dan menyambar tanah tepat disampingnya. Setelah sambaran itu hilang, tersisa sebuah pedang ditanah. Petir itu tidak menyambar dirinya namun menurunkan pedangnya. Akhirnya Lapis dan Raigeki segera berlari secepat mungkin menuju ke kristal milik Gany. Disisi lain Io langsung mengeluarkan kabut untuk menyelimuti daerah sekitar kristal mereka. Setelah beberapa saat Gany dan Io keluar dari kabut itu.
Gany dan Io mencoba menghentikan Lapis dan Raigeki sebelum mereka mendekati Kristalnya. Gany segera menyerang Lapis dan Io menyerang Raigeki. Tapi keadaan itu membuat Raigeki dan Lapis menjadi sangat senang. Lapis dan Raigeki langsung menebas musuhnya masing-masing dan langsung pergi masuk kedalam kabut. Serangan Lapis dan Raigeki sebuah pengalihan dan mereka berdua tidak peduli dengan hasil serangan itu. Mereka berdua hanya fokus untuk menghancurkan kristal Gany.
Tentu saja serangan Lapis dan Raigeki tidak akan berdampak untuk para pahlawan. Gany berhasil menangkis serangan Lapis dan Io dengan mudah menghindarinya. Tapi sepertinya para pahlawan juga tidak peduli dengan Raigeki dan Lapis. Para pahlawan tetap lanjut berlari menuju ke tempat Temujin dan Levi. Temujin langsung mengeluarkan jubah apinya dan maju untuk menahan Gany dan Io sekaligus. Sementara itu Levi akan tetap berjaga di dekat kristalnya.
"Apa ini?" Temujin tampak terkejut.
"Temujin! Mereka mulai datang!" Seru Levi.
"Kenapa pedang milik Khan tetap terikat di tanganku!?" Temujin benar – benar terkejut.
Setelah ditegur oleh Gany sebelumnya, Temujin mematikan sihir jubah apinya dan pedang milik Khan juga hilang. Luka bakar berwarna merah tetap berbekas di tangan kirinya. Bekas luka itu membentuk rantai serta garis pada telapak tangannya pertanda menggenggam pedang. Lalu saat dia mengaktifkan jubah apinya barusan, pedang milik Khan serta rantainya muncul kembali. Memang tidak lagi melukai dirinya namun tetap mengikatnya pada pedang. Dan juga pedang yang awalnya berwarna putih bilahnya, menjadi berwarna merah seperti darah.
Terdengar sambaran petir dan suara pedang dari dalam kabut. Sepertinya Lapis dan Raigeki sudah bisa menemukan kristalnya dan dalam proses menghancurkannya. Sementara itu Gany sedang berhadapan dengan Temujin.
"Eehhh… ternyata kamu masih menyimpan pedang saudaramu." Ujar Gany.
"Ah!" Temujin kaget.
Temujin langsung menebas Gany dengan pedangnya namun sayang serangan itu tidak mempan terhadap Gany. Gany bahkan mampu menghentikannya dengan jarinya.
"Aku biasa melawan Lapis, jadi jangan lambat – lambat." Ujar Gany. "Ngomong – ngomong dari tadi Levi memanggilmu kenapa kamu tidak menjawabnya?" Tanya Gany.
"Temujin!!! Api!!!" Seru Levi.
Selama ini Levi menyiapkan untaian benang di dalam tanah dan kini dia mengeluarkannya untuk mengikat Io dan Gany. Setelah itu Temujin langsung menyulut benang itu dan membakar mereka berdua. Tiada keraguan dalam hati para semifinalis untuk mengeluarkan kekuatan penuh mereka karena yang mereka lawan adalah para pahlawan. Mereka akan kalah jika menahan diri. Tiba-tiba terdengar suara seperti kaca yang pecah dari dalam kabut. Tidak hanya itu Raigeki juga bersorak dengan keras. Dia berseru kalau dirinya dan Lapis berhasil menghancurkan kristal para pahlawan. Para penonton bahagia karena pertandingan sudah menghasilkan pemenang. Namun tidak sedikit dari mereka yang bingung. Mereka tidak berpikir kalau para pahlawan akan kalah secepat itu.
"Tapi kenapa para pahlawan meninggalkan kristalnya begitu saja?" Temujin satu – satunya yang tidak bahagia dengan hal itu.
Gany yang terselimuti api jatuh ke tanah dan berlutut begitu juga dengan Io. Benang yang membakar Gany habis dan Gany masih sehat wal afiat karena berubah menjadi berlian. Sementara itu Io melapisi tubuhnya dengan air sehingga api tidak lagi dapat menyala. Sebenarnya Temujin sudah paham kalau api tidak akan menghentikan para pahlawan. Tapi itu tidak masalah karena melihat Io dan Gany yang terdiam dan bertekuk lutut, membuat semua orang yakin bahwa para pahlawan sudah kalah.
Segera setelah berhenti, Io segera menarik kembali sihir kabutnya. Kabut mulai hilang dan semua tampak jelas. Ternyata di tempat Lapis dan Raigeki sekarang (di tempat Kristal Gany dan Io) terdapat banyak sekali kristal. Tidak hanya itu Gany ternyata bertekuk lutut untuk menyentuh tanah. Dia membuat dinding tanah yang tinggi disekeliling Kristal para semi finalis. Dia membuat labirin dan menjebak Levi dan Temujin. Kini para semifinalis terpecah belah. Temujin berada di dalam labirin, Levi berada di pusat labirin bersama kristalnya, Raigeki dan Lapis berada di luar labirin.
Pemikiran para penonton dan pemikiran para semifinalis salah. Pertandingan belum berakhir karena kristal pahlawan yang asli belum dihancurkan. Karena yang dihancurkan adalah replika yang dibuat dari sihir Gany. Itulah alasan mengapa para pahlawan begitu percaya diri meninggalkan kristalnya. Sekarang keadaan menjadi sangat tidak baik bagi para semifinalis. Gany dan Io kabur kedalam labirin meninggalkan Temujin. Sementara itu Levi masih berada didekat Kristalnya.
"Dia benar-benar mempermainkan kita." Raigeki dan Temujin kesal dengan Gany.
Raigeki dan Lapis sangat kebingungan. Mereka bingung antara kembali atau tetap pada rencana. Kalau mereka kembali mereka akan terjebak dalam labirin. Tapi mereka juga tidak punya cukup waktu untuk menghancurkan kristal mengingat ada puluhan kristal yang berserakan dimana-mana. Dan setiap kristal sangat identik hampir mustahil untuk membedakan mana yang asli.
Tiba-tiba ada batu yang meluncur kearah kristal semifinalis. Untungnya Levi bisa segera menyadarinya dan menahannya. Sama seperti Gany, Levi bisa memanipulasi tubuhnya. Namun bukannya menjadi berlian, dia bisa memanipulasi tubuhnya menjadi benang. Tidak hanya itu, Dia juga bisa mengeluarkan benang dalam jumlah yang cukup banyak dari sihirnya. Dia menahan batu yang meluncur dari dinding labirin dengan sebuah jaring buatannya. Sepertinya batu itu adalah ulah dari Gany, dia mulai mencoba menyerang.
Temujin merubah jubahnya menjadi sepasang sayap dan meluncur keudara. Dia ingin melacak posisi para pahlawan dari udara. Namun saat dia meluncur, Io langsung mengeluarkan kabutnya lagi sehingga menutupi pandangan Temujin. Sementara itu Lapis dan Raigeki juga berdiskusi. Mereka masih dalam kebimbangan antara menghancurkan kristal pahlawan atau melindungi kristal semifinalis.
"Lapis, bagaimana Gany bisa membuat kristal sebanyak ini?" Tanya Raigeki.
"Kamu benar, aku tahu bagaimana cara mencari yang asli." Lapis teringat sesuatu.
Lapis mengerahkan mananya pada pedangnya. Dengan aliran mana yang banyak, pedang Lapis akan semakin bercahaya. Lapis tahu kalau Gany bisa merubah sesuatu menjadi berlian hanya jika Gany menyentuhnya. Tapi jika sebuah benda diberi darahnya maka benda tersebut akan bisa berubah jadi berlian walau Gany tidak lagi menyentuhnya. Tergantung dari banyaknya darah yang terdapat pada benda itu maka benda itu bisa menjadi berlian yang kuat ataupun lemah. Dan karena Gany bisa membuat puluhan berlian dalam waktu singkat, maka darah Gany hanyalah sedikit.
"Benarkah? Jadi bagaimana rencananya?" Raigeki sangat antusias.
"Aku akan menyinari semua kristal. Jika ada corak darah maka itu yang palsu." Ujar Lapis.
Di udara Temujin tidak lagi bisa melacak para pahlawan tetapi itu bukanlah masalah. Dia mengayunkan pedangnya untuk membuat gelombang api. Dia mengayunkannya secara acak agar gelombang api itu bisa membakar seisi labirin. Memang tidak ada kepastian bahwa gelombang api itu akan mengenai para pahlawan tetapi tujuan Temujin yang sebenarnya adalah membakar sisa – sisa benang Levi yang berserakan di Labirin.
Para pahlawan tidak akan membiarkan diri mereka terpanggang untuk kedua kalinya. Tiba-tiba muncul awan hitam yang entah dari mana. Awan hitam itu menutupi seluruh Labirin. Awan hitam itu mulai mengeluarkan suara gemuruh dan mulai menurunkan hujan.
"Awan hujan begitu rendah, bagaimana bisa?" Raigeki sedikit tercengang dengan awan itu.
"Itu pasti sihir milik Io." Ujar Lapis.
Io ingin menggunakan awan itu agar labirin tidak terbakar. Tidak hanya awan itu menghujani labirin, tapi awan itu menghujani Temujin yang berada diudara. Terdengar tidak masuk akal tapi awan itu mengeluarkan air yang turun kebawah dan mengeluarkan air yang meluncur keatas. Lebih jauh lagi, air yang meluncur keatas itu mampu untuk memadamkan jubah api milih Temujin. Sekarang terlihat jelas perbedaan kemampuan antara pahlawan dan semifinalis. Kekuatan dan pengalaman bertarung para pahlawan sangat jauh mengungguli para semifinalis.
"Huhh…" Gany menghela nafas dan keluar dari pintu yang tiba-tiba muncul di dinding Labirin. "Kamu tahu, di dalam sana sangat kacau." Ujar Gany.
Levi sangat kaget dengan kedatangan Gany. Tanpa pikir panjang, dia langsung mengikat Gany dengan benangnya. Karena terkejut, tanpa sadar Levi mengikat Gany di kristalnya sendiri.
"Ketemu!" Seru Lapis.
"Baiklah akan kuhancurkan!" Raigeki dan Lapis sedang berusaha menghancurkan kristal pahlawan.
Levi baru sadar bahwa keputusannya adalah keputusan yang sangat buruk. Gany memeluk kristal milik para semifinalis dengan sangat kuat. Dia berniat menghancurkan kristal itu dengan pelukannya. Itu terbukti karena mulai ada retakan di kristal milik semifinalis. Levi yang terkejut langsung membatalkan sihir benangnya dan menarik Gany dari kristalnya. Gany menerima begitu saja tarikan Levi dan memanfaatkan kesempatan itu. Dia langsung memukul perut Levi dan membuatnya bertekuk lutut. Yah mau bagaimana lagi? Gany cukup kuat untuk melawan monster raksasa, jadi pukulan darinya pasti akan sakit.
"Aku pinjam ini dulu." Ujar Gany.
"Apa yang ingin kamu lakukan?" Tanya Levi yang masih kesakitan.
"Menjadi penembak jitu." Jawab Gany.
Gany menghentakkan kakinya di tanah dan keluarlah dua pilar batu di hadapannya. Dia mengikatkan tali milik Levi diantara kedua pilar tersebut. Kemudian dia membawa kristal milik semifinalis dan menaruhnya di di tengah tali tersebut. Ketapel, Gany menarik tali itu sekuat tenaga seperti menarik ketapel. Kemudian setelah dikira cukup, dia melepaskan ketapel itu dan kristal milik para semifinalis meluncur keudara.
Temujin memang bisa meluncur dan melayang tapi dia tidak bisa terbang sepenuhnya. Selain itu jubahnya sedikit melemah karena hujan milik Io. Ketika dia melihat kristalnya meluncur, dia berusaha sekuat tenaga meraihnya. Sayang sekali Io datang dari balik awan dan menghentikan Temujin. Berbeda dengan Temujin, Io benar – benar bisa terbang karena dia memiliki sihir yang membentuk badai yaitu angin, listrik, dan air. Sekarang Temujin hanya bisa melihat kristalnya yang terbang tanpa bisa melakukan apa-apa.
"Kristal itu kamu lemparkan kemana?" Gumam Temujin. "Oh begitu... Kalian orang Tetra sama sekali tidak ingin menang." Temujin paham rencana Gany.
Gany melemparkan kristal para semifinalis dan menabrakkannya ke kristal pahlawan. Kedua kristal saling bertabrakan dengan keras sampai keduanya hancur seketika. Saat kristal itu pecah, ada kilatan cahaya yang sangat terang. Cahaya itu menyinari seluruh Arena dan membutakan mata seluruh penonton sementara waktu. Akhirnya kedua kristal hancur disaat bersamaan, dan pertandingan dianggap seri.
"Io, ayo kembali! kita sudah selesai." Seru Gany sembari membatalkan seluruh sihirnya.
"Baik." Io turun dari langit dan mengikuti Gany sembari menghilangkan Awan hujannya.
Sebuah pertandingan yang sangat tidak terduga. Para pahlawan mengakali para semifinalis dan para penonton. Seakan-akan mereka hanya bermain-main. Tapi bagaimanapun juga para pahlawan menampilkan pertunjukan yang menarik. Pertunjukan yang tidak terduga, yang dapat memberikan ketegangan dan kebahagiaan kepada seluruh hati penontonnya.
"Oh iya, dimana penonton yang suaranya paling keras itu (Mikahla)?" Gany penasaran.
"Entahlah, memangnya kenapa?" Tanya Io.
"Tidak apa, aku hanya penasaran kenapa dia tidak berteriak lagi." Jawab Gany.
Pertandingan antara pahlawan dan semifinalis (Intermeso) sudah usai yang berarti turnamen hari pertama sudah selesai. Semua orang melakukan upacara penutupan untuk hari pertama dan pulang. Semua orang sangat senang dengan turnamen yang baru saja mereka saksikan. Para penonton tidak sabar menunggu hari esok.