Chereads / Orange And Lemon / Chapter 12 - WHITE BERET

Chapter 12 - WHITE BERET

Babak kedua selesai, semua peserta diberi waktu seminggu untuk beristirahat dan memulihkan diri. Lalu apakah yang Gany lakukan sekarang? Tentu saja mengerjakan tugas musim panas. Sekolahnya hancur sebelumnya jadi untuk menutup pembelajaran yang hilang, pihak sekolah memberi banyak tugas. Sungguh sekolah yang bertanggung jawab.

"Kakak!!! Kakak!!!!" Seseorang berteriak dan mengetuk pintu rumah Gany.

"Kakak? Siapa yang memanggilku seperti itu?" Gany kebingungan. "Iya sebentar…." Gany berjalan keluar.

"Huaaa!!!!!" Jade menangis di depan pintu.

"Jade? Apa yang kamu lakukan disini?" Gany langsung menggendong adik iparnya itu.

Seperti yang sudah diketahui, rumah Lapis dan Gany berbeda dan jauh jarak diantaranya. Memang tidak jauh seperti berbeda kota atau semacamnya dan masih bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Tetapi untuk ukuran anak umur 5 tahun jarak itu sudah sangat jauh. Mungkin bagi Jade yang dia lakukan hanyalah jalan-jalan biasa namun di mata Gany itu sangatlah berbahaya. Gany bergitu khawatir kepada Jade, dia benar-benar bingung apa yang sebenarnya terjadi, kenapa Jade sampai nekat untuk pergi ke rumahnya.

"Tadi kakak (Lapis) pergi keluar rumah tanpa menciumku jadi aku pergi mengejarnya." Jade benar-benar ingin dimanja.

"Apa!?? Kakak macam apa yang keluar rumah tanpa mencium adiknya?" Gany mengikuti permainan Jade.

"Aku tidak tahu!!" Jade masih merasa kesal.

"Aku juga…" Gany tidak habis pikir kepada Lapis.

Setelah pergi keluar rumah, Jade sedikit tersesat dan kehilangan jejak Lapis. Saat tersesat itulah Jade bertemu dengan teman-teman seumurannya dan bermain di taman. Di tengah permainan teman-teman Jade berkata kalau Ganymede sang pahlawan adalah kakaknya namun teman-temannya tidak percaya. Teman-teman Jade mengejeknya dan berkata kalau dia terlalu banya mengkhayal. Jade pun merasa kesal dan pergi ke rumah Gany. Jade ingin memastikan bahwa Gany adalah kakaknya dan ingin menunjukkan kepada teman-temannya itu.

Gany hanya bisa tersenyum saat mengetahui motivasi Jade untuk pergi ke rumahnya. Musim panas diisi oleh kegiatan yang sangat bermacam-macam. Mengerjakan tugas karena sekolah hancur, berlatih untuk bersiap babak ketiga, atau rekreasi untuk menghibur diri. Setiap orang punya masalahnya sendiri-sendiri dan bahkan anak kecil pun punya masalahnya sendiri. Bagi Gany masalah Jade terlihat remeh tetapi bagi Jade itu adalah masalah besar. Sekilas dia berpikir apakah masalah yang dialaminya terlihat remeh bagi orang lain? Atau sebagai sesuatu yang serius sama seperti pandangannya.

"Padahal aku ingin mengajarimu bahayanya berjalan sendirian dan orang asing. Namun kamu malah mengajariku duluan." Gumam Gany.

"Hhhmmmm….?" Jade bingung.

"Tidak, tidak apa…. Cobalah ini" Gany membawakan beberapa kue.

"Kue!!" Jade langsung mengambil beberapa.

Gany berpikir bahwa pasti keluarga Lapis khawatir akan perginya Jade. Jadi selagi Jade sibuk dengan kuenya, Gany mengirim surat ke rumah Lapis yang mengatakan kalau Jade ada dirumahnya. Sepertinya perempuan di keluarga Van Hubert memiliki jiwa petualang yang besar. Dia mengingat kalau dulu Bort tersesat dan akhirnya bertemu dengannya. Begitu juga dengan Lapis yang pergi ke ibukota untuk menemui kakaknya dan akhirnya bersama dengan Gany. Mengingat hal itu, Gany tersenyum sendiri saat menulis.

Kertas yang digunakan Gany adalah kertas khusus untuk mengirim pesan singkat. Selesai menulis Gany langsung membuka jendela dan meniup kertas itu. Dengan cepat kertas itu terbakar lalu seketika itu juga berubah menjadi abu. Abu itu terbang ke langit dan menuju ke tempat tujuannya. . Dengan cepat abu itu sampai ke rumah Lapis lalu jendela rumah terbuka dengan serentak, pintu terbuka dan angin berhembus kedalam rumah. Semua orang didalam rumah teralihkan perhatiannya akan kejadian itu. Sepertinya Gany menambah sedikit mananya kedalam kertas itu untuk memperkuatnya dan memastikan semua orang dalam rumah itu tahu kedatangan surat dari Gany. Gany memastikan agar semua orang tahu kabar gembira tentang ditemukannya Jade.

Knock! Knock! Knock!

"Paket!" Pengantar paket datang ke rumah Gany.

"Paket? Aku tidak ingat memesan apa-apa." Gany bingung.

"Sekotak penuh pengaman untuk tuan Ganymede!" Seru pengantar paket.

"Hei! Jangan melihat paket orang!" Gany langsung membuka pintu. "Huuhhh…. Leo, apa yang kamu lakukan?" Gany menghela nafas panjang.

"Sepertinya dia orang yang tampan sehingga membuat anda terbayang-bayang, tetapi namaku bukan Leo. Silakan tanda tangani surat terima ini" Leo menyangkal perkataan Gany dan memberi memberikan kertas dan pena.

"Baik tuan pengantar paket, sepertinya aku memang salah orang." Gany mengikuti permainan Leo. "Bukankah kalian menerima jasa pengiriman barang? Aku ingin mengirim barang." Tanya Gany sembari menandatangani kertas.

"Benar tuan, barang apa yang ingin anda kirimkan?" Leo benar-benar menghayati perannya.

"Ini dia!" Gany memberi sebuah buku.

Kami Memang Cocok Bersama Tetapi Kami Hanya Teman. Sebuah buku dengan sampul bergambar laki-laki dan perempuan yang merupakan sepasang 'teman'. Buku yang menarik itu membuat Leo terdiam sejenak.

"Apa ini serangan secara personal?!? Apa kamu sebegitunya membenciku Gany?!" Leo keluar dari penyamarannya.

"Hahaha…. Penyamarannya terbongkar." Gany merasa puas.

"Akaubsklvjwevnlwbevwq;kljbqkwj!!!nlkwnv.wm" Leo marah tetapi Gany tidak mendengarnya.

"Kalian berdua masuklah!" Gany memanggil dua orang yang bersembunyi di semak-semak.

Gany mengetahui keberadaan Bethony dan Yeonhong yang bersembunyi di balik pagar. Liburan musim panas hampir berakhir dan mereka bertiga pergi ke rumah Gany hanya untuk menghabiskan waktu bersama. Sebenarnya mereka ingin mengumpulkan lebih banyak orang lagi tetapi beberapa dari mereka sedang sibuk. Khan dan August sedang sibuk latihan dan Lapis sedang terjadi kegaduhan di rumahnya.

"Ohh… jadi ini penyebab kegaduhan di rumah Lapis." Bethony memeluk Jade.

"Kalau aku punya adik sepertimu, aku juga akan gaduh di rumah." Sahut Yeonhong.

"Kemarilah nona kecil, aku ingin menunjukkanmu sulap." Ujar Leo.

Tidak butuh waktu lama, Lapis sudah berada di rumah Gany. Dia ingin membawa pulang penyebab kegaduhan itu. Tetapi Bethony, Yeonhong dan Leo tidak mengizinkan Lapis untuk melakukannya. Mereka sangat butuh hiburan dan Jade adalah sasaran mereka. Dengan bantuan dari Gany, Lapis pun akhirnya terbujuk dan membiarkan Jade untuk bermain lebih lama. Semua suka dengan Jade kecil.

Braakkkk!!!!

Jendela dan pintu terbuka dengan serentak dan angin berhembus kencang kedalam. Benar, hal yang sama yang terjadi di rumah Lapis ketika mendapatkan pesan kini terjadi di rumah Gany. Bedanya angin lebih besar dan suara pintu yang membuka dan tertutup lebih keras dan mengganggu. Di rumah Lapis abu itu hanya membentuk selembar kertas namun di rumah Gany abu itu membentuk sebuah amplop besar. Amplop besar atau sebuah folder dokumen terbentuk diatas meja Ganymede.

"Apa pengiriman surat seperti ini sedang tren?" Leo takjub dengan kegaduhan yang dibuat.

"Tentu saja tidak, perusahaan pos akan bangkrut jika terlalu sering membuat kekacauan seperti ini." Ujar Gany.

"Itu perangko dari ibukota bukan? Apa isinya? Teks asli supersemar?" Tanya Bethony yang penasaran.

"Tentu saja bukan….. ini hanya surat tugas." Gany melihat surat itu. "Hhhmmm… benar, ini surat tugas." Gany memastikan itu adalah surat tugas.

"Kamu akan pergi lagi?" Dengan wajah yang sedikit sedih, Lapis mendekati Gany.

"Yang satu ini hanya sebentar." Jawab Gany.

Ganymede sayang, bagaimana kabarmu? Aku merindukanmu. Aku harap kamu bisa sedikit meluangkan waktumu untuk bertemu denganku. Ada yang ingin kubicarakan denganmu mengenai masa depan kita. Atau bahkan masa depan kerajaan kita. Tertanda Jeanne.

"Oh begitu, kamu ingin kencan dengan Nona Jeanne?" Lapis diam-diam mengambil surat Gany.

"Tenanglah Lapis….. aku tidak tahu kenapa dia menulis seperti itu tetapi maksudnya pasti bukan seperti itu….." Gany merasakan tekanan yang hebat.

"Wow…. Panas sekali disini." Yeonhong dan yang lain bersembunyi di balik sofa.

"Kamu yakin hanya itu kata-kata terakhirmu?" Lapis mengeluarkan aura yang mengancam.

"Lihat!! Ada surat kedua!!" Seru Jade.

"Waaaahhh ada surat kedua!" Gany langsung mengambilnya dan membacanya.

Hahaha….. aku hanya bercanda. Kalian sudah berkeluarga sekarang, jangan sering-sering bertengkar ya….Walaupun sebenarnya kalian terlihat imut saat bertengkar :v Aku tetap mendukung hubungan kalian berdua. Ganymede, kamu dipanggil untuk persiapan Mana Spirit babak ketiga dan kamu bisa melihat surat tugasnya sendiri. Ingat surat itu adalah surat tugas dan bukan teks asli supersemar atau bahkan dokumen tentang dalang pembunuhan Mun!r. Sampaikan salamku pada Lapis. tertanda Jeanne.

"Huhh…. Aku selamat." Gany menghela nafas panjang.

"Heyy!! Kenapa kalian berhenti bertengkar?" Sahut Leo.

Sepertinya Lapis tahu siapa nona Jeanne dan dia paham kalau nona Jeanne hanya ingin menggodanya. Amarah Lapis mereda dan mereka semua kembali bermain dengan Jade. Sore tiba dan Jade yang kelelahan tertidur di gendongan Gany. Akhir dari hari, semuanya pulang ke rumah masing-masing dan Gany pun bersiap untuk berangkat ke ibukota besok.

Pagi yang cerah, Lapis bangkit dari kasurnya dan bersiap untuk memulai hari. Saat membuka pintu kamarnya, dia melihat beras yang berceceran di lantai. Dia penasaran dan mengikuti ke mana jejak beras itu mengarah. Awalnya Lapis mengambil jalan yang salah dan menuju ke dapur yaitu tempat dimana ceceran beras itu dimulai. Lalu Lapis berbalik dan mengikuti beras itu ke arah sebaliknya. Ternyata ceceran itu mengarah ke kamar adiknya Jade.

Lapis yang penasaran mengintip ke dalam kamar dan terlihatlah apa yang sedang Jade lakukan. Dia sedang memberi makan boneka bebeknya dengan beras yang dia ambil dari dapur. Mungkin sang boneka kelaparan jadi Jade mengambilkannya makanan. Tangannya yang kecil tidak cukup untuk menggenggam beras sehingga membuatnya berceceran. Tingkahnya yang lugu itu membuat Lapis gemas dan langsung memeluknya.

"Kakak, aku baru saja ingat kalau aku punya ini." Jade mengambil secarik kertas diatas meja.

"Apa ini?" Tanya Lapis.

"Itu surat dari amplop besar milik kakak Gany." Jawab Jade.

Sebenarnya aku tidak ingin mengingatkanmu soal ini tetapi Baret Putih ingin menemuimu setelah pertemuan itu. Dia ingin menyelesaikan semua masalah diantara kalian berdua untuk selamanya. Kalau kamu tidak ingin datang tidak masalah. Aku selalu mendukungmu. Tertanda Jeanne.

"Oh sial…" gumam Lapis.

"Huusshhh!!! Tidak boleh berkata kasar seperti itu." Ujar Jade.

"Benar, Maafkan kakak." Ujar Lapis. "Kakak harus pergi dulu, katakan pada ayah dan ibu kalau aku menyusul Gany." Lapis langsung mencium Jade agar dia tidak mengejarnya.

Lapis sadar kalau Gany tidak membaca surat yang dibawa Jade jadi dia tidak bersiap untuk bertemu si Baret Putih. Lapis berencana menghentikan Gany namun dia sudah terlambat karena Gany pasti sudah berada di kereta sekarang. Lebih dari itu, yang dihadapinya adalah Ganymede. Menghentikannya dengan fisik bukanlah pilihan yang baik jadi Lapis perlu bantuan. Bantuan dari seseorang yang bisa menyerang secara mental dan bersedia ke ibukota saat ini juga.

"Baiklah kita sudah naik kereta, Jadi katakan apa keadaan gentingnya?" Tanya Bethony.

"Menghentikan Gany bukanlah tugas yang mudah jadi aku butuh bantuan kalian." Jawab Lapis sembari berjalan menuju kursinya.

"Memangnya kenapa kalau Gany bertemu dengan si Baret Putih ini?" Tanya Yeonhong.

"Lebih dari itu, siapakah nona Jeanne? Apa dia cantik?" Tanya Leo.

"Baret Putih adalah musuh bebuyutan dari Gany. Dialah alasan kenapa dia keluar dari militer." Ujar Lapis.

"Musuh? Laki-laki semanis dia punya musuh?" Bethony sedikit tidak percaya.

Dalam gerbong kereta itu, Lapis menceritakan masa lalu Gany. Singkat cerita setelah dari hutan Dryad, Bort kembali ke kerajaan dan Gany berusaha mengikutinya. Terdengar familiar? Benar, Gany kecil nekat berkeliaran dan menuju ke ibukota sama seperti Jade. Beruntung Gany bisa sampai dengan selamat di ibukota namun kurang beruntungnya dia tidak bisa menemui Bort. Dia mencoba menerobos istana dan malah berakhir terkepung beberapa pasukan. Gany sudah sangat kuat semenjak kecil jadi pasukan biasa tidak ada yang bisa menandinginya.

Mendengar kegaduhan di istana, Bort datang untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Alangkah terkejutnya dia ketika mengetahui bahwa Gany sedang dikeroyok oleh segerombolan pasukan kerajaan. Walau sebenarnya yang terjadi adalah Gany yang sedang membantai pasukan kerajaan. Bort langsung menghentikan kekacauan itu dan membawa Gany masuk ke ruangannya. Disanalah Ganymede bertemu dengan Jeanne untuk pertama kalinya.

Sebenarnya Bort tidak suka memiliki pengawal dan selalu menolak ketika diberi pengawal. Tetapi semenjak Bort pernah hilang, sekarang Jeanne ditunjuk menjadi pengawal dan tidak boleh meninggalkannya apapun alasannya. Namun Bort masih tidak suka memiliki pengawal jadi dia menawarkan Gany agar bisa menjadi pengawalnya. Dengan sekuat tenaga Bort membujuk Jeanne. Dia menunjukkan kemampuan Gany yang sangat luar biasa dan juga menceritakan hubungannya dengan Gany. Untungnya Jeanne mau memahami alasan Bort dan tidak lagi meragukan kemampuan Gany. Akhirnya Jeanne mendaftarkan Gany menjadi prajurit di kerajaan dan langsung memberinya misi sebagai pengawal Bort.

Kakak adik sama saja, Apa yang dilakukan Jade juga pernah dilakukan oleh kakaknya. Lapis langsung pergi menemui Bort seketika dia mendengar Bort yang hilang telah kembali ke istana. Lapis kecil sangat lihai dalam berlari dan menghindar berkat sihir elemen cahayanya. Dengan kemampuan itu dia berhasil menyusup kereta dari Tetra ke Ibukota dan masuk ke Istana dengan cepat.

"Apakah ibukota adalah tempat bermain anak-anak? Kenapa kalian bisa pergi begitu saja?" Bethony tidak habis pikir dengan kelakuan sepasang kekasih itu.

"Oooohhh aku tahu! Jika kamu ingin kuat, kamu harus pergi sendiri ke ibukota saat masih kecil." Leo mencoba memahami kelakuan sepasang kekasih itu.

"Sial, aku sudah besar jadi jalanku menjadi kuat sudah tertutup." Yeonhong paham dengan maksud Leo.

"Ehem…. Aku anggap aku tidak mendengar hal itu." Lapis mengabaikan teman-temannya.

Lapis yang tidak suka bahwa kakaknya memiliki adik lain mulai memusuhi Gany. Setiap hari Lapis menantang Gany untuk bertanding dalam hal apapun. Jika Gany kalah maka Gany harus meninggalkan Bort. Kira-kira seperti itulah tantangan yang selalu diajukan kepada Gany. Tapi Gany tidak kenal ampun dan mengalahkan Lapis dalam setiap tantangan. Sampai-sampai Lapis mencuri-curi waktu untuk ikut latihan bersama para prajurit agar bisa mengalahkan Gany.

Jeanne seringkali tersenyum sendiri ketika melihat Gany dan Lapis yang bertengkar. Sejak awal Jeanne tidak pernah dilepas tugaskan dari misi untuk mengawal Bort. Jeanne tetap menjadi pengawal yang mengawasi dari kejauhan karena menurutnya dua pengawal lebih baik dari satu. Selain itu Jeanne lah yang sering melatih Lapis agar bisa melawan Gany walaupun selalu gagal. Dari sanalah hubungan antara mereka semua terbentuk.

Tidak lama kemudian Gany dipanggil untuk mengikuti pelatihan. Sebagai tentara atau prajurit yang baru, dia diberi pelatihan untuk menjadi tentara yang siap masuk dalam pertempuran. Dalam pelatihan itu para prajurit tinggal di barak yang seperti rumah kecil yang terdapat 1 kamar untuk 2 orang. Lalu tentara dengan baret merah datang masuk ke dalam kamar dan pengarahan tentang kegiatan selanjutnya. Seperti tentara pada umumnya, dia berdiri tegap dan berbicara tegas saat memberi pengarahan. Dia berbicara sekali jalan tanpa diulangi dan langsung ingin pergi.

Gany tidak biasa dengan cara para prajurit bicara. Sir! Yes Sir! Setiap kata dihentakkan membuat Gany menjadi sedikit bingung dan menanyakan perintah yang dia dapat. Gany yang kebingungan berbicara dengan membalikkan subjek, predikat dan objeknya. Baret merah memberi arahan dengan urutan: tempat, waktu, dan kegiatan, sementara Gany mengatakan lagi dengan urutan: waktu, kegiatan, dan tempat. Tidak ada yang salah dari kata-kata itu dan poin-poin penting pengarahan tetap tersampaikan dengan baik. Walaupun begitu Baret merah itu harus benar-benar fokus mendengarkan dan memberi jeda untuk berpikir sebelum meng-iya-kan perkataan Gany.

Saat si Baret merah pergi, Gany mengantarkan nya sampai luar rumah layaknya seorang tamu. Malahan Gany sempat menawarkan minuman untuknya namun si baret merah menolak. Gany sangat santai kepada baret merah dan melihatnya tanpa rasa segan dan takut. Saat Gany keluar rumah saat itulah dia bertemu dengan baret putih. Sebenarnya Gany tidak ada niatan untuk menghina tetapi Si baret putih merasa tersindir karena kelakuan Gany. Dia mengeluarkan senjata penemuan Bort yang baru yaitu pistol dan memamerkannya kepada Gany.

Gany tahu tentang senjata itu jadi dia tidak menunjukkan rasa takut. Mungkin mereka berpikir ancamannya tidak berhasil jadi si Baret putih mulai menembakkan senjatanya pada Gany. Gany sudah bisa membaca gerak geriknya jadi sebelum dia menembak, Gany sudah menunduk untuk menghindari nya. Karena serangannya berhasil dihindari, dia berlari mendekati Gany dan menembak lagi. Sekali lagi Gany juga bisa membaca gerak geriknya jadi dia sudah berhasil berlindung di balik pilar. Si baret Putih menembak beberapa kali tapi tidak ada yang berhasil. Sampai pelurunya habis dan dia menembakkan peluru kosong.

Pistol milik Bort adalah penemuan yang mengagumkan. Pistol yang tak terisi bisa dipaksakan untuk menembak dan seakan masih ada gelombang kejut udara yang keluar dari pistol itu. Gelombang udara itu memang masih bisa menyakiti tapi tidak sampai melukai. Seperti tertusuk jarum kecil. Si baret Putih sepertinya sangat terprovokasi dan dendam kepada Gany. Dia berlari dan sampai di pilar dimana Gany berlindung dan menembaknya dengan peluru kosong. Tidak hanya itu dia juga mulai menyerang dengan tangan kosong. Tentu Gany bisa bertahan dari serangan tangan kosong itu. Tapi Gany sempat beberapa kali terkena peluru kosong itu.

Perkelahian berlanjut sampai saat dimana Gany berhasil mengambil pistolnya dan balas menembakinya dengan peluru kosong juga. Memang peluru kosong tidaklah begitu menyakitkan tapi Baret putih yang terkena senjatanya sendiri malah semakin brutal. Gany terpaksa menempelkan pistol di telinganya dan menembakkannya. Alhasil dia terluka di telinganya dan sampai berdarah. Si baret merah yang selama ini diam dan memperhatikan dari kejauhan, datang dan membawanya pergi.

Gany terkena skors dan berhenti mengikuti latihan untuk sementara. Sebenarnya dari awal tidak begitu peduli untuk ikut pelatihan. Teman sekamar Gany berkata kalau hal itu adalah tradisi dari tentara senior. Gany menjadi muak dengan kode etik yang seakan berusaha berkata 'Patuhi Senior' padahal sebenarnya hanya tradisi yang diwajib-wajibkan. Selang beberapa hari, Gany dan rekan sekamarnya berjalan-jalan keluar dan melihat prajurit-prajurit lain yang mengikuti pelatihan itu.

Pelatihan dilakukan di Lapangan besar dan di hutan kecil disekitarnya. Mereka harus berjalan ke titik tertentu dan melakukan tugas-tugas tertentu pada setiap tempat itu. Tugas-tugas itu adalah: merayap, melempar belati mengenai sasaran dll. Gany dan teman sekamarnya mencoba-coba dan melakukan tugas di cekpoin yang menurut mereka menarik. Mereka hanya bermain-main saja dan tidak benar-benar ikut kegiatan itu. Sepertinya panitia juga tidak terlalu peduli soal itu dan membiarkan mereka berdua bermain-main.

Lalu tiba-tiba si baret merah dan putih datang dan ingin melawan Gany. Mereka berdua sudah paham dengan pelatihan dan medan di lapangan itu. Dia memanfaatkan beberapa titik untuk melawan seperti titik tugas tersebut. Misalnya ada titik dimana prajurit harus melempar belati, Baret putih akan melempar belati kepada Gany. Tidak hanya baret putih tapi baret merah juga menyerang Gany. Dan tidak seperti sebelumnya mereka benar-benar ingin menyakitinya. Gany menghadapi mereka berdua sendirian. Namun dengan kemampuan Gany, mereka berdua tampak kewelahan menghadapi Gany.

"Kalau dibiarkan mereka bisa benar-benar membunuhku." Gany sampai sempat berpikir seperti itu melihat kebrutalan mereka berdua.

Baret merah dan Baret putih adalah prajurit muda yang berbakat dan dipercaya bahkan oleh Panglima Jenderal Europa. Namun Ego mereka terluka karena kesusahan melawan anak kecil. Mereka menyerang dengan semakin brutal dan membuat Gany juga kewelahan. Akhirnya dengan memegang tangan si baret merah, Gany menangkis dan mengembalikan serangan itu. Alhasil belati yang dipegang oleh baret merah menusuk lehernya sendiri. Pertarungan dimenangkan oleh Gany.

Gany terkena masalah dan orang-orang sebenarnya marah padanya karena dianggap tidak memenuhi kode etik. Para pejabat di kemiliteran tidak suka dengan apa yang Gany lakukan walaupun mereka tahu itu hanya membela diri. Satu-satunya yang mendukung Gany adalah Bort dan Jeanne. Sebenarnya teman sekamar Gany tahu kejadian itu tapi dia tidak bisa berbuat banyak karena terikat oleh kode etik. Namun pada akhirnya Gany dianggap bersalah oleh pengadilan militer dan mendapatkan hukuman.

"Sekarang aku mengerti kenapa Gany tidak boleh bertemu dengannya." Ujar Yeonhong.

"Jadi apa rencana kita?" Tanya Leo.

"Setelah rapat mungkin baret putih akan menuemuinya dan mengajaknya untuk berbicara di suatu tempat. Hipnotis dia agar segera lari ketika bertemu baret putih." Ujar Lapis.

"Lalu bagaimana dengan aku, kamu dan Yeonhong?" Tanya Bethony.

"Mencari Gany dan mempersiapkan semuanya agar Leo bisa menghipnotisnya dengan lancar." Jawab Lapis.

Tidak terasa perjalanan beberapa jam sudah selesai. Lapis dan yang lain langsung turun dari kereta dan pergi mencari Gany. Untuk permulaan mereka mencari informasi di pasar. Di gang yang sempit, Lapis menunggu mangsa untuk di interogasi. Datang dua prajurit yang sedang patroli dan hap! Lapis menyeretnya ke kegelapan yang dalam. Leo langsung menggunakan hipnotisnya untuk mendapatkan informasi. Dengan mudah prajurit itu mengatakan dimana rapat tentang babak ketiga dilaksanakan. Di istana, di ruang sebelah ruang harta.

Keadaan menjadi semakin sulit untuk mereka. Tidak hanya mereka harus menerobos Istana tetapi mendekati ruang harta. Lapis bisa saja meminta bantuan dari nona Jeanne tetapi itu bukanlah pilihan yang tepat. Nona Jeanne menyetujui pertemuan Gany dan Baret putih sementara Lapis tidak. Selain itu Bort sepertinya sedang keluar kota kerena urusan tertentu. Akhirnya Lapis memutuskan untuk menyamar dan masuk kedalam Istana ditemani oleh Yeonhong. Mereka berdua akan menyergap Gany ketika keluar ruangan sementara Leo dan Bethony adalah rencana cadangan jika Gany berhasil keluar Istana.

Untung Lapis pernah ke Istana saat kecil dan tahu bagaimana cara prajurit bersikap. Dia tahu bagaimana cara berjalan agar tidak terlihat mencolok dan bagaimana saling menyapa agar bisa berbaur. Dan yang paling utama adalah dia tahu kode-kode rahasia yang digunakan dalam tempat-tempat dan urusan tertentu.

"Lapis, aku lapar." Ujar Yeonhong.

"Benar! Pasti mereka yang rapat juga lapar dan sebentar lagi keluar." Sahut Lapis. "Mungkin sebaiknya kamu pergi ke ruang makan dan menunggu disana." Tambahnya.

Sedikit berubah tetapi sama tujuannya. Menyergap Gany di depan ruang rapat ataupun di ruang makan. Akan tetapi rencana itu sedikit berantakan karena ruang rapat sudah kosong. Sedikit aneh ketika rapat selesai dalam hitungan jam dan bukan sampai seharian penuh. Biasanya para bangsawan rapat dengan penuh kebohongan untuk memanipulasi satu sama lain dan tidak ingin masalah selesai. Aaahhh… Politik… teman lama semua rakyat. Sepertinya Arche bisa mengatasi itu semua sehingga ini bisa terjadi.

Segera Lapis menuju ruang makan untuk menemui Yeonhong. Disana dia bertemu dengan Yeonhong dan Arche yang sedang makan bersama. Tentu Arche mengetahui keanehan dari tingkah mereka berdua dan ingin mengetahui apa yang sebenarnya mereka lakukan. Tetapi Arche tidak begitu berambisi untuk mengetahui urusan rumah tangga orang lain. Ketika Lapis menanyakan keberadaan Gany, dia langsung menjawab bahwa Gany sudah keluar Istana.

Sekarang yang bisa dilakukan Lapis hanyalah percaya kepada Leo. Hampir saja Leo dan Bethony kehilangan Gany tetapi untungnya menjadi pahlawan kerajaan membuatnya menjadi pusat perhatian. Gany dikerumuni banyak orang jadi mudah menemukannya walaupun di keramaian. Leo ingin menyeret Gany dan membawanya ke gang sempit untuk mengamankannya tetapi dia tidak bisa. Dalam kerumunan itu sepertinya ada beberapa bangsawan yang ikut berjalan bersama Gany. Mereka semua berjalan menuju tempat makan? Suatu tempat dimana banyak orang makan, berjudi dan minum. Mereka semua duduk dan berbincang-bincang disana.

"Gany biasa pergi ke tempat seperti ini?" Bethony sedikit canggung ketika masuk ke dalam tempat itu.

"Aku tidak bisa membayangkan Gany minum minuman keras." Leo juga merasa canggung.

"Lihat! Pelayan mengantarkan pesanan mereka!" Ujar Bethony.

Pelayan membawakan daging porsi besar kepada Gany dan bangsawan lainnya diikuti dengan hidangan lain seperti roti dan beberapa sayuran. Terlihat normal untuk makanannya dan sekarang datanglah minumannya. Bir ukuran besar, Bir ukuran besar, Bir ukuran Besar, Rum dan lain-lain. Banyak sekali minuman keras di meja itu dan yang merajai diantarai itu semua adalah minuman milik Gany. Segelas susu dengan gelas kaca yang besar.

"Hahaha..." Bethony dan Leo merasa lega temannya bukanlah peminum.

"Bethony, menyamarlah menjadi pelayan dan berikan ini pada minumannya!" Leo memberikan sesuatu.

"Apa ini?" Tanya Bethony.

"Ini akan membuatnya ingin ke kamar kecil." Jawab Leo.

"Dan disana kamu akan menghipnotisnya. Baik aku mengerti." Bethony segera bersiap.

Pelayanan khusus untuk para bangsawan! Mereka semua diberi minuman gratis sebagai bentuk penghormatan. Bethony yang telah selesai menyamar memberi para bangsawan itu Bir ukuran besar dan terkhusus untuk Gany dia beri minuman spesial. Tidak seperti restoran, tempat itu sangat ramai dan orang-orang bisa minum atau makan sembari berdiri dan tidak terlihat aneh. Seakan tempat itu dalam pesta yang terus berkelanjutan. Leo berdiri di depan kamar mandi untuk mengawasi keadaan.

"Haahh!!? Apa yang kamu katakan?" Seorang bangsawan sudah terlalu mabuk.

"Ini yang kukatakan." Bangsawan lain memukulnya.

Bir extra dari pelayanan khusus tampaknya adalah pilihan buruk. Para bangsawan berdebat dengan keadaan mabuk dan saling memukul satu sama lain. Yang membuat suasana semakin buruk adalah para pemusik yang ada di dekat kasir malah mulai memainkan alat-alat musik mereka. Pemusik-pemusik itu seakan memberi BGM atau musik pengiring kepada mereka yang sedang bertarung. Tidak hanya itu, orang-orang lain malah tertawa dan menyoraki para bangsawan itu. Semua orang jadi semakin bersemangat ketika melihat pertengkaran itu.

"Ini kegilaan!" Bethony tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Ini politik." Sahut Leo.

"Lihat! Gany sudah mulai bergerak!" Tunjuk Bethony.

Gany tampaknya sudah cukup lelah dengan semua kekacauan itu dan mulai bangkit dari duduknya. Leo bersiap untuk memasuki kamar kecil namun Bethony menghentikannya. Memang Gany meminum susu yang dia pesan tetapi dia belum meminum minuman spesial yang Bethony antarkan. Jadi Gany bukan pergi untuk memenuhi panggilan alam namun ingin pergi dari tempat itu. Alhasil Leo dan Bethony langsung mengejar Gany.

Di tempat yang penuh kekacauan, berpindah dari satu titik ke titik yang lain adalah hal yang susah. Setiap melangkah ada seseorang yang menghadang. Tidak hanya itu, pertengkaran terjadi dimana-mana dan siapapun bisa terlibat jika mereka lengah. Dengan susah payah Leo dan Bethony mengejar dan akhirnya mereka berhasil keluar dari tempat itu. Di jalan mereka melihat Gany yang sedang menaiki kereta kuda. Walau sedikit terlambat, Mereka berdua tidaklah menyerah. Mereka mencari kereta kuda lain dan segera menaikinya.

"Ikuti kereta kuda itu!" Ujar Bethony kepada sang kusir.

Kereta kuda adalah transportasi yang umum digunakan di daerah Ibukota. Sebuah ruangan khusus yang tertutup untuk penumpang dengan kusir yang berada diluar mengendalikan kuda. Cocok untuk berpergian mengelilingi kota dan bisa untuk beberapa orang ataupun untuk membawa banyak barang. Leo mendekati kereta kuda yang dinaiki oleh Gany lalu melompat di tempat sang kusir. Dia menggunakan sihir anginnya untuk mendarat dengan perlahan dan menghipnotis sang kusir. Rencana berhasil, Gany bisa diamankan ke tempat yang jauh.

"Tipuan seperti itu tidak akan berguna untukku." Ujar Arche.

"Karena memang itu bukan untukmu." Jawab Gany. "Sebenarnya apa yang ingin mereka lakukan?" Gany kebingungan tingkah Leo dan Bethony.

"Mereka ingin menghentikanmu untuk menemui baret putih." Jawab Arche. "Lihat! Lapis dan Yeonhong juga ikut mengejar kereta kuda itu!" Tunjuk Arche.

"Oh begitu….. Sayang sekali tapi aku memang harus menyelesaikannya." Gany mulai bangkit dari duduknya.

"Itulah yang ingin kudengar." Arche tersenyum dan mengikuti Gany.

Ternyata Gany duduk diatas atap dari bangunan tempat dia makan. Dia menyadari penyamaran Bethony dan mencoba bermain-main dengannya. Dia mengecoh Leo dengan pura-pura menaiki kereta kuda. Lalu dia mengawasi Leo dan yang lainnya dari atas atap itu. Lapis dan Yeonhong berlari mengelilingi kota lalu Bethony yang masih di dalam kereta kuda memanggil mereka berdua. Sepertinya teman-teman Gany itu sedang melakukan permainan yang seru jadi dia ingin melihatnya untuk sesaat. Tapi waktu sudah habis, Gany harus segera berangkat.

Nostalgia adalah kata untuk mengenang masa lalu yang dirindukan. Sekarang Gany bersama Baret Putih berada di lapangan tempat latihan para prajurit. Lebih spesifik lagi di lapangan dimana Gany membunuh si Baret Merah. Jadi kata yang tepat menurut kamus bukanlah Nostalgia tetapi Trauma. Arche dan Jeanne hanya bisa duduk diam dan melihat dari kejauhan. Seorang pahlawan yang bisa berubah menjadi berlian melawan Seseorang dengan julukan Hiu Putih yang merupakan salah satu prajurit terbaik kerajaan. Pertarungan mereka tidak akan mudah dilupakan.

"Sebelum kamu mengambil langkah untuk memperkecil jarak antara kita, kamu harus ingat apa akibatnya jika membuat masalah denganku." Gany mengancam baret putih.

"Aku tidak akan gentar oleh ucapan pembunuh." Baret putih mengambil langkah.

"Jangan mengujiku!" Gany mengepalkan tangannya.

Si baret putih mengeluarkan belatinya dan Gany langsung merubah sebagian dari tubuhnya menjadi berlian. Tatapan mereka sangat serius dan tak tampak ada keraguan pada tindakan mereka. Si baret putih dengan cepat menerjang dan mengayunkan belatinya. Dalam waktu yang singkat itu Gany juga sudah bersiap. Tanah yang dipijaknya bergetar dan ketika Baret Putih mendekat, sebuah pilar batu keluar dan menghantam Baret Putih.

Trauma masa kecil bukanlah hal yang mudah untuk dilawan. Pikiran Gany masih sedikit kacau karena masih belum sepenuhnya siap melawannya. Dia bernafas dengan sedikit terengah-engah dan mencoba menjauhkan Baret Putih. Jadi Gany mengeluarkan banyak sihirnya untuk mengeluarkan banyak pilar batu dari tanah disekitarnya. Menghindar, Melompat kesana kemari, menangkis, semua serangan itu tiada yang dapat menyentuh Baret Putih. Baret Putih adalah prajurit kerajaan, Serangan sederhana tidak akan banyak berpengaruh padanya. Tapi tidak apa karena Gany hanya ingin menjauhkannya.

LABYRINTH!

Tembok-tembok batu keluar dari dalam tanah membentuk Labirin dengan Gany sebagai pusatnya. Disertai dengan pilar batu yang muncul dari segala arah, Gany menjebak Baret Putih didalam Labirin selagi dia mengawasi dari atas tembok Labirin.

"Kamu tahu? Semuanya akan jadi lebih mudah jika kamu biarkan aku mengoyak jantungmu." Dengan sihirnya Baret putih masuk kedalam tembok Labirin.

"Jantungku?" Gany terdiam untuk sesaat.

"Jantungmu! Serahkan padaku!" Di hadapan Gany, Baret Putih keluar dari tembok labirin.

"Sayang sekali…." Gany tersenyum. "Jantungku sudah kuberikan pada Lapis!" Gany mulai bersemangat.

Tidak lagi menghindar, kini mereka berdua melakukan pertarungan jarak dekat diatas tembok labirin. Memukul, mengayunkan belatinya, menendang kaki Gany agar terjatuh semua dilakukan oleh baret putih. Tapi Gany berhasil menahan semua serangan itu. Kemampuan bertarung Baret Putih sangatlah hebat, tidak ada gerakan yang sia-sia. Gerakannya sangat cepat dan tubuhnya sangat lincah. Tidak hanya itu, serangannya juga sangatlah kuat.

Untuk memahami seberapa kuat baret putih, perlu diperhatikan apa yang terjadi pada tempat bertarung mereka. Si Baret putih mengangkat kakinya tinggi-tinggi dan mengayunkannya kebawah untuk menyerang kepala Gany. Gany dengan mudah menghindari serangan itu tetapi Kaki yang mengayun dengan cepat ke bawah, menghantam tembok dengan kuat sampai menghancurkannya. Serangan itu adalah bukti kalau kekuatan si baret putih melebihi prajurit pada umumnya dan juga bukti kalau dia berlatih keras. Karena tidak mungkin kekuatan itu didapat dengan mudah.

Baret putih adalah Magus dengan elemen tanah dengan kemampuan uniknya yaitu berenang di dalam tanah. Dalam tanah dia dapat meluncur dengan cepat seperti hiu dalam lautan. Itulah alasan mengapa dia bisa masuk kedalam tembok labirin dan keluar di manapun dia mau. Tidak hanya itu senjata andalannya yaitu belati membuatnya semakin mirip dengan hiu.

Tembok labirin di sekitar Gany hancur membuatnya kembali bertarung di tanah. Dengan kemampuannya, tanah ibarat lautan bagi Baret Putih. Dia melompat dari dalam tanah dan mengayunkan belatinya kepada Gany. Walau Gany bisa mengatasinya, Baret putih langsung menyelam lagi ke dalam tanah dan bersiap untuk serangan selanjutnya. Dia membuat Gany terlihat seperti seorang nelayan yang di serang kerumunan hiu. Walau sebenarnya hanya ada satu hiu yang menyerang tapi gerakannya sangat cepat seakan-akan ada banyak hiu yang sedang menyerang Gany.

Memang Baret Putih bisa menyerang dengan cepat. Dengan manajemen serangan yang baik dan waktu yang tepat, serangannya bisa saja mengenai Gany. Tetapi dia sadar akan siapa yang dia lawan. Gany adalah pahlawan yang bisa berubah menjadi berlian, pisau sederhana tidak bisa melukai berlian. Maka dari itu dia berhenti menyerang dan mengeluarkan pisau andalannya. Pisau yang dia siapkan untuk melawan Gany.

"Ini adalah salah satu barang kenangan kita." Baret Putih belati keduanya. "Lihat! Darah Baret Merah masih terlihat bekasnya." Ujar Baret Putih.

Gany berteriak karena tidak ingin lagi mengingat hal itu. Baret Putih juga berteriak untuk melepaskan seluruh kebenciannya dan menyerang Gany. Dengan kedua tangannya disenjatai oleh belati, Baret Putih berlari dan menyerang Gany. Dia menusukkan belatih berdarah lurus ke jantung Gany. Dengan mudah Gany menahan serangan itu dengan tangannya namun bukan dengan tangan berliannya tapi dengan tangan biasa.

Telapak tangan Gany tertusuk dan ditembus oleh belati itu. Setelah sekian lama kali ini baret putih benar-benar bisa melukai Gany. Perasaan puasnya membuatnya sedikit lengah. Ternyata dengan telapak tangan yang tertusuk itu, Gany menggenggam tangan baret putih. Si baret putih mencoba menarik tangannya tapi tidak bisa karena cengkraman Gany terlalu kuat. Dengan penuh amarah Gany mencengkram tangan baret putih dengan kuat sampai-sampai belati yang menusuk tangannya patah. Tidak hanya itu tangan Baret putih juga hancur karena cengkraman Gany itu.

Kesakitan karena tangannya hancur, Si baret putih mencoba menusukkan belati satunya ke leher Gany. Dia mengayunkan tangannya dengan kuat tapi sayang serangan itu sia-sia. Gany merubah lehernya menjadi berlian dan membuat belati milik baret putih patah. Bingung karena tidak lagi punya senjata, Gany memanfaatkan kesempatan itu untuk memukul baret putih. Dengan tangan berliannya, dia meluapkan seluruh emosinya pada tinjunya itu. Satu pukulan yang sangat kuat sampai-sampai Baret Putih terpental dan melayang ke arah Arche dan Jeanne.

Sebenarnya tidak hanya Arche dan Jeanne yang berada disana. Lapis dan yang lainnya juga sudah berada disana sejak lama. Kereta kuda yang dikejar Leo dan yang lain ternyata dinaiki oleh Io. Io dimintai tolong oleh Gany yaitu untuk menghentikan Lapis dan yang lain. Jadi dia naik kereta kuda menggantikan Gany dan untuk mengecoh Leo. Lalu saat sudah ketahuan, Io akhirnya menunjukkan dimana Gany bertarung. Namun karena pertarungan sudah dimulai, mereka semua hanya bisa menyaksikan. Sekarang pertarungan sudah usai, Gany datang ke arah mereka semua dengan aura yang mengancam. Dia masih dalam mode bertarung dan masih sedikit marah walaupun Baret Putih sudah benar-benar babak belur.

"Nona Jeanne, dulu di pengadilan anda mendukungku dengan sepenuh hatimu. Tapi kenapa anda menikahi pria ini?" Tanya Gany.

"Menikah?" Semuanya shock dengan ucapan Gany. "Setelah semua ini mereka berdua menikah?" Teman-teman Gany tercengang.

"Aku merasa bersalah karena memasukkanmu kedalam militer yang akhirnya membuatmu bertemu dengan orang ini." Jeanne datang mendekati Baret Putih. "Dia penuh dendam padamu jadi aku ingin merubahnya." Jawab Jeanne.

"Tapi setelah kalian menikah dia masih dendam padaku." Sahut Gany.

"Aku tidak bohong, dia sudah tidak sombong seperti dulu. Malahan sebenarnya dia takut padamu." Ujar Jeanne. "Walaupun kamu jadi pahlawan kerajaan, pasti kamu akan membunuhnya tanpa ragu. Itulah ketakutannya." Tambahnya.

"Ketakutannya itu benar, aku sangat ingin membunuhnya." Jawab Gany.

"Kamu tidak perlu mengantarkannya kesini dan bisa saja membunuhnya disana, tapi kamu tidak melakukannya." Ujar Jeanne. "Q.E.D. Kamu benar-benar pahlawan Gany." Jeanne tersenyum bangga kepada Gany.

"Baiklah kalau itu memang keputusanmu nona Jeanne." Gany menerima keputusan Jeanne. "Jika suatu saat dia menyakitimu katakan saja padaku. Aku akan membuatnya menyesal karena telah dilahirkan." Tambahnya.

"Aku mohon bantuannya saat itu terjadi." Jawab Jeanne.

Akhirnya Jeanne pulang untuk merawat luka suaminya. Begitu juga dengan Gany dan teman-temannya. Mereka beristirahat di suatu penginapan dan bersantai disana. Gany merasa kelelahan karena harus menghadapi Baret Putih, karena menghadapi Trauma masa lalunya. Akhirnya dia tertidur di pangkuan Lapis.

"Ngomong-ngomong, siapa sebenarnya nama asli dari baret putih? Dia dipanggil baret putih tapi siapa sebenarnya namanya?" Tanya Bethony yang penasaran.

"Hmm… Sebenarnya…. Aku tidak tahu..." Jawab Lapis.

"Walaupun kamu bercerita dengan detil akan pertikaian Gany dengannya tetapi kamu masih tidak tahu namanya?" Tanya Leo.

"Ahh… hal itu tidak penting. Aku yakin pasti nona Jeanne juga tidak tahu." Jawab Lapis.

Semua orang yang ada disana tertawa karena tidak ada yang tahu nama asli dari baret putih.