"Apa kamu tahu? Kamu bisa mendapatkan periodemu hanya satu kali setahun." Ujar Ellen.
"Satu kali setahun? Aku ingin mencobanya." Jawab Hilda.
*Brakkk..!!!*
"Apa yang kalian bicarakan?! Kita sedang makan." Khan kehilangan selera makannya.
"Tidak perlu marah begitu… lihat! kami hanya membaca majalah." Ellen menunjukkan majalah itu kepada Khan.
"Majalah apa yang memberi pengetahuan seperti itu? Itu tidak normal." Khan tidak habis pikir.
"Sepertinya ini adalah iklan dari produk obat-obatan." August melihat-lihat majalah itu.
"Lagipula jangan kalian percaya dengan produk-produk seperti itu." Sahut Khan.
"Kenapa tidak? dokterlah yang menyarankan obat itu. Apa kamu mengenalnya? Doctor Sri Farida Doctor?" Tanya Hilda.
"Doctor yang dibelakang itu adalah namanya? Atau dia memang memiliki dua gelar di depan dan dibelakang?" August tidak pernah mendengarnya.
"Aaahh… kalian orang Tetra memang seperti itu. Kalian tidak percaya dengan kami orang Faola." Ellen mulai jengkel.
"Bukan seperti itu…. dengar ya, seseorang memiliki periode dalam satu bulan sudah sangat menyusahkan. Bisa kamu bayangkan apa yang terjadi jika orang itu mengumpulkannya dalam setahun dan meledakkannya sekaligus?" Khan mencoba memperbaiki permbicaraan.
"Dia benar, seseorang pasti akan terbunuh jika ada disampingnya." Hilda menyetujui perkataan Khan.
"Meski begitu sepertinya aku masih menginginkannya." Ellen mengalihkan pandangannya.
"Aaahh… parah sekali. Kenapa kami bisa sekelompok dengan mereka?" August dan Khan memikirkan hal yang sama.
Sebelumnya di pagi hari para peserta berkumpul untuk melakukan upacara. Upacara penutupan babak pertama Mana Spirit dan pengumuman tentang babak kedua. Di babak kedua 100 peserta yang tersisa akan dibagi menjadi 25 kelompok atau berarti setiap kelompok akan memiliki 4 peserta. Setelah itu setiap kelompok akan berkemah di Hutan dan saling berebut 4 gulungan yang tersebar di seluruh penjuru. 4 kelompok yang berhasil mendapatkan gulungan akan lolos ke babak ketiga. Dengan kata lain hanya 16 orang yang dapat melanjutkan ke babak selanjutnya. Oh dan tak lupa Khan dan yang lain tidak terlambat kali ini karena sudah dibangunkan oleh Io.
Kelompok dipilih secara acak dan tidak dapat diganggu gugat. Dan seperti yang terlihat sebelumnya, Khan, August, Ellen dan Hilda menjadi satu kelompok. Karena mereka akan berjuang bersama, Khan dan August mencoba mengajak Ellen dan Hilda untuk makan bersama. Mereka melakukan hal yang sama seperti Gany lakukan kepada mereka sebelumnya. Mereka juga memiliki harapan yang sama seperti Gany yaitu agar bisa lebih dekat dan tidak terpecah belah. Namun yang terjadi adalah kesenjangan yang cukup merepotkan.
Bort Van Hubert adalah orang ternama di kerajaan yang terkenal akan kepintarannya. Dia berasal dari Tetra yang menyebabkan provinsi Tetra mendapatkan perhatian oleh kerajaan. Segala yang ada disana diperbaiki baik infrastruktur maupun pendidikan. Secara tidak langsung hal itu menyebabkan provinsi lain menjadi tertinggal dan salah satunya adalah Faola. Perbedaan pendidikan itulah yang menyebabkan Direct to Constumer Advertising (Seperti Iklan yang diterima Ellen) dapat dengan mudah diterima oleh orang awam tanpa kritik. Ingat! Tidak semua yang kamu dengar adalah baik dan benar. Sepertinya Raja dari Praha memiliki banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.
Masa pengenalan kelompok selesai, sekarang mereka sudah siap melanjutkan babak kedua. Masing-masing kelompok diarahkan untuk memasuki hutan Alas atau Alas Forest melalui jalan yang berbeda-beda. Tempat itu adalah hutan hujan yang luas, lebat dan di takuti oleh warga sekitar. Walaupun begitu para peserta bukanlah warga sekitar hutan jadi mereka tidak peduli dengan rumor-rumor aneh. Dengan dibekali gelang untuk setiap peserta dan sebuah peta untuk setiap kelompok, Mereka semua diberi waktu seminggu untuk mendapatkan gulungan. Seketika mereka memasuki hutan, seketika itulah petualangan mereka dimulai. Mana spirit Babak kedua sudah dimulai.
Hari pertama dimulai. Seperti petualang pada umumnya, hal pertama yang Khan dan kelompoknya lakukan adalah membuka peta. Berharap bisa menemukan posisi dan sedikit petunjuk kemana mereka harus pergi. Mereka berjalan-jalan dengan dipandu oleh Ellen yang memegang peta. Di hutan belantara penentuan posisi sangat membingungkan, Ellen meminta berbelok ke kiri, ke kanan dengan arah yang tak jelas. Tampak kesulitan, Hilda meminta peta tersebut untuk mencoba membacanya.
Hilda membuka dan membaca peta itu sekitar 2 menit. Saat membuka dia memiringkan kepalanya lalu memutar-mutar peta tersebut. Perilaku aneh Hilda membuat perjalanan mereka terhenti. Khan yang merasa aneh mulai menanyakan kenapa dia bertingkah seperti itu. Tanpa menjawab pertanyaan, Hilda langsung menutup peta itu dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia tampak frustasi dan memberikan peta itu kepada Khan. Tidak disangka, reaksi yang sama juga dilakukan oleh Khan. Beberapa saat dia membuka peta lalu dia mulai memiringkan kepala dan memutar-mutar peta. Lebih parah lagi, dia mulai tersenyum menyegir pada peta itu. Benar-benar aneh.
August berpikir mereka membaca peta itu terlalu lama. Seharusnya Khan atau yang lain sudah bisa melaporkan dimana posisi mereka namun mereka hanya diam saja. August heran apa membaca peta memang sesusah itu atau mereka yang tidak bisa membaca peta. Karena tidak sabar, August langsung merebut peta yang sedang dibawa Khan dan mencoba membacanya sendiri. Khan sebenarnya mencoba untuk membaca peta itu sendiri tapi kenyataan dia memang kesusahan dibuatnya. Jadi dia membiarkan August membacanya dan tidak menghentikannya.
"Aaaaarrgghhh!!!!" August berteriak dan membanting peta itu.
Tidak seperti teman-temannya sebelumnya, August langsung emosi melihat peta itu. Jiwa petualang yang turun-temurun diajarkan oleh ayanhya serasa dihina. Dia langsung berkata kasar dan mencoba menginjak-injak peta itu. Untungnya Khan dan Ellen sempat menghentikannya.
"August tenanglah! Semuanya akan baik-baik saja!" Ujar Hilda mencoba menenangkan August.
"Apa maksutnya Biru, Merah, Hijau, dan Kuning? Bukan begitu caramu menentukan arah! Peta seperti itu tidak layak dikatakan sebagai peta! Lebih baik dibakar saja!" August sangat tidak tenang.
"Sudahlah… Mungkin ini memang ujian dari lomba ini." Khan mencoba berfikir positif.
Biasanya peta memiliki mata angin utara, selatan, barat dan timur untuk menentukan arah yang bersifat universal. Namun peta yang mereka dapat dari panitia memiliki mata angin Biru, Merah, Hijau, dan Kuning sangat tidak jelas apa maksudnya. Hilda mencoba berpikir positif dan berkata kalau mungkin warna-warna itu melambangkan arah mata angin biasa. Namun August membantahnya karena Mata angin itu tidak berbentuk + yang tegak lurus namun sedikit serong. Sama sekali tidak bisa diandalkan.
Mereka menyerah kepada peta dan mencoba mencari jalan mereka sendiri. Pertama-tama mereka pergi ke tempat yang tinggi. Pohon, batu besar, ataupun bukit, mereka ingin melihat daerah sekitar mereka tanpa halangan. Awalnya August memanjat pohon didekat mereka untuk mencari dataran paling tinggi. Pohon itu tidaklah tinggi namun August bisa melihat kemana mereka harus menuju. Sebuah bukit berbatu menjulang tinggi tak jauh dari tempat mereka sekarang. Mereka memutuskan untuk berjalan kesana.
Angin berhembus menerbangkan dedaunan. August yang masih diatas pohon dikibas oleh beberapa ranting. Merasa tidak nyaman, dia melompat kebawah disertai dedaunan yang jatuh bersamanya. Sungguh menawan, ada Bunga Mawar Biru yang terbang melayang diudara. August berpikir kalau bunga itu pasti tidak sengaja ikut jatuh bersamanya saat dia turun. Sekarang Bunga itu menari-nari diudara mengikuti gerakan angin. Kadang bunga itu terbang rendah kadang terbang tinggi. Khan yang terpesona mencoba menangkapnya saat mawar itu ada dijangkauannya.
"Jangan sentuh bunga itu!!!" Hilda berteriak keras.
Teriakan Hilda membuat teman-temannya kaget. Mereka bingung kenapa dia harus berteriak seperti itu.
"Bunga itu tidak terbang karena angin." Hilda memperhatikan bunga itu dengan cemas.
Melihat Hilda yang begitu waspada, Khan dan yang lain ikut memperhatikan pergerakan Bunga itu. Sama seperti sebelumnya bunga itu terbang kesana kemari mengelilingi pohon satu dengan yang lain. Tiba-tiba seekor burung menyambar bunga itu dan membawanya ke sarangnya. Sepertinya burung itu ingin memperbaiki sarangnya dengan bunga itu sebagai bahannya. Burung itu mematuk-matuk bunga itu dan mencoba mencabiknya.
*Wooshh….*
Tiba-tiba anak panah melesat dan menjatuhkan burung itu. Entah dari mana anak panah itu datang tetapi sekarang mereka semua paham kenapa Hilda begitu waspada. Bunga itu mulai melayang lagi dan mengelilingi pepohonan sama seperti sebelumnya namun kali ini tidak ada angin yang membimbingnya. Setelah dipikir sekali lagi kenapa ada Mawar Biru berada di tengah hutan dan bukit berbatu? Mereka bukan ahli botani tapi ada yang janggal pada bunga itu. Kini mereka sadar bahwa pertarungan sudah dimulai saat angin berhembus.
Sepertinya bunga itu mendeteksi sesuatu. Kini bunga itu tidak melayang mengitari pohon namun mengitari Hilda. Hilda diam tidak berbuat apa-apa karena dia takut bunga itu jadi curiga dan anak panah melayang kepadanya. Sayang sekali Khan tidak berpikir sepertinya. Dia menyalakan bola api dan melemparnya pada Hilda. Anak panah tidak akan ada jika bunga itu tidak ada, Itulah pikirnya. Serangan Khan sangat akurat, bunga itu jatuh dan terbakar seketika.
"Bodoh! Apa yang kamu lakukan?!" Hilda kesal dengan tindakan Khan.
"Jika bunga itu menyentuhmu, anak panah akan melayang padamu. Apa kamu tidak sadar bahwa aku telah menyelamatkanmu?" Khan sedikit jengkel dengan sikap Hilda.
"Bukan bunga yang melesatkan anak panah tetapi pemiliknya…." Jawab Hilda.
*Boommm…*
Sebelum Hilda selesai menjawab, terdengar suara ledakan dari langit. Ellen langsung berteriak meminta semua temannya menunduk. Dengan cepat dia mengeluarkan golem tanah dan menjadikannya sebagai atap untuk semuanya. Saat Khan dan Hilda berdebat, Ellen melihat anak panah yang terbang dilangit. Panah itu meledak dan berubah menjadi ratusan anak panah. Mereka beruntung Ellen bisa menyadari serangan itu.
"Berhentilah berdebat!" Ujar Ellen sembari menundukkan kepala teman-temannya.
Seperti manusia raksasa yang merangkak, golem itu melindungi mereka dibawah perutnya. Keputusan Ellen sudah baik untuk melindunginya dari hujan panah. Karena dengan begitu Panah-panah yang berjatuhan kebanyakan mengenai punggung golem tanah itu. Sayang sekali hujan panah bukanlah satu-satunya serangan yang dilancarkan musuh. Golem tanah merangkak memiliki banyak celah di sisi samping, depan atau bahkan belakang. Sepertinya musuh sadar dan melesatkan panah dari balik hutan lurus ke sisi yang terbuka itu. Giliran August yang bersinar, kini dia membuat tembok batu di semua sisi yang terbuka. Kolaborasi Ellen dan August membuat perlindungan yang kuat dari segala sisi.
"Ahh… sekarang gelap." Ujar August.
"Berterimakasihlah karena kegelapan ini melindungimu dari anak panah." Jawab Ellen.
"Biarkan aku menyalakan cahaya." Sahut Khan.
Khan mengalirkan sihirnya ke kedua telapak tangannya. Lingkaran sihir menyala seperti gelang di pergelangan tangannya. Tangan Khan mulai menghangat dan menyala merah menerangi ruangan sempit itu. Memang bukan cahaya besar namun itu cukup untuk penerangan. Baru sesaat mereka merasa lega namun sepertinya musuh tidak memberi kesempatan kepada mereka. Seluruh ruangan mulai bergetar dan mereka tidak tahu kenapa. Mereka mulai merapat untuk mengurangi jarak antara mereka dan sepertinya ruangan itu juga demikian. Golem tanah dan dinding batu mulai menciut dan menjepit mereka didalam.
"Walau aku suka berdekatan dengan wanita tetapi sepertinya kita harus keluar." Ujar August.
"Tapi bagaimana? Ratusan panah mungkin sudah menyambut kita diluar." Sahut Hilda.
"Maaf membuat kalian menunggu." Khan mulai mengeluarkan pedang apinya. "Kalian berdua, bisakah kalian ledakkan golem dan dinding ini ke segala penjuru?" Tanya Khan.
"Hey jangan keluarkan benda panjang dan panas sembarangan." August sedikit menjauh karena takut terbakar.
"Memangnya kenapa? Apa yang ingin kamu lakukan?" Tanya Ellen.
"Huhh… August….. aku tidak menunjukkannya untukmu." Khan menghela nafas panjang. "Aku ingin membabat habis hutan disekitar kita, ledakan batu dan tanah ke segala arah akan sangat membantu." Ujar Khan.
"Lalu apa? Hujan panah masih menjadi masalah kita." Hilda tidak yakin dengan rencana Khan.
"Jika kita beruntung, ledakan akan mengenai mereka. Jika tidak, aku akan memburu mereka. Jika aku terlambat, maka buatlah perlindungan secepatnya." Khan menjelaskan rencananya sekali lagi.
Tidak punya pilihan lain, August dan Ellen bersiap untuk memecahkan sihir mereka. Hilda akan menerbangkan serpihan-serpihan itu ke segala penjuru. Mungkin itu sudah cukup untuk disebut sebagai ledakan. Ambil nafas panjang dan dalam hitungan 1….2…..3…!! Golem dan dinding batu pecah seketika dan tekanan angin yang sangat kuat keluar dari dalam. Kerikil-kerikil dan tanah terlempar kemana-mana mengenai pepohonan, rerumputan dan tanaman merambat yang tiba-tiba ada diatas mereka.
"Oh… jadi itu yang menciutkan ruangan kita." Semuanya memikirkan hal yang sama.
Batang dari tanaman merambat mengelilingi golem tanah Ellen dan dinding August seperti ular yang melilit mangsa. Tanaman itu memiliki batang berduri seperti batang dari bunga mawar. Warnanya hijau dan ukurannya sangat besar. Tampak kuncup bunga berwarna biru di ujung tanaman itu. Saat kuncup itu mekar tampak jelas kepala ular berada didalamnya. Itulah Ular Mawar Raksasa dan tidak salah lagi, mawar yang Khan bakar berasal darinya. Khan telah membakar bunga dari mahluk itu dan bukan hal yang sulit baginya untuk melakukan hal yang sama.
Khan melompat dan berputar bersama pedangnya. Pedangnya terayun mengikuti putaran tubuhnya. Api yang membara membuatnya semakin jelas tentang apa yang dikerjakannya. Khan menjadi pusaran api hidup yang memangsa Ular Mawar Raksasa. Dengan cepat Khan membakar Ular Mawar Raksasa namun itu belum seberapa. Yang dilakukannya hanyalah pemanasan dan tanaman adalah sangat cocok sebagai bahan bakarnya.
"Menunduklah kalian semua!" Seru Khan sembari memasang kuda-kudanya.
RING OF FIRE
Pedang Khan sudah cukup panas dan dengan sekuat tenaga Khan mengayunkan pedangnya ke udara lepas. Ular Mawar Raksasa sudah terbakar dan tidak lagi menjadi ancaman. Dengan Khan yang menjadi pusatnya, Ayunan pedangnya membentuk cincin api yang menerjang seluruh hutan. Yang tidak bertahan akan tumbang, Cincin api itu semakin membesar yang membuat pepohonan sekitar terpotong dan terbakar seketika.
"Huhh… sepertinya Ular Mawar Raksasa adalah bahan bakar yang sempurna." Gumam Khan.
Hutan yang terbakar menimbulkan kekacauan. Seseorang terlihat berlari tunggang langgang dari tempat persembunyianya. Dia keluar dari semak yang terbakar lalu berlari kesana kemari menghindari pohon yang tumbang. Khan dan teman-temannya sadar bahwa dia adalah musuh yang mengintai selama ini. Khan hendak mengejarnya namun posisi orang itu jauh sekali, benar-benar jarak yang cocok untuk penembak jitu. Tidak ingin mengulur waktu, August langsung mengeluarkan golem batu miliknya dan hendak melemparkan Khan. Khan memahami rencana August dan naik ke telapak tangan golem batu itu.
"Menuju tak terbatas dan melampauinya!!" Seru Khan dan August bersama.
Khan melesat ke udara dengan sangat cepat. Dia meluncur tempat ke musuhnya yang sedang berlari. Lemparan August sangat tepat sasaran, Khan mendarat mulus ke punggung musuhnya. Sang musuh jatuh tanpa bisa melawan dan sembari berbaring, dia ditodong pedang di lehernya.
"Jadi katakan, kenapa kamu menyerang kami?" Tanya Khan.
"Kita dalam pertandingan kamu ingat? Tentu saja aku akan mengalahkan musuhku." Jawab sang musuh.
"Ah…. benar juga, kita semua tidak punya dendam namun karena keadaan kita harus saling bertarung." Khan membuat pertandingan itu terdengar buruk.
Sama seperti Khan, Sebenarnya August dan yang lain lupa bahwa mereka ada dalam pertandingan. Namun sesaat setelah melemparkan Khan, August dan yang lain kembali menyadarinya. Kenapa cuma ada satu musuh yang muncul? Bukannya kali ini adalah pertandingan tim? Pertanyaan itu melintas dipikirannya.
"Musuh yang lain masih bersembunyi!" August langsung bersiap siaga. "Hilda naiklah! Bantu Khan disana!" Seru August.
"Baik!" Hilda meluncur ke tempat Khan.
Segera setelah meluncur di udara, Hilda melihat Seseorang tengah menarik busur panahnya dan membidik Khan.
"Khan!!! Dibelakangmu!!" Hilda berteriak diudara.
Dia keluar dari semak-semak yang berada di belakang Khan. Benar-benar pemanah yang berdedikasi, walau dalam kobaran api tapi dia tetap diam dan fokus kepada sasarannya. Mendengar peringatan Hilda, terpaksa Khan harus melepaskan pedangnya dari leher musuh dan menghindari panah yang tertuju padanya. Dia berhasil menghindar namun musuh yang ada dibawahnya juga berhasil kabur. Berkat sihir anginnya, Hilda mendarat dengan lancar di samping Khan. Kini 2 lawan 2, musuh terpampang nyata didepan. Anggap saja ini adalah kemajuan.
"Khan…. Kamu ceroboh sekali…" Seseorang berbisik di semak-semak.
Semua dalam perhitungan musuh. Musuh yang berlarian hanyalah pengalihan karena sang pemanah sudah bersiap membidik di semak-semak. Beruntung bagi Khan karena dia bisa menggagalkan serangan itu namun musuh juga tidak kalah beruntungnya karena mereka punya rencana cadangan. Tanaman merambat tiba-tiba menerjang dan melilit Khan dan Hilda. Mereka berdua terikat bersama oleh tanaman merambat milik musuh. Sebenarnya Khan bisa membakar tanaman itu namun perkiraan musuh masih berada jauh didepan mereka. Yeonhong sudah menyiapkan lingkaran sihir dibawah mereka.
HYDRO CANNON
Air bertekanan tinggi muncul dari tanah dan melemparkan Khan tinggi keudara. Tidak hanya itu, Air itu juga memadamkan pedang Khan yang membuatnya menjadi lemah. Pemandangan diudara memanglah indah apalagi jika terbang bersama wanita. Sayang sekali kedua hal itu tidak bisa dinikmati karena sekarang Khan dan Hilda menjadi sasaran empuk. Sang pemanah menembakkan panahnya karena diudara mereka tidak bisa menghindar dengan mudah. Tidak tanggung-tanggung, anak panah yang melesat tiba-tiba meledak dan bertambah jumlahnya. Kini kemungkinan mereka berdua selamat menjadi minim.
Perisai angin! Perisai Angin! Hilda mengeluarkan perisai angin berkali-kali demi melindungi mereka berdua. Anak panah berhasil diatasi namun tanaman merambat milik musuh terlalu kuat. Mereka berdua tidak bisa menggunakan sihir mereka dengan baik karenanya. Selain itu mereka kehabisan cara untuk mendarat dengan aman. Jatuh bebas memang mengerikan, apalagi mereka terbang sangat tinggi.
"August, makan ini." Ellen memberikan sesuatu kepada August.
"Apa ini?" August bingung.
"Itu obat, untuk menambah kekuatan kita." Jawab Ellen.
"Obat? Obat apa? Bagaimana kamu bisa mendapatkan ini? Jangan bilang ini dari Doctor Sri Farida Doctor." August curiga dengan Ellen.
"Sudahlah kita tidak punya banyak waktu!" Bentak Ellen. "Dengar! Lemparkan aku kearah mereka berdua! Lalu setelah kami mendarat, makanlah obat itu!" Jelas Ellen.
"Lalu apa?" August masih belum mengerti.
"Kita akan memutar balikkan keadaan." Jawab Ellen dengan tersenyum.
Apa yang bisa dilakukan tanah diudara? Tentu saja jatuh. Itulah satu-satunya yang bisa dilakukan. Ellen mengerti kalau dia tidak bisa melakukan banyak hal tapi dia juga tidak bisa membiarkan temannya jatuh bebas begitu saja. Sihir elemen tanah sangat bergantung dengan tanah disekitar mereka tidak seperti api yang bisa independen. Udara ada dimana-mana yang sedikit membantu pembakaran dari sihir yang dilakukan. Air juga ada dimana-mana yang dapat membantu penggunaan sihir air. Tapi tanah ada dibawah dan sekarang mereka ada diudara. Tidak ada yang membantu Ellen saat ini oleh karena itu dia memakan obatnya.
Lengan Ellen bersinar, Telapak tangannya mengeluarkan lingkaran sihir yang sangat besar. Cukup besar sehingga membuat musuh waspada dan menembaknya. Tapi lingkaran sihir Ellen cukup kuat untuk menerima serangan itu, panah-panah yang datang terpental begitu saja seperti mengenai perisai. Namun menahan serangan bukanlah alasan mengapa Ellen meluncur keudara. Dia ingin menangkap Hilda dan Khan, dia ingin menyelamatkan teman-temannya dan yang paling utama dia ingin membalikkan keadaan. Dari lingkaran sihir Ellen, keluarlah golem tanah yang sangat besar. Golem tanah sempurna yang berbeda dengan sebelumnya.
"Sepertinya obat itu manjur, dia membuat golem tanah dari hampa udara." August kagum dengan Ellen.
Tidak bisa bermanuver bukanlah masalah bagi Ellen. Dengan golem tanah yang besar, dia punya jangkauan yang sangat luas. Dengan lengan yang panjang, golem tanah Ellen bisa menangkap Hilda dan Khan. Segera setelah menangkap mereka, golem tanah itu merangkul mereka semua dan meringkuk. Ibarat bola tanah besar, mereka mendarat dan menggelinding di tanah. Penyelamatan sukses dan pendaratan berjalan dengan mulus. Sekarang kelompok musuh berada diantara August dan Ellen. Saatnya membalikkan keadaan!
August memakan obat milik Ellen dan segera melakukan persiapan. Mereka menyentuh tanah bersamaan dan golem mereka mengikuti apa yang mereka lakukan. Keduanya mengeluarkan lingkaran sihir yang semakin lama semakin membesar. Ketika dua lingkaran itu bertrubrukan, lingkaran itu menyatu dan semakin bersinar terang. Lingkaran sihir Ellen dan August sangat besar, musuh tidak bisa lari dan hanya bisa bersiaga. Dua dari mereka mengawasi August sementara sisanya mengawasi Ellen.
LIQUEFACTION
Tanah bergejolak dan kehilangan kekuatannya. Tanah yang dipijaki musuh tiba-tiba turun dan menjebak mereka semua. Tidak hanya itu dari arah August dan Ellen datang gelombang yang sangat besar. Itulah Likuifaksi, tanah menjadi lemah dan menjadi cair. Tanah cair itu bergerak seperti gelombang dilaut dan kini siap melahap musuh-musuh yang terperangkap didalamnya. Inilah yang dimaksud Ellen membalikkan keadaan. Ellen berusaha membalikkan tanah yang dipijak musuh. Hasil pertarungan kali ini, kemenangan diraih Ellen dan August.
"Khan, kenapa kamu diam saja dari tadi?" Tanya August sembari mengikat musuh.
"Sebenarnya apa kita perlu bertarung? Bukannya lebih mudah jika mencari petunjuk bersama?" Khan sedang bingung.
"Walaupun mencari bersama, hanya ada 4 kelompok yang akan lolos. Cepat atau lambat semua kelompok akan bertarung untuk berebut kemenangan." Sahut musuh.
"Benar! Benar sekali!" Ellen setuju dengan pernyataan itu. "Siapa namamu?" Tanya Ellen.
"Jerry… namaku Jerry." Jawab Jerry.
"Lebih dari itu, kenapa kamu tidak memberi kami makan? Kami juga lapar." Sahut Yeonhong.
"Maaf Yeonhong….. seperti kata Jerry, kita adalah musuh sekarang." Jawab Khan.
"Ahh…. Jahat sekali." Yeonhong cemberut.
"Kalian adalah tahanan, jangan banyak minta." Ellen mencoba mengancam kelompok musuh.
"Tenang saja, kalian akan kami bebaskan saat fajar." Jawab Khan.
"Benarkah?" Jerry mendapatkan harapan.
"Benarkah?" Ellen mendapatkan kebingungan.
Setelah kalah, kelompok Khan menginterogasi kelompok Jerry namun sayang tidak ada yang bisa mereka dapat. Sama seperti Kelompok Khan, Kelompok Jerry juga sama bingungnya dengan peta yang mereka dapat. Akhirnya kelompok Khan memutuskan untuk meninggalkan kelompok Jerry. Mereka tidak bisa tidur dengan nyenyak jika berada didekat musuh dan juga mereka tidak bisa melepaskan musuh begitu saja. Oleh karena itu Golem August dan Golem Ellen akan tinggal untuk menjaga musuh sementara kelompok Khan pergi. Dan Setelah cukup jauh, Golem-golem itu akan runtuh sendirinya.
"Ini minum untukmu." Khan menuangkan air ke mulut Yeonhong.
"Ingat kemurahan hati ini baik-baik! Tahanlah lapar kalian sampai esok pagi!" Seru Ellen.
"Selamat tinggal kalian semua!" Khan dan teman-temannya pergi melanjutkan perjalanan.