Bangun kesiangan, Lapis dan teman-temannya terlambat mengikuti upacara pembukaan Mana Spirit. Mereka semua langsung bersiap-siap dengan terburu-buru dan berlari pergi meninggalkan penginapan. Selain kesiangan mereka juga tidak tahu arah menuju ke danau tempat Mana Spirit dimulai. Mereka berlari tanpa arah dan menanyakan jalan kepada siapapun yang mereka. Ternyata tempat upacara pembukaan berada dekat dengan penginapan mereka. Mereka tidak menyadarinya karena harus memutari bukit yang menutupinya. Untungnya mereka hanya melewatkan upacara pembukaan dan bukan perlombaan itu sendiri. Walau begitu mereka mendapatkan hukuman yaitu jeda beberapa menit sebelum bisa memulai.
Sebenarnya mereka sudah datang ke kota Rottenburg sehari sebelum Mana Spirit dimulai. Ini adalah pengalaman pertama mereka disana jadi mereka sangat antusias. Mereka yang sudah lama hidup liar di hutan terlena dengan gemerlapnya kota seperti ngengat yang melihat cahaya. Mereka berjalan-jalan menikmati indahnya malam hari di kota tanpa mempersiapkan jalan untuk esok hari. Selain itu sepertinya sudah menjadi kebiasaan bagi mereka untuk dibangunkan oleh Io dipagi hari mengingat mereka selalu latihan seharian. Semua itu menjadi penyebab Lapis dan teman-temannya bangun kesiangan dan kebingungan mencari jalan.
Mana Spirit babak pertama dimulai! Peluit dibunyikan, semua peserta mulai berenang. Triathlon adalah perlombaan daya tahan dan kecepatan. Dan dengan sistem seperti itu, mendapatkan pinalti berupa penundaan start adalah hal yang sangat buruk. Namun nyatanya hal itu tidaklah terlalu berpengaruh untuk perlombaan mana spirit. Kebanyakan peserta memulai lomba dengan berenang namun sebagian kecil dari mereka memulai lomba dengan berlari. Benar, pemilik sihir elemen air dapat berjalan diatas air sama seperti berjalan di daratan. Perlombaan Mana Spirit adalah tentang kemampuan mengatasi semua rintangan, jadi seseorang bisa jadi diuntungkan di satu sisi namun sangat dirugikan di sisi lain. Yang jelas Lapis dan teman-temannya harus semangat. Semangat Lapis!
Tiba-tiba tanpa peringatan, muncul gelombang besar yang menghantam Lapis dan peserta yang lain. Beberapa dari mereka masih bisa bertahan dari gelombang itu tapi tidak sedikit juga yang tenggelam dan harus bangkit mengatur nafas lagi. Tidak hanya itu, ada pula cumi-cumi yang mengganggu pengelihatan mereka. Khan yang terombang-ambing berhenti sejenak untuk memperhatikan keadaan. Dia merasa kalau dia menabrak seseorang tapi tidak tahu siapa.
"Teman-teman! Apa kalian baik-baik saja?" Khan berteriak ditengah danau.
"Khan… kepalamu keras sekali." Ujar August.
"Maaf…. Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Khan.
"Aku baik-baik saja, bagaimana dengan yang lain?" Ucap August sembari mengusap kepalanya.
"Kami baik-baik saja!" Ujar Lapis yang tiba-tiba muncul ke permukaan.
"Lapis, siapa yang kamu bawa itu?" Tanya Khan.
"Entahlah, dia menghantamku dengan keras dan tenggelam." Jawab Lapis.
"Sepertinya banyak orang yang keras kepala di sekitarku." Gumam August.
"Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Lapis setelah menjentik kepala August.
"Iya aku tidak apa, Terimakasih telah menyelamatkanku." Ujar Hilda
"Kamu dari depan kan? Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Khan.
Hilda sadar bahwa Lapis dan yang lain adalah orang yang terkena skors jadi dia bisa memahami ketidak tahuan mereka. Hilda menjelaskan bahwa setelah jauh dari tepian, para peserta mulai menggila. Para peserta yang memiliki elemen air berpikir untuk mengurangi jumlah pesaing. Mereka mulai menggunakan cara licik yaitu membuat pusaran air atau gelombang besar. Namun tidak semuanya berpikir dengan cara itu. Ada seorang peserta yang masih ingin berlomba dengan cara yang sportif. Dia adalah Gameciel, dia mampu menandingi para peserta licik seorang diri dengan kemampuanya.
"Bersegeralah kalian melewatinya sebelum dia kalah dan tidak ada yang bisa melindungi kalian." Ujar Hilda.
"Kami mengerti, tetapi bagaimana denganmu?" Tanya Lapis.
"Temanku memiliki sihir air, walau tidak kuat tetapi kami bisa mengatasi ini dengan mudah. Aku akan menyusulnya terlebih dahulu." Jawab Hilda.
"Baiklah, hati-hati." Jawab Lapis.
Situasi mulai memanas, Lapis dan yang lainnya berkumpul dan melakukan apa yang sudah mereka pelajari selama ini. Lapis dan teman-temannya berenang dengan formasi yang berbentuk V. Terinspirasi dari burung-burung yang terbang melintasi benua, Formasi itu terbukti efektif mengurangi rasa letih mereka. Lapis berada di depan menjadi ujung tombak yang memecah arus. Selain itu Yeonhong yang berada dibelakangnya juga membantu Lapis dengan menggunakan sihirnya. Air disekitar mereka menjadi ringan dan tenang. Mereka merasa bahwa mereka sedang didorong oleh danau itu sendiri.
Benar kata Hilda, Gameciel terlihat sedang bertarung dengan peserta lain. Walau mereka fokus berenang namun mereka bisa menyadari ada pertarungan di dekat mereka. Lebih dari teman-temannya, Yeonhong lah yang paling menyadari akan pertarungan itu. Sebagai pemilik elemen air, dia memiliki kedekatan tersendiri dengan air. Baginya dia sedang duduk menyaksikan pertarungan Gameciel dengan peserta lain. Sekitar dua puluh peserta melawan Gameciel yang seorang diri. Dia merasa takjub dengan Gameciel yang sama sekali tidak takut tertinggal oleh peserta lain hanya untuk meneguhkan prinsipnya.
Yeonhong berhenti sejenak lalu meninggalkan barisan dan berenang menuju Gameciel. Dia merasa berhutang padanya jadi dia datang untuk membantunya. Atau setidaknya itulah yang dia pikirkan. Dengan bantuan penyu air mahluk panggilannya, Gameciel menghentikan ombak dan pusaran air sendirian. Dia sama sekali tidak terlihat butuh bantuan. Namun karena sudah datang, Yeonhong tidak bisa kembali sebelum berbuat apapun. Di saat-saat musuh mulai kelelahan, Yeonhong seakan meledakkan perairan disekitar musuh. Hal itu menghempaskan peserta-peserta licik itu jauh ke titik awal. Mereka tidak akan datang kembali dalam waktu dekat.
"Apa tidak apa-apa? kamu sudah tertinggal cukup jauh dengan yang lain." Ujar Gameciel.
"Kamu juga tertinggal oleh peserta lain." Jawab Yeonhong.
"Tenang saja…. dengan bantuan mahluk panggilanku ini, aku masih bisa menyusul mereka." Gameciel membusungkan dadanya tanpa percaya diri.
"Ohh… kukira kamu menentang orang-orang yang tidak berenang." Yeonhong sedikit terkejut.
"Dia berpikir seperti itu namun dia masih mau membantuku? Sepertinya dia cukup percaya diri dengan kemampuannya." Gumam Gameciel dalam hati. "Aku tidak menentang penggunaan kekuatan. Yang kutentang adalah mengganggu peserta lain." Jelasnya.
"Berarti kita sama." Sahut Yeonhong.
"Baiklah kalau begitu, ayo kita bertanding!" Gameciel menjadi bersemangat.
Gameciel mempunyai sihir untuk memanggil mahluk elementalnya yang berupa penyu. Terdengar asing? Sebenarnya hal yang menyerupai itu adalah golem milik August. Golem adalah jenis mahluk elemental yang berupa tumpukan batu dan untuk Gameciel adalah mahluk elemental yang menyerupai penyu. Crush adalah namanya dan dia sangatlah besar. Bentuk tempurungnya seperti penyu namun dia memiliki tangan dan kaki sebagai ganti dari siripnya. Siripnya seakan berpindah sedikit keatas tepat disamping tempurungnya yang dia gunakan untuk berenang. Terlihat sedikit aneh namun Crush berenang dengan cepat meninggalkan Yeonhong dibelakang.
Yeonhong sama sekali tidak gentar. Tidak berarada dalam formasi membuatnya bebas dan bisa mengeluarkan seluruh kemampuannya. Lupakan semua teknik-teknik dalam berenang karena Yeonhong punya cara sendiri. Dia masuk kedalam air dan memegang kedua kakinya. Seketika muncul beberapa lingkaran sihir seperti cincin yang melingkari kakinya. Setelah itu Yeonhong meluruskan kakinya kebelakang dan memulai aksinya. Lingkaran sihir itu berputar dengan cepat dan meluncurkannya seperti tombak. Crush memang cepat namun Yeonhong tidak kalah cepat. Gameciel yang berada didepan merasa bahwa dia sedang diburu nelayan. Dia merasa Yeonhong adalah tombak air yang datang memburunya.
"Aaah… aku kalah." Ujar Yeonhong.
"Hahaha…. Tidak apa, Mungkin lain kali kita harus bertanding ulang." Gameciel cukup puas dengan perlombaannya.
"Mungkin lain kali kamu harus berusaha untuk tidak meninggalkan temanmu." Lapis menyela pembicaraan mereka.
"Lapis…" Yeonhong baru sadar apa yang telah dia lakukan.
"Siapa dia?" Bisik Gameciel kepada Yeonhong.
"Maafkan aku Lapis!" Yeonhong menundukkan kepalanya.
"Hey jangan marah seperti itu! dia mencoba membantuku." Gameciel mencoba membela Yeonhong.
"Aku berterimakasih padamu karena membantu peserta lain tapi meninggalkan formasi tetap memiliki konsekuensi." Jawab Lapis. "Kemarilah Yeonhong! Kita sudah tidak punya banyak waktu." Lapis langsung memalingkan badannya dan berjalan menuju kandang kuda.
"Baik." Yeonhong langsung pergi mengikuti Lapis.
"Dia wanita yang galak." Gumam Gameciel sembari melihat mereka berdua yang semakin menjauh.
"Pandangan itu…. Aku ingin dia memarahiku." Sahut seseorang yang berada disamping Gameciel,
"Huh? Apa??" Gameciel tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
"Tidak…. Bukan apa-apa." Jawab Orang itu.
"Temujin! Aku sempat takut jika ada orang lain yang memiliki kelainan sepertimu." Gameciel bersyukur karena yang disampingnya adalah temannya.
"Berisik! Ayo berangkat! Aku tidak akan menunggumu lebih lama lagi." Temujin memberikan salah satu kuda yang dia bawa.
"Terimakasih." Jawab Gameciel dengan tersenyum.
Seperti yang diharapkan pada Mana Spirit, pertandingan tidak poernah santai dan selalu menegangkan. Para peserta semakin menggila saat di padang rumput. Magus angin menerbangkan dedaunan dan debu-debu untuk menghalangi pandangan peserta lain. Selain itu Magus tanah juga berbuat semau mereka dengan padang rumput itu. Batu besar yang tiba-tiba muncul ditengah jalan atau lumpur hisap yang memperlambat laju kuda. Walaupun terlihat berat, namun rintangan-rintangan tersebut masih belum apa-apa. Menaiki kuda membuat ego para peserta sedikit naik. Mereka berpikir kalau mereka adalah kavaleri dan malah bertarung satu sama lain.
Bagaimana sebuah balapan bisa menjadi sekacau ini? Kenapa raja membiarkan hal semacam ini bisa terjadi? Bisa dibilang hal itu adalah sebuah percobaan. Sebuah percobaan untuk melihat seberapa besar ego dari remaja yang baru mendapatkan sihir. Dan juga Raja ingin tahu bagaimana cara mendidik mereka agar mereka bisa lebih mengendalikan diri. Sekarang dengan melihat bagaimana para peserta bertindak, berarti Raja harus memikirkan pendidikan yang lebih baik lagi.
Ada sedikit rasa penasaran yang jarang dipikirkan orang-orang. Jika kuda menginjak batu apakah dia merasa sakit seperti manusia menginjak kerikil? Apa kuku kakinya dan tapal kuda cukup untuk kuat melindunginya? Karena jika iya maka Khan dan yang lain bisa menjadi sedikit lega karena jalan yang mereka lalui dihujani oleh banyak sekali kerikil bulat seperti kelereng. Beberapa peserta didepannya banyak yang terpeleset dan berjatuhan. Peserta dibelakang yang mencoba melompat atau menghindar juga ikut tergelincir dan jatuh. Cara sederhana namun cukup ampuh untuk menghalau peserta lain. Beruntung August bisa mengatasi kerikil-kerikil itu dengan mudah dan membuat kaki-kaki kudanya tidak sakit.
Perjalanan cukup lancar bagi Khan namun tidak Bagi Lapis. Yeonhong meninggalkan barisan dan dia ditinggal oleh Khan dan yang lain. Balapan adalah balapan, menunggu seseorang adalah hal yang naif untuk dilakukan. Awalnya terjadi perdebatan diantara mereka dan hasilnya Lapis yang menunggu Yeonhong sementara yang lain berangkat duluan. Yeonhong sedikit sedih mengetahui dia ditinggalkan namun dia juga sadar kalau dia memang salah. Sekarang mereka menjadi dua kelompok berbeda yang melalui jalan yang berbeda. Padang rumput berubah menjadi medan pertempuran jadi Khan dan banyak peserta lain lebih memilih melalui jalan aman yaitu dengan memutar dan melewati perbukitan.
Di sisi lain, Yeonhong dan Lapis yang tidak memiliki banyak waktu lagi langsung menembus Medan pertempuran. Pertempuran yang terjadi tidaklah berjalan di satu tempat melainkan bergerak berlarian kesana kemari. Awalnya pertempuran hanya berjalan oleh beberapa peserta yang saling memanah (kemungkinan Magus angin) namun perlahan berubah menjadi peperangan para golem atau mahluk elemental lainnya. Memang tidak banyak yang bisa menguasai sihir seperti itu namun dengan banyaknya jumlah peserta yang ikut berperang jadi ada cukup banyak golem yang bertarung.
Ada puluhan burung yang terbang mengelilingi medan pertempuran dan juga ada beberapa golem yang berjalan menghalang. Jika diperhatikan sekali lagi golem-golem tanah yang menyerang itu memiliki bentuk yang sama demikian pula dengan burung-burung yang berterbangan. Selain itu dengan identiknya pemikiran mereka untuk bertarung maka Lapis menarik kesimpulan bahwa mereka semua berasal dari daerah yang sama. Yeonhong sebenarnya ragu untuk melewati medan pertempuran itu namun Lapis tetap maju tak gentar.
Seperti yang diharapkan, sebuah golem tanah langsung berjalan mendekati dan hendak menahan mereka berdua. Sayang sekali tanah terlalu lunak bagi Lapis. Lapis melompat dari kudanya dan seketika itu juga golem itu terpotong kecil-kecil akibat dari tebasannya. Dengan sekejap Lapis mengalahkan golem itu dan dengan santainya dia mendarat di kudanya melanjutkan perjalanan. Hancurnya sebuah golem membuat Lapis menjadi pusat perhatian. Selagi Lapis melewati padang rumput, peserta-peserta lain mulai mengikutinya. Mungkin tidak apa kalau hanya peserta yang mengikuti namun golem tanah dan burung-burung elemental juga mengikutinya. Semua bersiap untuk menyerangnya.
Lapis sepertinya salah langkah. Mungkin dia bisa mengalahakan satu dua golem namun tidak dengan para peserta lainnya atau bahkan burung-burung elemental yang terbang diatasnya. Lapis yang sekuat itu masih kerepotan apalagi Yeonhong yang tidak bisa berbuat apa-apa. Kemampuan Yeonhong sangat tidak cocok untuk digunakan dalam pertempuran apalagi di daratan. Kali ini dia hanya bisa memperingatkan Lapis dari mana-mana saja serangan akan datang sembari terus membuntutinya. Tetapi mulut Yeonhong hanya satu sedangkan serangan musuh ada seribu, suara Yeonhong malah membuat Lapis menjadi bingung dan rentan.
"Maaf Lapis, aku tidak bisa berbuat apa-apa." Gumam Yeonhong yang mulai melambat.
"Jangan menyerah!!" Lapis seakan bisa tahu isi hati Yeonhong. "Aku sudah lama menunggumu, jangan buat penantianku sia-sia!" Seru Lapis.
"Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa disini." Sedih dan merasa bersalah, Yeonhong menjadi putus asa.
"Ada!! Ada satu yang bisa kamu lakukan." Mata Lapis masih memancarkan semangat. "Bola air, pilar air, atau yang lain. Keluarkan seluruh sihirmu ke langit! buatlah hujan dengannya!" Seru Lapis.
Yeonhong tidak tahu rencana Lapis tapi dia tetap melakukannya. Dia tidak bisa mengalahkan musuh karena musuh terlalu banyak jumlahnya. Ataupun berniat untuk melarikan diri karena Lapis bisa menebaknya. Dia tidak punya pilihan lain selain percaya padanya. Dengan seluruh kemampuannya dia mengangkat tangannya mengeluarkan lingkaran sihir yang sangat besar di atas telapak tangannya. Butiran-burtiran air keluar dari lingkaran sihir itu dan bersatu membuat bola air yang sangat besar. Seakan merasakan niatnya, butiran-butiran air di udara sekitar juga ikut menjadi satu dengan bola air Yeonhong. Dengan sekuat tenaga dia melemparkan bola air raksasa itu ke langit dan meledakkannya di udara seketika membuat hujan.
"Menarilah! Espada Ropera! Ukirlah rasi bintang yang melintasi langit!" Lapis mengangkat tinggi pedangnya ke langit. "Datanglah! Cahaya kemenanganku!" Lapis berteriak keras menyerukan sihirnya.
Tiba-tiba pedang Lapis mulai bercahaya dengan sangat terang. Sangat terang sehingga membutakan siapapun yang melihatnya. Para peserta yang mengikutinya terdiam sejenak untuk karenanya. Setelah cahaya mulai redup, para peserta perlahan mulai membuka matanya. Alangkah terkejutnya mereka menyadari apa yang mereka lihat. Sekarang mereka sadar apa yang baru saja dilakukan oleh Lapis dan Yeonnhong. Rintik air yang berjatuhan dari udara membuat pantulan cahaya dimana-mana. Kini terdapat ratusan bayangan Lapis dan Yeonhong dimana-mana. Semuanya berlarian kesana kemari dan peserta lain tidak tahu mana yang asli. Sekarang mereka terjebak oleh ego mereka dan mengejar bayangan-bayangan Lapis.
Perjalanan melewati padang rumput kurang lebih memakan waktu satu jam dan jika melewati bukit maka akan memakan waktu lebih dari itu. Namun sekarang Lapis dan Khan bertemu kembali di jalan yang sama. Kedua kelompok akhirnya bisa bersatu kembali dan melanjutkan sisa perjalanan. Seperti Lapis yang berjuang keras pada padang rumput begitu juga dengan August. August terus-terusan memperbaiki tanah berkerikil yang dia lalui. Perlombaan kuda selesai, kini mereka bersiap untuk Marathon. Balapan terakhir yang menentukan mereka lolos atau tidak.
"Apa yang terjadi pada kalian?" Tanya Lapis.
"August kehabisan mana karena menggunakannya terus-terusan." Jawab Bethony.
"Sama seperti Yeonhong, dia juga kehabisan mana karena menggunakan sihir besar." Sahut Lapis. "Lalu kenapa dengan Khan?" Lapis menunjuk kearah Khan.
"Sebelumnya dia melakukan Hospital Flip." Jawab Bethony.
"Kenapa dinamakan Hospital Flip?" Menurut Lapis nama itu meningkatkan rasa penasaran.
"Dia melakukan Back Flip di udara….. bersama kudanya." Bethony sedikit bingung bagaimana menjelaskannya.
"Bagaimana dia melakukannya?" Lapis masih bingung.
"Dia melaju terlalu cepat dan mengambil jalan yang salah. Saat ingin kembali dia harus melompat melewati jurang dan dia melakukannya." Jelas Bethony.
Keadaan Khan, Yeonhong dan August sedikit kacau membuat kemampuan mereka berkurang. Jadi kali ini tidak ada formasi khusus dan yang bisa mereka semua lakukan hanyalah maju. Karena tidak ada strategi, kali ini mereka hanya mengandalkan kekuatan mereka masing-masing. Tanpa menghabiskan waktu semua peserta berlari dengan cepat. Mereka semua ingin menghabiskan seluruh tenaga mereka pada lari ini. Lapis dan teman-temannya juga berpikir demikian. Mereka lari dengan segenap hati dan tenaga mereka. Khan berlari dengan cepat mendahului teman-temannya. Tapi Leo dan Bethony juga tidak mau kalah, mereka berdua juga berlari menyusul Khan.
Tidak disangka, Khan bertemu dengan Hilda dan temannya Ellen. Kali ini tidak ada sihir yang akan mengganggu mereka jadi Khan merasa percaya diri untuk balapan. Walau sedikit terluka namun tenaganya masih tersimpan banyak karena strategi dan formasi yang dilakukannya sebelumnya jadi dia merasa lebih superior. Dia langsung mendahului Hilda dan Ellen tanpa memikirkan ritme pernafasannya. Hilda dan Ellen menganggap itu sebagai tantangan.
Sayang sekali bagi Khan, dia salah memilih lawan. Dalam lomba lari ini Magus elemen udara adalah yang paling superior. Kebanyakan dari mereka bisa meringankan kaki-kakinya dan membuat mereka berlari lebih cepat. Hilda berhenti dan memegang telapak kakinya. Dia merapalkan sihir dan cahaya hijau mulai mengalir di sekitar kakinya tersebut. Tidak hanya dia, Temannya Ellen pun juga dia berikan sihirnya tersebut. Satu…. Dua….. Tiga! Hilda dan Ellen berlari mendahului Khan dengan mudahnya.
"Haii Khan!" Sapa Hilda.
"Kamu tiba-tiba mempercepat larimu, apa kamu tidak apa-apa?" Tanya Ellen.
"Tidak apa, aku masih kuat." Jawab Khan dengan nafas yang mulai tidak teratur.
"Ngomong-ngomong soal kuat, Temanmu….. siapa namanya?" Hida mencoba mengingat-ingat. "Ohh! Yeonhong dan August, mereka berdua terjatuh." Tambahnya.
"Jangan konyol mana kita peduli soal itu. Itu urusan mereka! kita sudah berada diujung babak pertama." Sahut Ellen.
Tidak seperti kata Ellen, Khan terkejut mendengar ucapan Hilda. Sebelum Ellen menyelesaikan ucapannya, Khan langsung berbalik berputar arah. Dia berlari dengan sangat sekuat tenag kembali kepada Yeonhong dan August. Mereka terjatuh sekitar 150 meter dibelakang Khan. Mereka berdua terjatuh karena pada perlombaan sebelumnya mereka tidak hanya menggunakan tenaga mereka tapi juga mana mereka. Jadi mereka merasa kelelahan lebih dari temannya yang lain.
"Sudah kubilang bukan? Mereka orang-orang yang baik." Ujar Hilda.
"Tidak kusangka masih ada orang seperti mereka." Ellen sedikit kagum dengan Khan.
"Benar sekali, mengingat sekolah kita benar-benar membuat kekacauan saat berenang maupun saat berkuda. Melihat orang seperti mereka seakan melihat mimpi." Hilda merasa malu saat membandingkan teman sekolahnya dengan Khan.
Bethony dan Leo kaget saat Khan tiba-tiba berputar arah. Bethony hendak ikut berbalik arah namun Leo menghentikannya. Leo meminta Bethony untuk melanjutkan larinya sementara Leo akan berbalik mengikuti Khan. Awalnya Bethony tidak setuju dengan rencana itu namun Leo bersikeras untuk melakukannya. Leo cukup keras kepala akan niatnya itu karena dia masih punya harapan. Dia masih memiliki satu trik yang dia sembunyikan.
"Hey Hilda, aku tidak tahu kalau sihir seperti itu bisa di berikan kepada orang lain." Bethony menyusul Hilda dengan meringankan kakinya.
"Kenapa kamu berpikir seperti itu? bisa jadi ini adalah sihirku sendiri." Sahut Ellen.
"Sekilas tadi aku melihat Hilda menyentuh kakimu jadi aku berpikir demikian. Dan entah kenapa aku merasa kamu bukan Magus angin." Bethony juga sedikit bingung dengan perasaannya itu.
"Kalian telah menyelamatkanu, mungkin lain kali aku akan mengajarkanmu cara melakukannya." Jawab Hilda.
Disisi lain, Khan sampai ditempat Yeonhong dan August. Disana juga ada Lapis yang berhenti menemani mereka berdua. Khan langsung membangkitkan mereka berdua. Sebenarnya Khan tidak tahu bagaimana aturan yang berlaku tetapi dia berpiki kalau menggendong mereka adalah hal yang dilarang. Lagipula Khan tidak cukup kuat untuk menggendong mereka berdua jadi dia hanya bisa menyemangati mereka.
"Dasar payah teriakanmu tidak akan memberi mereka energi." Leo datang dengan penuh percaya diri. "Biar aku yang melakukannya." Tambahnya.
"Apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Khan.
"Sudah diam saja!" Jawab Leo. "Lapis tolong majulah dan menangkan pertandingan ini. Biarkan aku yang mengurus mereka." Pintanya.
"Baik." Lapis tergerak dengan kepercayaan diri milik Leo.
Lapis adalah Magus elemen cahaya yang sangat jarang untuk ditemui. Elemen cahaya adalah elemen yang masih belum banyak dipelajari namun ada banyak kekuatan yang dia miliki karenanya. Satu kemampuan special yang membuatnya bisa menang dengan seketika yaitu kecepatan yang luar biasa. Lapis mulai berjalan lalu mempercepat langkahnya. Dia mulai mengangkat kakinya lebih tinggi lagi dan mulai berlari. Perlahan namun pasti dia mulai mempercepat langkahnya. Tanpa disadari, Lapis sudah berada di cakrawala. Lapis berlari lebih cepat dari siapapun yang ada disana.
Sementara itu Leo langsung mengeluarkan jam sakunya. Entah bagaimana dan dimana dia menyembunyikannya yang jelas sekarang ada jam saku ditangannya. Mungkin semua itu karena dia adalah seorang pesulap jadi tidak ada yang tau keberadaan jam itu. Lalu Leo melakukan apa yang biasa pesulap lakukan. Mengayunkan Jam saku seperti pendulum, Leo menghipnotis Khan, Yeonhong, dan August. Segera setelah Leo selesai mereka bertiga langsung bangkit. Dengan mata yang seakan mati, Mereka bertiga langsung berlari sekuat tenaga. Larilah dan raih kemenangan! Satu perintah sederhana yang Leo berikan membuat banyak perubahan. Sedikit licik namun momen penting ini tidak bisa dilewatkan.
Leo adalah Magus angin jadi dia kurang lebih bisa menggunakan langkah ringan seperti peserta lainnya. Mereka berempat langsung berlari sekuat tenaga seakan lomba marathon baru saja dimulai. Walau begitu masih banyak yang harus mereka lakukan. Mereka berempat berhenti beberapa saat jadi mereka tertinggal cukup jauh dan banyak didahului oleh peserta lain. Tapi cahaya harapan mulai muncul. Selain mendahului peserta lain, mereka berempat berhasil mendahului Ellen.
"Kami pasti berada posisi yang menguntungkan." Pikir Leo.
Tidak terima Ellen juga mulai berlari lebih cepat lagi. Kali ini Leo dan Ellen yang bertanding. Sementara Khan, August dan Yeonhong masih bisa berlari lebih cepat lagi akibat efek hipnotis. Lalu Leo menyadari sesuatu yang penting.
"Hey kemana Hilda?" Tanya Leo.
"Jangan pikirkan dia, pikirkan saja pertandingan kita." Jawab Ellen.
"Kenapa aku harus memikirkanmu? Tidak terimakasih, aku lebih memilih Hilda daripada kamu." Sahut Leo.
"Padahal Hilda jauh didepan dan kamu bahkan tidak bisa mendahuluinya. Jangan pikir Hilda akan mau denganmu." Ellen mencoba memprovokasi Leo.
"Jauh didepan? Maksutmu kamu tertinggal?! Sialan berarti aku harus cepat lagi!" Leo terkejut dengan pernyataan Ellen.
"Tunggu! jangan harap kamu bisa mendahuluiku begitu saja!" Seru Ellen yang mempercepat larinya.
"Tidak mau! aku tidak akan menunggu!" Leo yang berlari lebih cepat lagi.
Sihir milik Hilda hanya berlaku sementara kepada Ellen jadi dia mulai melambat dan tertinggal. Sekarang Ellen dan Leo berlari dengan cepat saling bertanding satu sama lain. Tidak hanya itu mereka berdua juga bertengkar sepanjang jalan. Awalnya Leo berpikir kalau Ellen berada diposisi tengah namun dia salah. Ellen berada diposisi akhir, jadi jika berada dekat dengan Ellen, ada kemungkinan Leo tidak akan lolos babak pertama.
"Tidaaakkk jangan dekati aku!!!!" Seru Leo.
"Jangan lari kamu! diamlah dan biarkan aku menydahuluimu!" Seru Ellen.
Suara sorakan mulai terdengar, warga yang menonton balapan juga semakin ramai. Mereka berdua tahu betul apa maksud dari semua itu. Semua hal itu mengisyaratkan kalau mereka berdua semakin dekat dengan garis finish. Mereka berdua semakin panik dan langsung mempercepat langkah mereka. Mereka berlari sekuat tenaga sampai titik darah penghabisan. Semangat Leo yang tidak ingin gagal dalam babak pertama dan juga semangat Ellen yang tidak ingin kalah dengan Leo seakan diadu.
Sorak penonton pecah, mereka berdua berhasil melewati garis finish. Panitia langsung mendatangi mereka dan mengucapkan selamat. Leo berhasil sampai di urutan 98 dan Ellen sampai di urutan 99. Leo merasa puas, dia merasa berhasil mengalahkan Ellen. Tapi Ellen masih tidak terima. Ellen tidak terima kalah dengan Leo. Walau pertandingan sudah berakhir mereka berdua masih bertengkar di garis Finish. Karena mengganggu Bethony dan Hilda memisahkan teman mereka masing-masing. Lalu Bethony mengajak Leo ke tempat lain.
"Bagaimana dengan yang kalian semua?" Tanya Leo.
"Kita semua berhasil. Lapis pada urutan 34, Aku pada urutan 51 lalu Khan, August dan Yeonhong pada urutan 78,79,80." Jawab Bethony.
"Syukurlah lalu bagaimana keadaan mereka?" Tanya Leo.
"Lapis sedang merawat mereka bertiga." Jawab Bethony
Sesampainya disana Bethony langsung menjelaskan keadaan mereka kepada Leo. Dia menjelaskan bahwa setelah sampai di garis finish mereka bertiga langsung lemas dan tidak bisa bergerak. Akhirnya Bethony dan Lapis membawa dan menyandarkan mereka di sebuah pohon. Yeonhong, Khan, dan August ketiganya tertidur disana.
"Selamat kalian semua!" Tiba-tiba Gany datang menyambut mereka semua.
"Gany darimana saja kamu?" Tanya Bethony.
"Panitia memintaku mengamati medan untuk babak kedua." Jawab Gany. "Ikutlah denganku, aku akan mengantarkan kalian ke penginapan." Tambahnya.
Gany menggendong Khan yang pingsan dan membawa mereka semua ke penginapan. Disana sudah ada Io yang menyiapkan kamar mereka. Sama seperti sebelumnya penginapan itu adalah fasilitas yang disediakan kepala sekolah Tetra. Selama ini Gany dan Io diminta untuk pergi memeriksa keadaan yang akan digunakan untuk babak kedua. Setelah selesai meyusuri hutan Io dan Gany mendengar kabar kalau Lapis dan yang lain terlambat datang ke upacara jadi Io berinisiatif untuk menjaga mereka semua sampai babak kedua.
Penginapan itu memanglah untuk para atlit. Disana sudah ada fasilitas-fasilitas untuk melayani mereka. Tidak hanya itu, disana juga ada ruang untuk perawatan. Semua yang datang langsung diperiksa kesehatan mereka. Memang Khan, August, dan Yeonhong tidak bisa bergerak tapi keadaan mereka tidak terlalu parah. Beristirahat seharian sudah cukup untuk mereka. Namun Triathlon adalah Triathlon, tidak hanya mereka bertiga tapi Lapis, Leo dan Bethony juga kelelahan. Akhirnya mereka semua tertidur pulas di penginapan.
......…
Suasana hening membuat mereka semua jadi ketakutan. Setelah mereka semua bangun, Gany meminta mereka semua untuk berkumpul.
"Belum lama aku meninggalkan kalian, tapi kenapa kalian sudah terpecah belah?" Tanya Gany.
"Maaf Gany…." Semua menjawab dengan perlahan.
"Kalian hanya berlatih beberapa minggu, sementara banyak peserta lain yang sudah berlatih bertahun-tahun untuk momen ini. Bekerja sama adalah senjata kalian." Gany mencoba menjelaskan makna latihannya.
......
Lapis dan yang lain tidak bisa berkata apa-apa. Gany mendengarkan cerita dari semua pihak dan mendapatkan sudut pandang yang lengkap terhadap apa yang sebenarnya terjadi. Sebenarnya semua berawal dari mereka datang ke kota Rottenburg. semenjak tidak ada Gany, tidak ada sosok pemimpin yang dapat mereka ikuti. Mereka terlambat datang dan membuat mereka sedikit tergesa-gesa. Lalu saat semua tergesa-gesa, Yeonhong malah meninggalkan formasi untuk membantu Gameciel. Sesampainya di daratan mereka berdebat antara meninggalkan Yeonhong atau menunggunya. Para laki-laki ingin meninggalkannya namun Bethony menolak dan ingin menunggunya.
Tidak disangka Lapis setuju dengan Khan karena meninggalkan formasi harus memiliki konsekuensi. Namun disaat yang sama dia merasa kalau akan sangat menyedihkan jika Yeonhong datang namun tidak ada yang menyambutnya. Jadi Lapis mengajukan untuk menunggunya sementara yang lain pergi melanjutkan perlombaan. Kenapa Lapis? Karena dia adalah yang paling cepat diantara mereka semua dan itu terbukti saat berlari. Keadaan mereka sudah menjadi kacau saat mereka berpisah dan menjadi kacau lagi saat Khan mulai berulah.
Mendengar cerita dari Bethony, Gany menjadi tahu bahwa Khan terprovokasi saat berkuda. Dia melaju lebih cepat dan meninggalkan yang lain. Dia terjebak dan terperosok ke jurang. Saat-saat yang gentin itu, dia mencoba melompat dan dari sanalah Hospital Flip terjadi. Beruntung August bisa menyelamatkannya dengan bantuan golemnya. Khan yang sudah diselamatkan menjadi sadar bahwa meninggalkan teman adalah hal yang buruk. Ketika tahu August jatuh, dia berbalik arah. Sekali lagi mereka beruntung memiliki Leo disamping mereka. Saat semua kelelahan, Leo berhasil menghipnotis dan membangkitkan mereka semua. Dari runtutan kekacauan itu, mereka beruntung bisa lolos babak pertama.
Gany terkejut menyadari bahwa banyak yang terjadi saat mereka pergi. Mereka ingin menerapkan apa yang diajarkan Gany namun terhalang oleh perasaan terburu-buru mereka. Perasaan tergesa-gesa karena sedang bersaing dengan waktu. Gany bingung harus bertindak bagaimana terhadap mereka. Gany memang lebih berpengalaman dari mereka semua namun masih belum cukup untuk menjadikannya pemimpin yang baik. Menghukum? Menegur? Entah apa yang harus dia lakukan. Setelah berpikir lama, akhirnya dia bisa memutuskan.
"Ayo makan!" Dengan harapan untuk bisa kembali menyatukan mereka, Gany mengajak mereka semua akan bersama.