"Gany! Bagaimana keadaan disana?" Lapis sedikit berteriak.
Karena alasan tertentu, Gany pindah rumah. Sekarang dia sedang beres – beres rumah bersama dengan Lapis. Ditengah kesibukannya, Gany berhenti untuk sejenak. Dia bingung bagaimana cara melanjutkan kegiatannya tersebut. Lapis membelikan sepasang wadah kecil untuk garam dan lada. Dua buah botol kecil dengan lubang – lubang kecil di bagian penutupnya untuk menaburkan garam atau lada. Botol berwarna biru untuk garam dan botol berwarna hijau untuk lada. Setidaknya Gany berpikir seperti itu untuk sejenak.
"Kamu adalah garamku…" Gany memegang botol berwarna biru.
"Untuk ladaku…" Gany memperhatikan botol berwarna hijau.
"Apa kalian sedang berbicara satu dengan yang lain? Kalau si biru berkata 'Kamu adalah garamku', berarti si hijau harusnya terisi garam. Tapi si hijau berkata dia terisi lada. Apakah si hijau memiliki lada dan garam?" Gany kebingungan.
"Kenapa hubungan kalian rumit sekali?" Gany bertanya – tanya.
"Gany, Kenapa kamu tidak menjawab dari tadi?" Lapis datang menemui Gany.
Gany pun menjelaskan kegelisahannya terhadap barang yang diberikan oleh Lapis. Menyadari hal itu, Lapis menjelaskan bagaimana cara kerjanya. Kedua botol itu tidak saling berbicara. Yang mengatakan 'Kamu adalah garamku' bukan botol melainkan penggunanya. Jadi botol 'Kamu adalah Garamku' diisi garam karena kata 'ku' merujuk kepada si pengguna. Vice versa, botol 'Untuk ladaku' diisi lada karena Gany mengucapkan itu ketika memegangnya. Akhirnya Gany selesai beberes rumah dan mengajak Lapis untuk pergi makan diluar.
"Mau makan dimana?" Tanya Gany.
"Terserah." Jawab Lapis.
"Kadang aku lupa kalau kamu perempuan." Gany salah melontarkan pertanyaan.
"Hey!!!" Lapis sedikit tersinggung.
Akhirnya mereka berdua berjalan – jalan di pinggiran kota di suatu jalan besar yang padat akan pertokoan dan restoran. Gany bingung karena tidak bisa menentukan tempat mana yang harus mereka kunjungi. Tiba – tiba dia menemukan sebuah dompet yang tergeletak di jalan. Gany menoleh ke sekitar tetapi tidak ada yang menghiraukan dompet tersebut. Gany pun berinisiatif untuk mengambilnya dan hendak memberikannya ke kantor polisi. Ketika diangkat, dompet itu terasa ringan sekali. Bukan karena kosong melainkan dompet itu hanyalah tipuan. Benda yang diangkat Gany itu sebenarnya adalah pamflet yang dilipat sedemikian rupa sehingga menyerupai dompet. Strategi marketing yang luar biasa! Gany kagum dengan si pembuat pamflet tersebut. Kebetulan pamflet tersebut mempromosikan restoran yang baru buka jadi Gany dan Lapis memutuskan untuk kesana.
"Selamat datang tuan!" Seorang pelayan menyambut Gany dan Lapis.
"Tolong meja untuk dua orang." Ucap Gany.
"Baik tuan, silakan ikuti saya." Si pelayan berjalan masuk ke dalam.
"Rekomendasi untuk hari ini adalah Sup basah spesial dengan daging yang tidak jatuh ke lantai" Ucap si pelayan.
"Apa? Apakah dagingnya jatuh ke lantai?" Gany kebingungan.
"Tidak tuan. Kubilang dagingnya tidak jatuh ke lantai dan pastinya tidak tertendang." Jawab si pelayan.
"Sangat mencurigakan ketika kamu menjelaskannya dengan spesifik seperti itu." Gany sedikit tidak percaya.
"Tidak tuan, ini hanya sup daging basah biasa dengan bumbu spesial." Jawab si pelayan.
"Baiklah kami akan mencoba itu." Jawab Gany.
"Terima kasih tuan." Si pelayan pergi.
"Gany, aku dari tadi lihat menu. Kenapa mereka menjelaskan kalau sup itu basah? Bukannya hal itu sudah hukum alam?" Tanya Lapis.
"Entahlah, sepertinya mereka suka menambahkan spesifik yang tidak diperlukan." Gany juga tidak tahu.
Ketika menunggu pesanan, seorang anak kecil merengek kepada ibunya. Anak itu berkata kalau makanan yang dipesan memakan waktu yang terlalu lama. Sungguh anak yang tidak sabaran. Padahal mereka baru memesan dan anak itu sudah mengeluh. Kemudian ibu dari anak itu memberi pelajaran penting kepadanya. Yaitu semua hal di dunia perlu waktu. Manusia sama sekali tidak berdaya melawan kenyataan itu. Perjalanan momen adalah suatu hal yang tak terbantahkan dan nantinya akan mencapai akhir yang tidak terelakkan.
Si anak terdiam mendengar perkataan ibunya itu. Mungkin saja dia merenungi ucapan ibunya atau mungkin saja dia tidak begitu paham. Gany dan Lapis yang mendengarpun sedikit memutar otak untuk memahami pelajaran tersebut. Kemudian anak itu menanyakan apakah para pahlawan tidak bisa melawan kenyataan tersebut. Gany menjadi diam ketika mendengar pertanyaan anak itu. Dia dan ibu si anak terkejut dengan pertanyaan itu dan mereka berdua memiliki jawaban yang sama. Pahlawan tidak bisa melawan hukum alam.
Ternyata perubahan hukum alam tidaklah diperlukan. Sup milik Gany sampai ke mejanya tanpa perlu waktu yang lama. Gany sedikit menyesal karena mencurigai kualitas daging restoran tersebut. Ternyata sup itu sangat enak dan tidak ada rasa jatuh dari lantai. Melihat Gany yang makan dengan lahap, Lapis merasa gatal dan ingin mengganggunya. Lapis merebut daging milik Gany dan segera memakannya. Gany membalas Lapis dengan mencubit hidungnya. Dengan ucapan yang lembut, Gany berkata kalau tidak boleh bermain – main dengan makanan.
Selesai makan, Gany membaca sebuah majalah yang disediakan. Sepertinya majalah itu adalah majalah khusus yang berkaitan dengan restoran. Keluarga dari pemilik restoran yang mencetak majalah tersebut. Di dalamnya dituliskan mengenai berita – berita terbaru dan event – event yang akan datang. Ada suatu halaman yang menarik perhatian Gany yaitu tentang tips dan trik dalam memahami wanita. Ketika wanita ditanya 'makan dimana?' dan jawabannya adalah 'terserah', sang pria harus bersabar. Disarankan kepada para pria untuk menanyakan pertanyaan lain yaitu 'Tebak kita akan makan dimana?'. Dengan begitu sang wanita akan berinisiatif sendiri untuk menentukan arah.
"Hey Lapis, tebak setelah ini kita akan kemana?" Gany mempraktekkan ilmu barunya.
"Tidak tahu." Jawab Lapis.
"Aaahh! majalah ini bohong." Gany merasa tertipu.
"Gany, aku tidak habis." Lapis memberikan nasinya pada Gany.
"Huhh, padahal kamu tadi mengambil banyak dagingku." Gany menghela nafas panjang.
Sembari menunggu Gany menghabiskan makanannya, Lapis membuka majalah yang baru saja dibaca oleh Gany. Diantara banyaknya berita dan event yang ada dalam majalah itu, terdapat suatu event yang menarik perhatian Lapis yaitu Lotus Drifting. Lotus Drifting itu adalah event tradisional yang rutin dilaksanakan oleh desa asal si pemilik restoran. Seorang wanita akan berias dan mengenakan gaun putih yang indah. Kemudian wanita itu akan menaiki sebuah bunga lotus raksasa yang mengambang di sungai. Bunga lotus yang digunakan adalah bunga lotus khusus yang mampu mengangkat seorang wanita. Wanita itu juga membawa sebuah potongan kayu panjang yang akan digunakan sebagai dayung. Lalu semua orang akan menyaksikan wanita tersebut menyusuri sungai dengan senyuman yang anggun.
Tertarik, Lapis mengajak Gany untuk menyaksikan pertunjukan Lotus Drifting. Gany berhenti sejenak untuk berpikir. Restoran yang mereka datangi kali ini sungguh unik. Sebuah promosi yang diluar nalar, menu dan pelayanan yang tidak umum, suasana restoran yang aneh dengan anak kecil yang memberikan krisis eksistensial, dan terakhir adat istiadat yang jarang diketahui. Gany merasa sangat antusias dengan semua yang baru saja dia rasakan. Dia menyetujui ajakan Lapis.
Gany dan Lapis sampai ke desa yang disebutkan di dalam majalah. Benar saja desa tersebut memang sedang mempersiapkan event Lotus Drifting. Banyak pengunjung yang datang selain mereka berdua dan penduduk desa menyambut dengan tangan terbuka. Sebelum event dimulai, para pengunjung diarahkan ke suatu tempat dimana bunga lotus akan diberangkatkan. Tempat tersebut berada di daerah perbukitan di atas desa. Tempat tersebut disebut sebagai 'Siti inggil segoro tanpo waton' oleh warga sekitar. Sungai yang landai dan tenang menjadi alasan kenapa pemberangkatan lotus berada di sana.
Suasana sore dengan cahaya langit yang redup menjadi pertanda dimulainya acara. Sekelompok orang berbaris dengan membawa lampion di tangan mereka. Orang – orang itu berjalan menembus kerumunan untuk memberikan ruang kepada para wanita pengendara lotus. Wanita dewasa dengan kulit putih dan bibir merah merona tersenyum ketika melewati para pengunjung. Gaun putihnya sangat megah dan panjang sampai – sampai terseret diatas tanah. Topi jerami besar dengan kain tipis di pinggirnya sedikit menutupi mata para wanita tersebut yang menambahkan kesan misterius. Akhirnya wanita – wanita tersebut turun ke sungai dan menaiki lotus mereka masing – masing. Sedikit melompat tidak apa, gaun basah terendam air bukanlah masalah. Sekarang adalah waktunya mereka memulai pertunjukannya.
Pertama – tama wanita – wanita pengendara lotus mendayung ke tengah sungai dan membentuk formasi. Setelah sampai pada posisi, mereka mulai bermain – main dengan dayung mereka. Dayung kanan, dayung kiri, memutar – mutar dayung seperti mayoret dan bahkan sampai melemparkannya ke udara. Sebagai bentuk apresiasi, para penduduk desa mulai menghanyutkan lampion ke sungai. Beberapa menghanyutkannya, beberapa menerbangkannya. Suasana yang menjelang malam membuat lampion – lampion itu menjadi cahaya yang sempurna untuk menggantikan matahari yang sedang terbenam.
"Apa lampion itu tidak mengganggu?" Gumam Gany.
"Terbang!!" Lapis menerbangkan sebuah lampion.
"Lapis, darimana kamu dapat lampion itu?" Tanya Gany.
"Dari sakumu." Jawab Lapis.
"Aku tidak menyimpan lampion di sakuku." Gany menyadari ketidakcukupan ruang di sakunya.
"Aku mengambil kertas di sakumu lalu menukarnya dengan lampion pada orang itu." Lapis menunjuk ke penjual lampion.
"Hhmmm… ambilkan untukku juga. Aku juga tidak ingin ketinggalan." Gany memberikan kertasnya lebih banyak lagi pada Lapis.
Si penjual lampion tertarik kepada Lapis dan Gany sehingga dia mendekati mereka berdua. Dia menceritakan tentang alasan dilaksanakannya Lotus Drifting. Lotus Drifting dilaksanakan dalam rangka menyambut musim panas. Pelaksanaannya tidak selalu pada musim panas dan terkadang pada musim semi. Hal itu tergantung dengan keadaan sungai apakah memungkinkan atau tidak untuk melaksanakannya. Beberapa lama para wanita hanyut di sungai. Setelah beberapa lama, mereka tak lagi terlihat yang menandakan pertunjukan berakhir. Akhirnya para pengunjung pulang begitu juga dengan Gany dan Lapis.
"Oh iya! Ngomong – ngomong soal musim panas, sepertinya kerajaan akan segera mengadakan Mana Spirit." Gany baru ingat.
"Perlombaan antar sekolah sihir? Sepertinya akan menyenangkan." Lapis sangat antusias.
"Iya ikut saja. Nanti sesekali aku akan melihat keadaanmu." Jawab Gany.
"Melihat? Kamu tidak ikut?" Tanya Lapis.
"Tentu saja tidak. Akan sangat tidak adil jika aku ikut dan membantai semua lawanku." Jawab Gany.
"Kenapa kamu sudah berpikir bahwa kamu akan menang dariku?" Lapis yang kesal mengacak – acak rambut Gany.
"Bukan aku yang memutuskan, tapi panitia." Gany pasrah dengan kelakuan Lapis.
Menjadi pahlawan sangat sibuk. Gany izin lagi dari sekolah untuk memenuhi panggilan kerajaan. Sementara itu teman – temannya masih masuk sekolah dan belajar sihir. Sebelumnya mereka membaca berita tentang keberhasilan Gany menghadapi Kaliyasura. Mereka melihat betapa besarnya makhluk itu dibanding manusia biasa. Oleh karena itu mereka jadi sedikit termotivasi untuk berlatih sihir mereka. Saat istirahat, mereka pergi ke halaman belakang sekolah untuk berlatih. Leo berlatih melemparkan bola angin, Khan berlatih mengeluarkan bola – bola api, dan August mencoba mengeluarkan pilar batu seperti Gany.
"Ternyata di sini cukup ramai." Ujar Ahman.
"Oh ketua!" Leo menyambut Ahman.
"Aku dengar ada kegaduhan di belakang. Ternyata kalian sedang berlatih untuk Mana Spirit. Semangat sekali." Ujar Ahman.
"Mana Spirit? Itu sudah dekat?" Leo sedikit bingung.
"Kalian belum diberitahu? Seharusnya para guru sudah memberitahu. Mungkin besok atau lusa kalian akan diberitahu." Jawab Ahman.
"Ketua! Apa kamu bisa membantu kami berlatih?" Tanya August.
"Aku sibuk sekarang tapi tenang saja. Nanti para guru dan beberapa klub akan melatih kalian untuk persiapan Mana Spirit. Sebaiknya kalian segera mendaftar." Ahman pergi.
Tidak perlu menunggu hari esok, para guru memberitakan tentang Mana Spirit ketika masuk kelas siang. Guru Linda menjelaskan kepada kelas Lapis atau kelas A tentang sejarah Mana Spirit. Awalnya hanya ada 1 turnamen sihir yang diadakan dua tahun sekali yaitu Mana Triad. Dikatakan demikian karena turnamen tersebut terdiri dari 3 macam sekolah yaitu sekolah sihir, sekolah militer dan sekolah swasta. Sekolah sihir diberikan 3 kandidat untuk mengikuti Mana Triad. 3 kandidat tersebut dibagi berdasar bagian kerajaan yaitu bagian tengah, bagian utara dan bagian selatan. Bagian tengah kerajaan terdiri dari provinsi Alexandra, Lira, Faora, Tetra dan ibukota Centra. Bagian tengah kerajaan tersebut membuat turnamen yang disebut Mana Spirit.
Setelah Mana Triad, Mana Spirit adalah turnamen yang paling diminati karena melibatkan ibukota kerajaan Praha yaitu Centra. Mana Spirit diikuti oleh murid – murid sekolah sihir tahun pertama dan tahun kedua. Pertandingan – pertandingan yang akan diadakan adalah Triathlon, Battle Royale, dan Battle Arena. Triathlon adalah pertandingan balapan yang diawali dengan berenang kemudian berkuda lalu balap lari. Battle Royale adalah pertandingan kelompok yang dilaksanakan dalam beberapa hari di daerah hutan untuk merebutkan gulungan. Terakhir dan yang paling populer adalah Battle Arena yang merupakan pertarungan satu lawan satu di Stadion kerajaan Praha.
"Oh iya, mungkin dia sedang tidak ada disini tetapi Gany dan pahlawan lainnya tidak boleh ikut serta. Jadi kalian tidak perlu khawatir." Ujar guru Linda.
"Benar juga…. Dia akan membantai kita kalau dia ikut…. kita tidak akan punya kesempatan jika harus menghadapinya." Seluruh kelas bergumam.
"Sekolah akan memberi kalian pelatihan khusus sepulang sekolah untuk mempersiapkan kalian. Jadi siapa yang akan ikut?" Tanya guru Linda.
Lapis langsung mengangkat tinggi tangannya. Lebih dari yang lain, Lapis ingin membuktikan kemampuannya. Sebelumnya Gany bisa mengangkat dagu ketika berbicara bahwa dia tidak ikut karena takut akan mengalahkan semua orang. Lapis ingin memenangkan Mana Spirit dan membuktikan kalau dia tidak kalah dengan Gany. Mata Lapis bersinar ketika mengajukan diri dan sikap antusiasnya itu menular kepada teman – teman kelasnya. Khan, Leo, August, Bethony, Yeonhong, ketua kelas Chow, banyak sekali yang mendaftarkan diri. Guru Linda puas dengan rasa antusias mereka dan memberikan jadwal pelatihan kepada mereka semua.
Disisi lain, Pahlawan muda sedang sangat sibuk. Ada 6 orang pahlawan yang sedang berada di bangku sekolah yaitu Ganymede, Arche, Io, Herse, Elara dan Carme. Mereka mengikuti rapat bersama para menteri dan senat untuk mendiskusikan masalah Mana Triad. Mana Spirit adalah bagian pada Mana Triad dan ketika membahasnya, tidak ditemukan jalan keluar. Beberapa ingin Mana Spirit bagian akhir (Battle Arena) diadakan di ibukota kerajaan karena memang itu salah satu daya tarik dan tradisinya. Namun beberapa ingin diadakan di tempat lain karena alasan keamanan terhadap Raja. Rapat yang mereka lakukan sangat intens dan memakan waktu yang tidak sebentar. Karena tak kunjung mendapat jalan temu, akhirnya mereka semua menyudahi hari dan hendak melanjutkan lagi besok.
Saat malam hari, Arche mengumpulkan para pahlawan muda untuk berdiskusi. Arche ingin teman-teman pahlawannya untuk menyempurnakan idenya. Dia memilih mereka karena para bangsawan di istana adalah kumpulan orang-orang kolot. Setelah menyempurnakan idenya, Arche ingin mengungkapkan rencananya pada Raja saat itu juga. Langsung ke raja tanpa perlu rapat esok hari dan tanpa perlu menghadapi menteri ataupun senat. Untungnya teman – teman Arche setuju dengan rencana itu dan berhasil menyempurnakan idenya.
Bisa dibilang sang Raja juga berjiwa muda, dia sangat senang dengan inisiatif Arche dan pahlawan muda lainnya untuk menyelesaikan kebuntuan dalam rapat. Raja dengan senang hati mendengarkan rencana dari Arche dan kebetulan dia setuju dengan rencana tersebut. Raja setuju dengan ide Arche dan bahkan Raja sendiri yang akan meyakinkan para menteri dan bangsawan tentang ide itu. Arche mengendalikan sang Raja? Tidak juga. Karena sang Raja juga tidak suka hal yang mainstream dan ingin hal baru. Dan hal baru itu kebetulan dimiliki oleh Arche. Akhirnya Arche dan yang lain pergi untuk mempersiapkan rencananya.
"Tatasvaka penjaga hutan Khandavana! Maukah kamu bekerjasama dengan kami?" Tanya Gany.
"Kalian manusia, kalian pasti hanya ingin kristal Mayasvara." Jawab Tatasvaka.
"Perintah raja adalah perintah raja. Dan secara teknis, dia juga rajamu." Sahut Arche.
"Aku tidak tunduk pada raja saat ini. Raja terdahulu memerintahkanku untuk menjaga hutan ini dan aku tidak menyerahkannya tanpa perlawanan." Tatasvaka siap bertarung.
Makhluk yang dekat dengan tanah dan batu, anak dari bumi. Itulah yang sering digunakan sebagai deskripsi dari Raksasa Gunung. Walau sekarang tinggal di hutan, Tatasvaka termasuk raksasa gunung. Tingginya mungkin 12-20 meter dan biasanya semakin tua umurnya maka akan semakin kuat dan tinggi. Gany seorang manusia bertarung satu lawan satu menghadapinya. Dengan perbedaan ukuran yang sangat luar biasa itu, Tatasvaka langsung mengangkat kakinya dan menghentakkannya kepada Gany. Niat untuk menginjak tidak bisa dilakukan dengan mudah karena Gany langsung mengeluarkan pilar berlian untuk menghentikannya. Tidak hanya menahan, pilar berlian mendorong kaki Tatasvaka dan membuatnya jatuh.
Ego Tatasvaka membuatnya bertindak ceroboh. Kenyataan bahwa tongkat batu (pilar berlian) bisa menjatuhkannya membuatnya sedikit kesal. Dia langsung mengambil gadanya dan memukul tanah sekuat tenaga. Hampir sama seperti pilar berlian milik Gany, sebuah duri mencuat dari dalam tanah. Bedanya seluruh tanah yang bergetar karena pukulan gada tersebut mengeluarkan duri tersebut. Dalam sekejap seluruh hutan berubah menjadi hutan duri besar yang masing – masing berukuran 5 kali tinggi manusia biasa.
Arche, Herse, Elara dan Carme diangkat oleh Io ke langit untuk menghindari serangan tersebut. Sementara itu Gany sudah bersiap untuk serangan tersebut. Biasanya ketika merubah tubuhnya menjadi berlian, tubuh itu berubah begitu saja. Kali ini dia merubah tangannya menjadi berlian lalu mengeluarkan lingkaran sihir di depan kepalan tangannya. Sihir kuat untuk menghadapi serangan yang kuat. Sungguh jarang Gany mengeluarkan lingkaran sihir dengan cara itu. Sebelum duri besar muncul menghantamnya, Gany memukul tanah di hadapannya.
Getaran dilawan dengan getaran. Getaran akibat pukulan senjata Tatasvaka diredam dengan getaran dari pukulan milik Gany. Daerah sekitar Gany menjadi aman dan tidak muncul duri raksasa. Sihir tanah milik Tatasvaka bisa ditandingi oleh Gany. Tidak habis cara, Tatasvaka sekali lagi memukulkan gadanya ke tanah. Kali ini bukan serangan duri yang menyebar ke seluruh arah melainkan hanya terfokus pada satu arah. Satu persatu duri raksasa muncul dari dalam tanah dan menuju ke arah Gany.
Gany ingin memamerkan kemampuannya di hadapan Tatasvaka. Segera dia mengambil sebuah batu lalu menaruhnya di tengah – tengah tombak tali merahnya. Dia membuat tombak tali merah itu lentur dan menjadi seperti tali biasa. Gany mengenggam kedua ujung tombak lalu dia memutar – mutar senjata itu. Debu – debu di sekitar Gany mulai beterbangan menandakan kecepatan dalam memutar. Seperti senjata umban, Gany melepaskan salah satu ujung tombak dan melontarkan batu yang telah dia letakkan tadi. Batu itu meluncur dengan sangat cepat dan tanpa keraguan.
Satu duri, dua duri, batu yang dilempar Gany menembus duri – duri milik Tatasvaka. Tidak hanya menembus tapi duri tersebut hancur berkeping – keping. Tatasvaka bingung bagaimana hal itu bisa terjadi. Batu kerikil kecil bisa menghancurkan duri raksasanya dengan sekejap. Di tengah kebingungan itu, batu milik Gany mencapai Tatasvaka dan menghantam helmnya. Walaupun kecil, batu itu cukup untuk membuat Tatasvaka kehilangan keseimbangan dan mundur sejenak. Tatasvaka merasa kalau kepalanya sedang terpukul oleh sesamanya. Ketika melihat keadaan helmnya, ternyata helm itu penyok dan batu kecil yang digunakan Gany ternyata adalah sebuah berlian.
Dengan mengoleskan sedikit darahnya, Gany bisa merubah sesuatu menjadi berlian tanpa perlu menyentuhnya. Bisa dibilang darah yang tertempel menjadi pengganti untuk sentuhannya. Tentu sihir tersebut tidak semerta – merta merubah sesuatu menjadi berlian secara permanen. Semakin sedikit darah yang tertempel maka akan semakin cepat efek perubahan menjadi berlian hilang. Untuk kasus kali ini hal itu bisa diabaikan karena Gany tidak perlu merubah batu proyektilnya dalam waktu yang lama.
Sekali lagi Tatasvaka mengeluarkan sihir duri batu yang secara terfokus menuju ke arah Gany. Gany sekali lagi melemparkan umbannya. Berkali – kali Tatasvaka mengeluarkan sihir yang sama dan Gany melemparkan umbannya setiap kali Tatasvaka melakukannya. Mengambil batu, merubah jadi berlian, menaruhnya pada umban, memutar – mutar umban, melepaskan umban. Semua rangkaian serangan itu Gany lakukan dengan sangat cepat. Bahkan dengan modal memukul tanah tidak bisa menandingi kecepatan serangan itu.
Kesal, Tatasvaka mulai berlari melintasi hutan duri miliknya ke arah Gany sembari memukul – mukul tanah. Bagi Tatasvaka, hutan duri tersebut hanya seperti tanaman boxwood yang kering ranting – rantingnya. Semuanya hancur ketika Tatasvaka menabraknya dan tidak ada hambatan yang berarti. Setelah dirasa cukup dekat, Tatasvaka memukul tanah dengan sangat keras untuk mengeluarkan sihirnya. Sihir yang sama namun kali ini berbeda arah. Duri raksasa muncul dari belakang Gany dan menusuk punggungnya.
"Kena kau!!" Pikir Tatasvaka.
Sayang sekali Gany sudah melatih refleksnya sejak kecil. Duri milik Tatasvaka tidak bisa menusuk punggung berlian Gany. Gany hanya terdorong ke udara menuju ke arah Tatasvaka. Dengan cepat Tatasvaka menangkap tubuh Gany seperti menangkap nyamuk. Kini Gany berada di cengkraman Tatasvaka. Tatasvaka membual dan mengatakan bahwa nyawa Gany berada dalam genggamannya.
Pernahkah terpikirkan untuk mencengkram seekor tikus? Itulah hal yang paling menggambarkan kondisi Tatasvaka dan Gany sekarang. Hanya saja sekarang sang tikus meronta dan cukup kuat untuk membuka cengkraman dengan kedua tangannya. Tatasvaka yang kaget mencoba lebih keras untuk mencengkram Gany tetapi Gany mencoba lebih keras lagi untuk membuka cengkraman itu. Baru kali ini Tatasvaka sadar kalau ada manusia yang lebih kuat darinya. Merasa hendak kalah dalam adu kekuatan, Tatasvaka mengayunkan Gadanya untuk memukul Gany.
Gany sadar akan gerak gerik Tatasvaka yang hendak memukulnya tetapi dia sedikit kerepotan menghadapi cengkraman Tatasvaka. Akhirnya dia merubah sebagian dari badannya menjadi berlian. Bukan untuk bertahan melainkan untuk menyerang. Dia memantulkan cahaya dan mengarahkannya kepada Tatasvaka. Tatasvaka menjadi silau dan mengalihkan pandangannya tetapi dia tidak membatalkan serangannya. Gada Tatasvaka tetap berayun dengan cepat dan memukul telapak tangannya dengan kuat.
"Hilang?!" Tatasvaka terkejut.
Saat cahaya membutakan mata Tatasvaka, dia menjadi sedikit lengah dan melonggarkan cengkramannya. Gany langsung terjun ke bawah untuk menghindari gada Tatasvaka. Sekarang Gany berlari dengan cepat dan memukul kaki Tatasvaka. Tangan berliannya memberi serangan yang sangat membekas untuk Tatasvaka. Tulang kakinya retak karena serangan itu yang membuatnya mengerang dengan keras. Reflek, Tatasvaka langsung tersimpuh dan hendak memegang kakinya yang sakit itu. Serangan Gany belum selesai, dia mengeluarkan pilar batu dan menghantam dagu Tatasvaka. Tatasvaka jatuh terlentang.
Gany kembali ke tanah lalu mengeluarkan lingkaran sihir raksasa. Tanah yang solid berubah jadi liquid. Tatasvaka terperosok ke dalam tanah yang kini berubah menjadi lumpur. Segera Gany mengambil gada milik Tatasvaka. Gada tersebut tak sengaja terlepas dari tangan Tatasvaka saat dia jatuh. Hampir seperti Rahul dalam cerita Moonlight, Gany menggunakan Gada itu untuk mengalahkan Tatasvaka. Entah bagaimana Gany melakukannya. Tangan yang jelas – jelas jauh lebih kecil dari gada tersebut bisa 'menggenggam'nya. Entah Gany benar – benar menggenggam atau tidak tapi gada itu benar – benar terangkat oleh tangan Gany. Gada itu berdiri tinggi menunjuk langit. Lalu dengan sekuat tenaga, Gany mengayunkan gada itu ke kepala Tatasvaka.
*BONK!!*
Tidak kuasa mengelak, Tatasvaka pingsan karenanya.
"Memang pahlawan itu levelnya beda." Arche bertepuk tangan.
"Arche, kamu juga pahlawan." Jawab Herse.
"Jadi langkah berikutnya adalah mengambil artefak itu bukan?" Tanya Elara.
"Benar, Kalian semua bantu aku!" Seru Arche.
Berkat bantuan koleganya, rencana Arche berjalan dengan sangat lancar. Persiapan Mana Spirit berjalan sebagaimana seharusnya baik dari sisi panitia maupun dari sisi peserta. Sekolah Sihir Tetra memberikan pelajaran tambahan kepada para murid yang ikut serta Mana Spirit. Pelajaran tersebut dilakukan sepulang sekolah sehingga banyak murid yang pulang saat matahari sudah terbenam. Sebagai guru yang baik, Calisto tinggal di sekolah untuk sementara waktu untuk mengawasi pelatihan tersebut. Dia sendiri tidak secara langsung melatih tapi dia banyak membantu.
Pada suatu malam Calisto mendapati ada tamu yang menunggu di depan pintu ruangannya. Calisto berpikir bahwa dia adalah wali murid jadi dia membukakannya pintu dan mempersilakannya masuk. Wali murid itu duduk di kursi yang disediakan sementara Calisto membuka catatannya. Catatan tersebut adalah daftar dari murid yang mengikuti Mana Spirit dan jadwal latihan mereka.
"Anda mencari anak anda? Siapa namanya? Akan ku lihat di daftar." Tanya Calisto.
"Io…" Jawab si wali murid.
"Io? Anggota osis tahun kedua Io?" Calisto sedikit kebingungan.
"Io sang pahlawan, Io." Jawab si wali murid.
"Apa ini lelucon? Apa kamu semacam orang tua kandung yang baru saja muncul untuk merebut anakku?" Calisto mulai marah.
"Hahaha! Ketika kamu menyebutkannya, aku jadi sedikit penasaran siapa orang tua asli Io." Jawab si wali murid.
Si wali murid bukanlah wali murid sungguhan. Dia adalah utusan dari organisasi yang sama yang sebelumnya mengancam Gany. Kali ini dia datang kepada Calisto untuk tujuan yang hampir sama. Yaitu mengancam Calisto agar tidak macam – macam dan meminta Calisto agar Io tidak mengganggu rencana mereka. Io Arche can Gany sering bersama menumpas kejahatan. Gany sudah diancam dan sekarang mereka ingin mengancam Io via Calisto.
Sayang sekali itu adalah langkah blunder oleh utusan tersebut. Calisto menjadi sangat marah ketika anaknya diancam dihadapannya. Tanpa perlu basa – basi, Calisto menghantam utusan tersebut. Calisto mengepalkan tangannya kemudian dia mengangkatnya dan berancang – ancang untuk memukul si utusan. Kalau hanya pukulan tangan biasa mungkin si utusan bisa mengatasinya namun sebuah pilar sihir muncul dari bawah lantai ikut menghantamnya. Pilar sihir itulah yang membuat si utusan terpental ke belakang sampai menembus tembok.
SPINA, sebuah sihir dari artefak milik Calisto. Spina berbentuk tulang vertebra dari seekor monster raksasa. Setiap ruas tulang tersebut tingginya seukuran manusia dewasa. Tulang tersebut bergerak mengikuti pergerakan tangan Calisto. Si utusan sudah mengetahui sihir apa saja yang bisa Calisto gunakan. Oleh karena itu organisasi yang ingin mengancam Calisto tidak hanya mengirim satu utusan. Organisasi itu mengirim satu pasukan.
Seorang utusan lain diam – diam menusuk Calisto dari belakang menggunakan pisau. Tidak disangka, pisau itu malah patah dan sama sekali tidak bisa menembus punggung Calisto. Si penusuk menarik pisaunya ke atas sehingga memotong baju Calisto. Punggung Calisto terbuka dan dari sana terlihat dengan jelas apa yang terjadi. Pisaunya patah bukan karena Calisto yang kuat melainkan karena ada tato magis yang menahannya. Tato magis itulah artefak sihir milik Calisto. Tato magis itulah yang mengeluarkan sihir Spina.
Six Eyes Red Cakram. Sebuah tato berbentuk cakram dengan 6 ujung runcing (mata) yang terbagi rata di sisinya. Tato tersebut cukup besar sehingga memenuhi punggung Calisto. Ketika sihir Spina diaktifkan, mata cakram nomor dua menyala merah. Hal itu menandakan bahwa Spina adalah sihir kedua dari artefak tersebut. Hal itu berarti bahwa Setiap runcing atau mata merepresentasikan sihir yang dapat dikeluarkan. Hal itu berarti Calisto masih punya 5 sihir lagi yang bisa dia keluarkan.
No 2. SPINA!
Calisto mengayunkan tangannya ke belakang. Hal itu membuat Spina berayun dan menghempaskan orang yang menusuk punggungnya. Sama seperti sebelumnya, utusan tersebut terlempar dan menembus tembok sekolah. Hempasan itu sangat kuat sampai – sampai utusan itu menembus banyak tembok sampai keluar sekolah. Calisto berjalan keluar dari ruangannya untuk melihat keadaannya. Sikap tenangnya sedikit membuat musuhnya gentar karena dia sama sekali tidak ragu dan takut ketika melihat bahwa dia sudah dikepung puluhan orang.
No. 3 ROAR!
Dari tangan Calisto keluar meriam besar yang menyala-nyala. Nyala api itu bukanlah aura dari kekuatannya melainkan meriam itu sedang melakukan pengapian. Suara auman terdengar dari tangan meriam tersebut. Walaupun suara auman itu menakutkan dan mampu menggetarkan tulang, namun yang mendengar auman tersebut adalah orang yang beruntung. Yang tidak beruntung adalah orang yang terkena meriam akibat meriam tersebut. Sungguh, lontaran bola meriam dari senjata itu lebih cepat dari kecepatan suara. Orang – orang mengatakan bahwasanya jika seseorang bisa mendengar auman tersebut, maka orang itu bukanlah targetnya.
Satu musuh terpukul mundur, menembus pepohonan dan meledak di kejauhan. Sementara kerumunan musuh mengacir ke segala arah. Para musuh ingin menyerang secara bersamaan dari segala arah. Mereka mengerahkan seluruh sihirnya seperti Bola api, Tornado, Golem batu, semua serangan jarak jauh meluncur menuju Calisto secara bersamaan.
No. 5 Gradus!
Kaki dan tangan Calisto bercahaya, hal itu membuatnya dapat bergerak dengan cepat dan meluncur di udara. Dengan begitu dia bisa menghindari serangan sihir berupa Bola api dan Tornado. Di tengah jalannya, dia dihadang oleh Beberapa Golem Batu yang sudah bersiap menghancurkannya. Sayang sekali tidak ada yang hancur melainkan golem – golem batu itu.
No. 4 Maximus
Sebuah kepala Iblis raksasa tiba-tiba muncul dari tanah dan menggigit golem – golem itu secara bersamaan. Kepala iblis itu mengunyah batu seperti orang-orang mengunyah sarapannya. Tidak lupa si pengguna sihir Golem juga terkunyah bersama golem ciptaannya. Satu suapan, dua tiga makanan tergigit. Mungkin itu bisa jadi suatu peribahasa baru.
No 6. Digitus
Tidak terhentikan, Calisto langsung mengeluarkan cambuk besi dari tangannya dan mengayun-ayunkannya. Di ujung cambuk itu ada pedang yang mencincang musuh-musuhnya. Gerakan yang cepat dan senjata yang fleksibel. Musuh – musuh Calisto tertebas dari arah-arah yang tidak terbayangkan.
Tidak diduga musuh-musuh malah semakin berdatangan entah dari mana. Tidak hanya manusia, tetapi hewan-hewan magis pun juga menyerangnya. Pertarungan terjadi semalaman, ratusan pasukan rela dikerahkan. Jangan tanya lagi soal korban yang berjatuhan, kehancuran sekolah pun tidak bisa dihindarkan. Di saat-saat terakhir, utusan yang pertamakali menemui Calisto menunjukkan batang hidungnya lagi. Sepertinya dari tadi dia bersembunyi dan menyiapkan suatu sihir. Meski begitu Calisto sama sekali tidak gentar. Sihir apapun pasti akan dia hadapi. Bagi Calisto siapapun yang berani mengancam anaknya pasti akan mati.
Utusan itu sedang telanjang dada dan melukis suatu lingkaran sihir dengan darah koleganya. Utusan itu bilang kalau perlu banyak darah sesamanya namun ritual harus dilakukan untuk memastikan kemenangan. Kemudian dia menggigit lidahnya sendiri dan memuntahkan darah dari mulutnya. Dia kesakitan akibat aksinya sendiri sampai jatuh berlutut di tanah. Menggigit lidah sendiri memang sakit dan seharusnya semua orang tahu itu. Sepertinya itu adalah bagian dari ritual jadi dia tetap bertahan walaupun menyakitkan. Tapi entah kenapa darah itu tidak mengalir ke tanah dan hanya menyelimuti tubuhnya. Tubuhnya yang tertutupi darah itu perlahan menghitam dengan hitam yang sangat pekat. Sosoknya berubah dan utusan itu bangkit lagi dari tanah.
"Oh! Jadi begitu cara kalian tercipta." Calisto sedikit terkejut
"Aaaarrggghhh!!!" Si utusan berteriak kencang dengan mulut bulatnya yang lebar.
"Kalian meremehkanku. Kenapa kalian pikir satu Shallow cukup untuk mengalahkanku?" Ujar Calisto.
Calisto berjalan santai mendekati Shallow dan Shallow berlari mendekati Calisto. Sesosok monster bayangan yang dapat memakan bayangan. Tubuhnya seperti asap pekat dan tidak dapat disentuh. Bahkan pahlawan seperti Gany sangat kesusahan melawannya. Gany sama sekali tidak bisa melawan dan perlu seseorang dengan elemen cahaya seperti Lapis untuk mengalahkannya. Sepertinya organisasi yang mengirim utusan tersebut melupakan satu hal. Calisto pernah menghadapi monster seperti itu dan menyegelnya selama bertahun – tahun. Musuh terakhir ini sama sekali bukanlah masalah baginya.
No. 4 Maximus
Kepala iblis muncul dari tanah dan melahap Shallow. Shallow tidak bisa memakan bayangan atau menembus kepala iblis tersebut. Di dalam mulut iblis bukanlah dimensi yang sama dengan yang di luar mulut. Tidak ada bayangan yang bisa dia makan. Sementara itu Calisto menyentuh sihir Maximusnya dan kepala iblis itu runtuh seperti tembok yang rapuh. Muncullah kotak hitam yang di dalamnya terdapat Shallow. Bagi Calisto, Shallow hanyalah musuh yang menyebalkan. Melawan mereka hanya membuat Des Dessin et des Lettres baru.
"Aku akan meminta baik – baik kepada Lapis untuk menghancurkannya." Calisto menggenggam kotak hitam.
"Sekarang… bagaimana aku akan menjelaskan ini kepada kepala sekolah?" Calisto melihat ke arah sekolah.
Liburan musim panas diajukan! Terdapat beberapa kerusakan sarana dan prasarana dalam lingkungan sekolah. Terlebih lagi sekolah dalam tahap persiapan Mana Spirit sehingga memerlukan kondisi sekolah dalam kondisi prima. Oleh karena itu sekolah diliburkan selama beberapa waktu guna renovasi sekolah. Pelatihan untuk persiapan Mana Spirit dan keberlangsungan pembelajaran akan diadakan di balai kota dan tempat – tempat yang telah disediakan. Informasi lebih lanjut akan disampaikan oleh wali dari masing – masing kelas. Tertanda Kepala Sekolah Tetra.
"Sungguh mencurigakan. Kenapa kepala sekolah pikir kami akan percaya hal ini?" Tanya Gany.
"Libur sekolah. Semua murid akan percaya saja jika hal itu berarti libur sekolah." Jawab Arche.
"Mungkin kita bisa menanyakan lebih detail lagi tentang surat ini dari ayah." Sahut Io.
Sebelum pulang dari ibukota, Io, Gany, dan Arche dapat surat dari pengantar surat di dalam istana. Mereka bertiga membacanya bersama dan mengetahui ada sesuatu yang mencurigakan. Berhubung pekerjaan mereka bertiga sudah selesai, mereka ingin pulang untuk melihat melakukan penyelidikan. Turun dari kereta mereka langsung pergi ke TKP. Benar saja, gedung sekolah hancur dan sedang ditutup untuk renovasi. Kemudian mereka ke rumah Io untuk meminta penjelasan dari Calisto.
Sebenarnya Calisto sedikit enggan menceritakannya karena ingin melindungi Io. Tapi karena mereka bertiga adalah pahlawan kerajaan, jadi Calisto tidak bisa memperlakukan mereka sebagai anak – anak yang perlu dilindungi. Calisto menunjukkan Kotak hitam dan menceritakan semuanya. Kemudian Calisto meminta bantuan Gany untuk menghancurkannya. Kali ini tidak perlu masuk atau membukanya melainkan langsung hancurkan dengan sihir elemen cahaya dari luar.
Gany bersedia membantu dan menerima kotak hitam tersebut. Sementara itu Arche sedikit paranoid dengan kejadian yang dialami Calisto. Memang perlu banyak korban untuk menciptakan sesosok Shallow namun musuh benar – benar nekat. Segera Arche berangkat untuk menemui anggota klub profiler untuk melakukan patroli. Dia ingin menyelidiki orang – orang yang sering bergerak secara berkelompok karena itu adalah salah satu resep pembuatan Shallow.
"Untuk kali ini, kamu fokus saja pada menghancurkan kotak hitam itu." Ujar Arche kepada Gany.
"Io, kita berhutang banyak pada Gany dan Lapis. Kali ini aku ingin kamu membantu Gany." Ujar Calisto.
"Baik ayah." Io menurut pada Calisto.
"Jangan berkata seperti itu… aku tidak enak." Jawab Gany.
"Haha… setidaknya biar Io menemanimu untuk mengantarkan kotak hitam pada Lapis." Balas Calisto.
Tidak ingin membuang – buang waktu, Io dan Gany pergi menuju rumah Lapis. Disana Gany disambut oleh Jade yang berlari menghampirinya. Jade berkata kalau Lapis sedang tidur pulas di kamarnya karena kelelahan setelah berlatih seharian kemarin. Mendengar itu mereka ingin menunggunya sebentar agar dia bisa tidur lebih lama lagi. Setidaknya itulah rencananya. Tiba-tiba mereka mendengar suara benda terjatuh dari kamar Lapis. Mereka semua langsung bergegas masuk ke kamar Lapis. Ternyata Lapis terjatuh dari kasurnya. Tidak hanya itu, dia masih tertidur dan mengigau.
"Heyy…. Perempuan pengantuk…" Gany mencoba membangunkan Lapis.
Lapis terkejut dan langsung mencengkram tangan Gany. Sepertinya Lapis berada dalam mode bertempur. Perlahan dia membuka matanya dan kesadaran Lapis pulih sedikit demi sedikit. Setelah melihat Gany dan Io, dia langsung melepaskan cengkramannya menutupi dirinya dengan selimut. Dia merasa malu mengetahui Gany dan Io melihatnya meracau saat tidur.
Jade berpikir kalau Lapis hendak tidur lagi, jadi dia menghentikannya. Dia mengingatkan Lapis kalau hari sudah mulai siang dan sudah waktunya berlatih. Lapis terkejut mendengar perkataan Jade lalu langsung keluar dari persembunyiannya. Karena tergesa-gesa kakinya terselip oleh selimutnya dan terjatuh di lantai. Kepalanya terbentur dengan keras membuatnya terdiam di lantai beberapa saat begitu pula orang-orang disekitarnya.
"Apa yang kamu lakukan?" Gany hanya diam dan memandangi Lapis.
Untungnya Lapis bisa segera bangkit dan mengusap-usap dahinya yang terantuk ke lantai.
"Apa kamu benar – benar terlambat?" Tanya Io.
"Aku ingin pergi ke rumah guru Shan untuk belajar berkuda." Jawab Lapis.
"Sepertinya kamu bermimpi jatuh dari kuda." Ujar Gany.
Karena kata-kata Gany tepat, Lapis merasa malu dan langsung mencubitnya.
"Oh iya kenapa Io disini?" Tanya Lapis.
"Ini…" Io mengeluarkan kotak hitam.
"Aaahhh!!" Lapis terkejut.
Assault Borealis
Seketika Lapis menghantam kotak hitam yang dipegang Io dengan sihirnya. Terkena sihir cahaya Lapis, kotak hitam berisi Shallow hilang tanpa sisa.
"Kenapa benda itu muncul lagi?" Tanya Lapis.
"Calisto menemukan yang lain dan meminta kamu menghancurkannya. Sekarang karena sudah hancur, jadi masalah sudah selesai." Jawab Gany.
"Mmm… hmmm…" Lapis mencoba mencerna jawaban itu.
"Mungkin kami bisa menjelaskan lebih detail lagi. Sebaiknya kamu berangkat sekarang." Ujar Gany.
Akhirnya setelah Lapis bersiap-siap, mereka semua berangkat menuju ke peternakan guru Shan. Disana Gany dan Io mendapati bahwa semua murid peserta Mana Spirit juga berada disana. Mereka semua datang untuk berlatih berkuda. Ada yang sudah mahir dan banyak juga yang harus belajar dari nol. Gany cukup kagum dengan peternakan guru Shan yang menampung cukup banyak kuda. Dia juga terkagum karena guru Shan cukup telaten dalam mengajari mereka semua.
Bagi yang belajar dari nol, Mereka memulai dengan mengusap-usap kuda mereka masing-masing untuk menjinakkan mereka. Setelah itu mereka perlahan menaiki kuda mereka masing-masing. beberapa masih ada yang menaikinya terlalu kasar sehingga sang kuda kaget dan membuat mereka terjatuh. Tapi karena sudah lama berlatih, sebagian besar dari mereka sudah bisa mengendarainya dengan baik. lalu mereka dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang berjalan perlahan dan berlari.
Hanya ada tiga orang yang sudah memasuki kelompok berlari yaitu Lapis, Khan dan Seara. Selain dari mereka bertiga adalah kelompok kuda berjalan. Mereka bertiga memacu kuda mereka untuk balapan mengitari peternakan. Walau sering terjatuh tapi mereka selalu bangkit lagi. Tapi yang paling berbakat diantara mereka adalah Seara. Dia sepertinya punya sentuhan ajaib dengan kuda. Akhirnya pemenang balapan itu adalah Seara yang disusul oleh Khan. Lapis berada di posisi terakhir karena paling sering terjatuh.
Sembari melihat Lapis yang berlatih, Io dan Gany duduk dibawah pohon yang besar. Mereka menggelar sebuah alas dan membuka bekal makanan seperti sedang piknik. Disaat mereka berdua mengobrol, Teman-teman Gany yang sedang beristirahat datang menghampiri mereka. Lapis dalam keadaan lusuh dan berantakan langsung memeluk Gany dengan erat.
"Kamu begitu manja hari ini." Ujar Gany.
"Mungkin aku hanya rindu padamu." Jawab Lapis.
"Benar katanya… Kenapa kamu lama sekali di ibukota? apa saja yang kamu lakukan?" Tanya August.
Sebenarnya semua teman Gany tahu kalau itu adalah panggilan dari kerajaan tetapi mereka ingin tahu lebih detail lagi. Akhirnya Gany bercerita panjang soal perjalanannya dan pertemuannya dengan raja. Soal rapat yang panjang dan menteri-menteri yang berdebat tidak masuk akal. Walau bercerita panjang, Gany tetap merahasiakan beberapa hal yang tidak boleh diketahui oleh publik. Oleh karena itu dia sedikit kesusahan bagaimana harus menceritakannya. Untungnya teman-teman Gany tidak terlalu memperhatikan karena mereka fokus untuk mencuri makanan-makanan yang dibawa Gany.
Puas mencuri, teman – teman Gany tertidur begitu saja dihadapannya. Gany sedikit terkejut ketika Io ikutan tertidur di pangkuannya bersama dengan Lapis. Sejenak Gany berpikir kalau dia punya sihir terpendam yang baru saja bangkit. Sihir yang mampu menidurkan semua orang dengan ceritanya. Ketika melihat sekitar, ternyata Khan tidak tertidur akibat ceritanya. Jadi sihir terpendamnya terbukti salah.
Khan masih terjaga dan memperhatikan peternakan. Gany tidak pernah melihat Khan yang begitu serius. Merasa ada yang aneh, akhirnya Gany menanyakan apa yang membuat Khan seperti itu. Tanpa menatap Gany, Khan berkata kalau dia baik-baik saja. Merasa terganggu atau malu? Terkadang keduanya sangat sulit dibedakan. Memang perasaan manusia tidak ada yang tahu. Jangankan orang lain, bahkan seseorang seringkali tidak memahami perasaannya sendiri.
"Pastinya akan ada yang berubah jika bisa memenangkan Mana Spirit. Aku harap akan terjadi perubahan yang baik." Ujar Gany.
Mendengar jawaban Gany, Khan merasa kalau dia tidak bisa berbohong pada Gany. Akhirnya dia mengatakan apa yang sedang mengganggunya. Dia ingin mengalahkan seseorang di perlombaan itu. Mendengar Khan punya ambisi yang kuat, Gany mulai tertarik. Teman-temannya sedang tidur jadi Khan berpikir ceritanya tidak akan banyak didengar. Dengan begitu dia bisa lebih terbuka dan leluasa menceritakan masalahnya. Dia mempunyai dendam dengan seseorang bernama Temujin.
Khan menceritakan tentang silsilahnya yang berhubungan dengan salah satu orang terpenting di kerajaan. Orang itu adalah panglima militer Europa dan salah satu pahlawan kerajaan sama seperti Ganymede. Europa adalah orang ternama dan memiliki banyak istri. Temujin adalah salah satu anak dari istri utama. Sementara Khan adalah anak dari seorang selir. Perbedaan status membuatnya sering dirundung oleh Temujin dan anak – anak bangsawan lainnya.
Suatu hari Khan mendengar puisi Igni dan mendengarkan cerita dibalik puisi tersebut. Khan merasa takjub dengan cerita itu dan sering membaca Prahitcronichon. Dia membawa buku itu ke taman untuk membacanya lalu Temujin datang. Temujin ingin melakukan kegiatannya yaitu merundung Khan tapi terdiam sejenak karena Khan membawa Prahitcronichon. Temujin mengatakan kalau dia paham akan konsep Personality dan Personification. Dia mengatakan akan menjadi pengguna sihir api yang paling kuat dengan menerapkan sifat marah dari Igni.
Khan tahu kalau sifat marah adalah sifat yang salah untuk dimiliki. Akhir dari cerita Igni adalah dia dikalahkan oleh Lumirecia sang dewi petir karena memiliki sifat tersebut. Seharusnya yang sifat yang dimiliki oleh pengguna sihir api adalah sifat bertanggung jawab. Karena itulah jalan yang ditunjukkan oleh Lumirecia di akhir cerita. Temujin menolak kesimpulan itu karena dalam cerita tersebut, Igni bisa membakar laut dan gunung ketika marah. Bagi Temujin itulah saat – saat terkuat Igni.
Temujin menerapkan sifat marah dengan cara merundung Khan. Ajaibnya saat merundung, Temujin berhasil membangkitkan sihir apinya. Membangkitkan sihir di usia muda tetaplah istimewa karena biasanya orang – orang akan membangkitkan sihir saat usia 15 tahun. Akhirnya Temujin semakin kokoh terhadap pemilihan sifat hidupnya. Untuk menghargai bakatnya, Temujin mendapatkan pelatihan secara militer di usia muda. Sementara itu Khan dan ibunya pergi dari ibukota dan menuju Tetra. Mereka berdua tinggal di rumah sepupu dari Jenderal Europa yaitu Euporie.
"Dia orang yang baik. Dia tahu perundungan terhadapku dan ibuku jadi dia mengasuh kami." Ujar Khan.
"Oh iya! karena statusnya hanya seorang selir atau istri tidak resmi jadi bisa dilepaskan begitu saja." Gany baru ingat.
"Yahh… kira – kira seperti itu." Jawab Khan.
"Bertanggung Jawab, kamu memilih sifat yang benar. Jangan takut untuk berjalan di atasnya." Sahut Gany.
Gany bersimpati dengan impian Khan dan menawarkan bantuan kepadanya. Dia menawarkan diri sebagai mentor untuk melatih Khan. Awalnya Khan sedikit bingung apa yang dimaksud dengan Gany. Gany kembali menjelaskan kalau dia punya senjata rahasia yang bisa digunakan oleh Khan. Selain itu Gany pernah masuk dalam militer jadi dia kurang lebih paham tentang pertarungan antar Magus. Teman-teman Gany terbangun karena pembicaraan itu. Mereka juga ingin mengikuti latihan milik Gany. Gany mempertanyakan keputusan mereka yang sebelumnya berkata ingin liburan.
"Kalau ada waktu untuk bersama teman-teman, kami lebih memilih itu." Jawab teman-teman Gany.
"Baiklah kalau begitu, ayo pergi ke tempat yang jauh sebagai tempat latihan kalian. Ada saran?" Tanya Gany.
Mereka semua bingung kemana seharusnya mereka pergi. Dimana tempat latihan yang bagus untuk mereka. Bethony menyarankan ke gunung tempat diklat akbar, tapi disana tidak ada tempat untuk berlatih berenang. Lalu Leo menyarankan ke Cichlid kampung halaman ayah Leo. Disana ada hutan dan danau yang luas. Teman-teman Gany langsung menolak karena berpikir kalau Leo hanya ingin liburan ke rumah keluarganya.
Berbeda dengan teman-temannya, Gany menerima usulan Leo itu karena kampung halaman Leo juga kampung halaman Io. Gany diminta oleh Calisto untuk menjaga Io, jadi dengan ini Io juga bisa ikut bersama mereka. Io merasa tidak enak karena merasa menjadi beban bagi mereka. Lalu Leo dan Lapis memberinya dorongan agar mau ikut. Tapi masalah tidak hanya itu, August meminta syarat agar Leo tidak mendapatkan kenyamanan dan kemewahan di rumah orang tuanya.
"Tentu saja! kalian semua akan berkemah di hutan." Ujar Gany.
"Kalau begitu sudah diputuskan." Sahut Bethony.
"Benar… Persiapkan diri kalian! mulai besok kita akan latihan di Cichlid." Ujar Gany.