Candy masih menunggu Azka di parkiran. Lima menit lagi sebelum bel berbunyi, manusia satu itu belum jua menampakkan diri. Tiba-tiba, Candy langsung menoleh begitu merasakan ada seseorang yang menyentuh pundaknya.
"Azk-" Ucapannya kontan terhenti begitu melihat sosok di hadapannya itu bukanlah seseorang yang sedang di harapkannya, melainkan Devano, seseorang yang sedang dihindarinya.
"Ada apa?" Candy berujar ketus.
"Kamu lagi nungguin siapa?" tanya Devano ramah.
"Nggak nunggu siapa-siapa," jawab Candy, lagi-lagi dengan nada ketus.
"Azka!" Lantas Candy berseru pada Azka yang baru turun dari ojek online.
Devano mengernyitkan dahi, bingung kenapa sikap gadis itu tiba-tiba berubah, padahal mereka sempat akrab ketika nonton film imperfect beberapa hari yang lalu.
Candy mengejar langkah Azka. "Gimana semalam?" tanya Candy langsung, tanpa basa-basi.
"Motor lo mana?" tanya Candy lagi saat menyadari laki-laki itu tidak datang dengan motornya.
"Disita." Azka menjawab singkat.
"Hah?" Candy langsung melongo. "Tuh kan elo bandel sih gua bilangin. Kalau berteman tuh juga harus ada batasannya, Ka. Jangan sampai ikut-ikutan pergaualan bebas. Apalagi sampai makai obat ter-"
Azka langsung membungkam mulut Candy dengan tangannya. "Lo kalau ngomong jangan asal nyablak aja dong!" geram Azka.
Candy melepaskan tangan Azka. "Ya, tapi kan omongan gua bener," sergahnya.
"Huufft!" Azka geleng-geleng kepala. "Berapa kali sih gua harus bilang ke lo, gua nggak pakai narkoba, Can-"
"Kamu pakai narkoba, Azka?"
Mereka berdua tersentak kaget ketika melihat Bu Rini tiba-tiba sudah ada di belakang mereka. Entah dari arah mana guru itu datangnya, dan entah kapan bel berbunyi. Mereka berdua sama-sama tidak menyadari.
"Bu-bukan, Bu," jawab Azka dengan terbata.
Lantas Bu Rini menyipitkan matanya pada Candy. "Kamu yang narkoba, Candy?" tudingnya.
"Bukan, Buk," sanggah Candy cepat.
Bu Rini pun geleng-geleng kepala. "Kalian berdua belajar di kelas ibuk kan pagi ini? Ayo, cepat masuk kelas sekarang!"
***
"Denger-denger si Azka mau ngaduin kita ke guru, Vio," bisik Hellena pada Viola.
Viola langsung mendelik mendengarnya. "Kalau dia berani ngaduin kita ke guru, ya kita aduin balik dong. Kalian jangan lupa, dia juga nampar gua!" balas Viola.
"Tapi kan tetap aja, kalau Candy nyeritain kronologinya, tetap kita yang salah, karena kita ngeroyok Candy duluan," ujar Hellena lagi.
Devano yang hendak keluar kelas pun tanpa sengaja mendengarkan pembicaraan itu. Telinga laki-laki itu langsung panas mendengarnya. Ia langsung mendekati Viola dan Hellena. "Sori, saya nggak salah dengar, kan? Kalian ngeroyok Candy? Itu gimana maksudnya?" selidik Devano.
Viola hanya bisa menelan salivanya sendiri. Ia menggamit tangan Hellena.
Sementara Devano kembali menaikkan alisnya. "Jadi benar kalian ngeroyok Candy?"
"Ng..nggak, kok." Viola gemetaran. "Kami nggak ngeroyok Candy," elak Viola.
Namun dari gelagat gadis itu, Devano sudah dapat mengerti segalanya. Devano langsung menghubungkan itu dengan sikap ketus Candy padanya tadi pagi. Entah kenapa, Devano merasa semua itu berkaitan.
Tanpa membuang waktu, Devano langsung menemui Candy ke kelasnya. Candy yang baru hendak keluar dari kelasnya tampak kaget dengan kedatangan Devano. Tak hanya Candy, Bianka dan yang lainnya juga langsung memelototi Devano yang menghampiri Candy.
"Candy, apa benar Viola dan teman-temannya ngeroyok kamu tempo hari?" tanya Devano langsung tanpa berbasa-basi.
Candy langsung tersentak mendengar hal itu. Darimana Devano mengetahui hal itu? Ekor mata Candy langsung melirik pada Bianka yang menatap mereka dengan heran. Bianka pasti tengah berpikir macam-macam tentang hubungan Devano dan Candy saat ini.
"Candy, jangan diam saja. Tolong jawab saya!" desak Devano.
Candy menatap mata Devano dan menggeleng. Namun, lagi-lagi Devano kembali dapat mengartikan bias yang terpancar dari sorot mata gadis itu. "Kamu berbohong, Candy!" desis Devano. Devano semakin memperdalam tatapannya pada Candy. "Maaf, saya nggak maksud buat ikut campur. Saya hanya ingin memastikan, apa semua itu ada hubungannya dengan saya? Apa semua itu karena saya?" selidik Devano lagi.
Candy semakin merasa tersudutkan. Gadis itu hanya mampu meneguk salivanya sendiri tanpa mampu berkata-kata.
Tiba-tiba, Azka berdiri di sebelah Candy, turut berhadapan dengan Devano. "Ya, Candy memang dikeroyok Viola kemarin, dan semua itu karena lo," tandas Azka.
Candy langsung melongo mendengar penuturan Azka. "Ka, lo apa-apaan sih?" geram Candy pada Azka.
"Nggak usah takut, Can. Ada gua yang bakal ngelindungin lo. Dan buat lo, anak baru yang sok keren, lo nggak usah ngedeketin dan bikin baper semua cewek," cerca Azka.
Devano tampak mendengus. "Saya tidak ada urusan dengan anda, saya ke sini untuk mendengar penjelasan dari Candy langsung," sergah Devano.
"Emangnya penjelasan gua masih kurang jelas, hah? Viola ngeroyok Candy kemarin, mereka menyekap Candy di kelas paling pojok, mereka ngejambak dan nampar Candy. Lo tau alasannya? Karena pacar lo itu cemburu pas tahu lo jalan sama Candy. Makanya gua peringatkan ke lo, lo nggak usah ajak-ajak Candy jalan! Paham nggak lu?" Azka menodong-nodongkan telunjuknya pada Devano.
Devano menepis tangan Azka yang mengawang di depan wajahnya. Tatapannya tampak kian meruncing. "Pertama, saya nggak ada urusan dengan ada. Kedua, Viola bukan pacar saya. Ketiga, saya punyak untuk ngajak Candy jalan, dan Candy juga punya hak untuk nerima ajakan saya!" cetus Devano. "Dan pertanyaan saya, apa hak anda melarang-larang saya dengan Candy, hah?"
Azka tersenyum sinis. "Can, dia nggak tahu aja kalau gua siapanya lo. Jelasin, Can!" pancing Azka.
Candy yang bingung dalam situasi seperti itu lebih memilih untuk lari keluar kelas. Ia sebenarnya enggan berurusan dengan Devano, selain karena perlakuan Viola tempo hari, Bianka juga merupakan salah satu faktor yang paling dipertimbangkan Candy. Namun ia juga tidak suka Azka menyudutkan Devano. Lagi-lagi Candy dirundung dilema setiap kali berhadapan dengan kedua laki-laki itu.
Sementara Azka masih melanjutkan perdebatannya dengan Devano.
"Eh, gua kasih tahu ya ke lo, gua kenal Candy itu udah dari kecil. Gua kenal sama bokap, nyokap, kakek, neneknya. Jadi gua nggak bakal ngebiarin lo nyakitin Candy!" tegas Azka pada Devano.
"Tapi, anda bukan pacarnya Candy, kan?" balas Devano.
Azka langsung terdiam. "Tapi, gua lebih dari sekedar pacar bagi Candy. Gua-"
"Anda tetap nggak punya hak apa-apa atas dia!" tandas Devano, lantas lagi-lagi itu raib di balik pintu kelas.
Sementara itu, Bianka dan Yumna menyaksikan perdebatan mereka dengan perasaan yang terbelah. Sebelah hati mereka hancur mendengar Candy dikeroyok oleh Viola dan mereka yang mengaku sahabat dekat Candy justru tidak tahu apa-apa. Sebelah hati mereka yang lain hancur karena laki-laki yang mereka dambakan justru saling berdebat untuk memperebutkan siapa yang lebih memiliki hak atas Candy.