Chereads / Queen Candy / Chapter 25 - Ngajak Jadian

Chapter 25 - Ngajak Jadian

"Lo kemarin yang nolongin Candy dari Viola ya, Ka?" Yumna memulai topik itu dengan sangat hati-hati.

"Iya. Jijik banget gua ngelihat mukanya Viola and the geng. Beraninya keroyokan doang. Lo tahu nggak sih, si Candy sampai diikat trus dijambak-jambak. Kriminal banget nggak tuh," balas Azka dengan berapi-api.

Yumna menelan ludah melihat apa yang terpancar dari mata laki-laki itu. "Lo segitu perhatiannya sama Candy ya," lirihnya.

Azka mendelik. "Ya kali gua diam aja ngelihat cewek digituin. Cowok aja pasti juga bakal gua belain, apalagi cewek," ujar Azka.

Yumna tersenyum tipis. Jawaban Azka terdengar amat diplomatis, tidak mudah dibantah. "Gua nggak nyangka lo secare itu, padahal keliatan cuek banget," cetus Yumna.

"Makanya, don't judge a cover from it's book," balas Azka.

Yumna melotot. "Kebalik, Azka! Yang bener tuh, don't judge a book by it's cover," sanggah Yumna sembari tertawa.

Azka turut menimpali dengan tawa yang sama. "Iya, itu maksud gua," elaknya.

"Oh ya, HP lo disita juga nggak?" tanya Yumna, mulai mengalihkan topik.

"Mmmh." Azka mengangguk.

"Ribet dong entar, kan guru-guru di sekolah juga sering ngasih info tugas lewat pesan grup atau email," ucap Yumna.

Azka mengibaskan tangannya. "Itu mah gampang. Ntar gua bisa nanya ke Candy. Lagian lo kan tahu sendiri gua nggak pernah bikin tugas. Yang bikin kepala gua pusing tuh, gua nggak bisa ngegame. Huh." Azka terus berceloteh, sementara Yumna sudah mendadak bungkam semenjak laki-laki itu menyebut nama Candy.

"Lo dan Candy deket banget ya, Ka?" lirihnya Yumna beberapa menit kemudian, yang ia ucapkan dengan nada sehati-hati mungkin agar Azka tidak mendeteksi kecemburuan dari intonasi bicaranya.

Azka tampak mengernyitkan dahi dengan pertanyaan Yumna. "Lo bisa berpikir darimana gua deket sama Candy? Kan gua sama dia berantem terus tiap ketemu," elak Azka.

"Justru karena itu. Kalian saling berantem, tapi gua liat, diam-diam kalian saling care juga," balas Yumna.

Seutas senyum langsung terbit dari wajah laki-laki itu. Senyuman yang tidak ingin Yumna ketahui maknanya, namun sepertinya ia sudah terlanjur tahu.

Ucapan terakhir Yumna tidak mendapat balasan dari Azka, bahkan hingga mereka berdua sudah memasuki mall.

"Yang jual kamera sebelah sana, Yum!" Azka menunjuk sebuah tempat sambil melangkah menuju tempat itu. Mereka berdua pun langsung memasuki tempat tersebut.

Sementara itu, Candy diam-diam mengikuti mereka dari belakang. Hatinya kian terbakar melihat Azka dan Yumna memasuki mall bahkan saat mencari-cari kamera bersama.

"Kenapa dia malah ngajak Yumna buat nyari kamera. Seharusnya kan dia ngajak gua. Kan gua yang bilang kalau dia bakat jadi fotografer," batin Candy yang mengira bahwa Azka yang akan membeli kamera.

"Ehmm... Ehmm!"

Candy tersentak kaget. Dan ketika membalikkan badan, matanya kian terbelalak melihat Devano yang tahu-tahu sudah berdiri di belakangnya.

"Ka-kamu ngapain di sini?" ucapnya terbata.

Devano tersenyum. "Lagi ngikutin kamu yang juga lagi ngikutin Azka dan Yumna," jawab Devano.

Muka Candy langsung merah padam. Malu bukan main. "Siapa juga yang ngikutin mereka," bantahnya sambil meninggalkan tempat itu sebelum Azka dan Candy menyadari keberadaan mereka.

Devano mengejar Candy. "Candy!" panggilnya.

"Stop ngikutin gua, Devano!" hentak Candy sambil membalikkan badan.

"Kasih saya satu alasan kenapa saya harus berhenti ngikutin kamu," ucap Devano.

Candy mengernyitkan dahi. "Ya, karena gua nggak nyaman. Lo ngerti nggak sih?" balasnya beberapa menit berselang.

"Enggak," jawab Devano.

"Terserah." Candy mendengus sembari melanjutkan langkahnya.

Namun Devano terus mengejar langkah gadis itu. "Candy, saya sebenarnya nggak ngerti kenapa kamu jadi berubah gini ke saya," ujar Devano.

"Apanya yang berubah, sih?" sergah Candy.

"Kamu jadi menghindari saya, kamu jadi ketus ke saya. Salah saya apa, Candy?" tanya Devano.

Candy akhirnya menantang mata laki-laki itu. Ia menghela napas sebelum membuang kembali dengan sekali hentak. "Lo itu anak baru yang lagi diomongin cewek-cewek seisi sekolah. Dan lo tau, itu bikin gua nggak nyaman, karena gua harus nerima tatapan aneh dan rumor macam-macam dari mereka cuman karena lo bersikap baik ke gua," terang Candy.

"Itu artinya kamu nggak nyaman sama mereka, bukan sama saya," ucap Devano lagi.

Candy sampai mengusap dahi karena nyaris kehilangan akal untuk berdebat dengan laki-laki satu itu. "Gini deh, gua tanya sama lo, lo sebenarnya ngedeketin gua kayak gini maksudnya apa sih? Lo mau apa?" tantang Candy.

Devano tersenyum mendengar pertanyaan yang menurutnya terlalu berani. "Saya mau jadi pacar kamu, Candy," jawabnya tanpa berpikir dua kali.

Terang saja Candy terbelalak mendengar hal itu. Bagaimana mungkin Devano bisa mengatakan hal itu dengan ritme seringan itu? Apalagi mereka belum lama saling mengenal. Bagaimana mungkin Devano bisa mengambil keputusan begitu cepat?

"Gila...," desis Candy sembari bersiap untuk pergi kembali.

Namun Devano menahan tangan gadis itu, yang terpaksa membuat Candy kembali menatap matanya.

"Saya tahu, kamu pasti bingung kenapa saya tiba-tiba ngomong kayak gitu, padahal kita baru kenal. Saya sebenarnya juga tidak ingin mengutarakan hal itu terlalu cepat, tapi karena kamu sudah bertanya, maka saya tidak ingin membuang waktu," ucap Devano. "Saya juga nggak tahu kenapa, saat kita nggak sengaja berpapasan di kampus, trus kamu ngefollow sosial media saya, saya langsung ngerasa punya ketertarikan lebih ke kamu. Itulah pada akhirnya yang ngebuat saya berani datang ke rumah kamu dan ngajakin kamu nonton waktu itu," lanjut Devano.

Mata Candy masih terbelalak, dan kini gadis itu mulai tampak geleng-geleng kepala. "Devano, tanpa bermaksud menyinggung lo, gua harus tetap ngomong satu hal ini. Lo tau, yang ngefollow akun sosial media lo waktu itu bukan gua, tapi Bianka," terang Candy.

"Saya nggak peduli, Candy. Saya sukanya sama kamu, bukan Bianka atau yang lainnya," tandas Devano.

Candy benar-benar dibuat ternganga untuk yang kesekian kalinya. Bagaimana mungkin laki-laki itu bisa mengutarakan perasaannya dengan selugas itu? Seenteng itu? Candy menggeleng kecil. Tidak. Laki-laki itu pasti hanya bercanda.

Di saat yang bersamaan, Azka dan Yumna yang baru selesai membeli kamera heran melihat Candy dan Devano yang juga ada di tempat itu. Tak hanya Candy yang kaget melihat wajah Yumna, Yumna pun juga kaget begitu matanya bertatapan dengan Candy. Sementara Azka dan Devano kembali saling menatap sinis.

Azka menatap tajam pada tangan Devano yang melingkar di pergelangan tangan Candy. Menyadari hal itu, Candy langsung melepaskan tangannya dari cengkraman jemari Devano.

"Hai! Wah, kebetulan banget ketemu di sini. Kalian ngapain?" Candy berpura-pura menyapa dengan sumringah agar Azka dan Yumna tidak curiga bahwa ia telah mengikuti mereka dari tadi.