Fida masuk kedalam kamarnya dan memanggil Raju dengan suara yang sangat keras.
"Bang Raju!"
Raju yang masih berada di bawah alam sadar terkejut dengan teriakan isterinya.
"Apa sih Kamu ini pagi-pagi udah berteriak kayak orang kesurupan?"bentak Raju.
Fida yang sedang di kuasai rasa marah langsung memukul dada bidang Raju.
"Jahat Kamu Bang. Siapa wanita yang Kau pacari selama ini?"
"Jadi Kamu sudah tau?"
Raju menjawab pertanyaan Fida dengan santainya, dia meninggalkan Fida di kamar yang mengamuk menghancurkan semua bingkai foto pernikahan mereka.
Setelah lima belas menit Fida menangis dan marah-marah, dia menemui Raju yang sedang makan di ruang makan.
"Bang. Apa salah Aku? hingga Kau tega hianatin cinta Aku?"ucap Fida.
"Tanyakan pada dirimu Fida? Kenapa Kau hadir diantara Aku dan Faiza? gara-gara ulah Kau, Aku harus menghianati cinta Faiza,"
Raju menunjuk ke wajah Faiza, Dia meluapkan kemarahannya pada Fida.
Rasa sayang yang sudah dia pupuk untuk isterinya hilanglah sudah dalam sekejap.
"Bang. bukankah kejadian itu sudah lama sekali? Aku kan sudah minta maaf, apalagi Suffi hadir diantara kita. Tapi kenapa Kau masih berhubungan dengan gadis itu Bang?" tanya Fida. Dia mengira Raju selama ini tulus mencintainya, rupanya hanya pura-pura sahaja.
"Aku emang masih berhubungan dengan dia, dan perlu Kau tau jika pulang dari sini Aku akan menikah dengannya," jawab Raju.
Fida sangat kecewa dengan keputusan yang diambil oleh Raju.
"Kau kenapa jahat sekali hatimu Bang? Apakah Kau tidak sadar dengan menikahi Faiza Aku akan terluka? apa tidak ada sedikit rasa kasihan padaku Ibu dari anakmu?"cecar Fida.
Raju menarik nafas dalam-dalam dia mendekati Fida dan memeluknya.
"Aku menyayangi Fida, tapi hatiku hanya untuk Faiza. Aku mohon pengertian Kamu, terimalah dia sebagai adik madu untuk dirimu,"bujuk Raju.
Fida menangis tersedu-sedu dalam dekapan suaminya.
Dia pun berpikir untuk apa pun menolak permintaan Raju, toh selama ini mereka bertahan karena Suffi, anak semata wayangnya.
"Baiklah Bang. Akan aku penuhi permintaan Kau, dan Aku pastikan gadis itu menderita karena berani merebutmu dariku," batin Fida.
Dia melepaskan dirinya dari dekapan Raju, dan pergi meneruskan pekerjaannya yang tertunda.
Sementara itu Raju masuk ke kamarnya dan mulai mandi karena dia akan berangkat kerja.
"Aku pergi dulu ya? hati-hatidi rumah, jangan Kau melalak kemana-mana. sadar dikit sudah punya anak dan suami," pamit Raju.
Fida hanya melihat sekilas ke arah suaminya.
Kemudian Raju mendekati Suffi yang sedang menonton televisi, dia mencium kening bocah berusia tiga tahun lebih itu.
"Seandainya dirimu tidak ada, mukin Aku tidak akan melanjutkan pernikahan ini Nak. Lelah hatiku memeluk rindu pada Faiza,"bisik hati Raju.
Dia mengambil kunci mobilnya dan langsung pergi menuju ke tempat kerjanya.
Kehidupan Raju di malaysia sangatlah mewah, karena dia di percayakan mengelola sebuah kedai yang cukup besar. Pemilik kedai tersebut seorang etnis keturunan cina. Gaji yang di berikan pada Raju sangatlah banyak, apalagi dia seorang pekerja keras. Maka dari itu dia selalu rutin mengirim uang untuk Faiza dan juga Ibunya di kampung.
Di tempat lain Faiza sedang membereskan laporannya, semua berkas sudah dia siapkan.
"Alhamdulillah akhirnya siap juga berkas yang di butuhkan, Aku akan segera kirim hari ini ke Banda Aceh." gumam Faiza.
Dia tidak menyadari jika Rijal sedang memperhatikan dirinya.
"Hai. Apa ada yang bisa Aku bantu?"tanyanya mendekati Faiza.
""Hai juga. Aku lagi bingung mau ngirim berkas ke kantor pusat, soalnya ngga ada yang bisa diajak ke kantor pos. Kamu mau ngga temani aku?"
Bagai mendapatkan durian runtuh Rijal langsung menyetujui permintaan Faiza.
"Mau banget, yuk kita pergi sekarang!"ajak Rijal.
Seyum terukir di wajah cantik Faiza mendengar Rijal mau menemaninya. Tidak ingin membuang waktu Rijal dia segera mengambil beberapa berkas dan memasukkannya ke dalam kantong plastik. Rijal membantu Faiza membawa sebuah berkas.
Keduanya pun berjalan beriringan membuat beberapa karyawan yang lain tersenyum.
"Pak Rijal mau bawa kemana Ibu bendahara kami? tolong jaga baik-baik ya?"canda salah satu rekan kerja Rijal.
"Tenang aja kalian. Faiza aman dengan Aku ngga akan hilang,"seloroh Rijal.
Faiza hanya tersenyum menanggapi lelucon teman-temannya.
"Untung aja nggak ada Yanti. pasti heboh jika Aku keluar dengan Pak Rijal."batin Faiza.
Dia pun melangkah secepatnya agar sahabatnya tidak melihatnya pergi dengan Rijal.
Mereka langsung pergi dengan menggunakan mobil Rijal. Hanya butuh waktu dua puluh menit mereka sudah tiba di pusat kota.
Faiza segera turun dari mobil dan mengucapkan banyak terimakasih pada Rijal karena telah membantunya. Rijal mengikuti Faiza menuju ke dalam kantor pos.
"Bang. Makasih banyak udah mau antar Aku, jika tidak ada Abang mesti naek ojek Aku, haha."kata Faiza seraya tertawa menampakkan deretan giginya putih.
"Biasa aja Faiza. Nanti jika Kamu mau kemana-mana Aku akan antar Kamu. Tapi ada syaratnya,"ujar Rijal.
"Hah syarat? Apa?"
"Gaji Kamu satu bulan buat Aku, Hahah."
Faiza menggelengkan kepalanya mendengat gurauan Rijal.
Dia memberikan berkasnya pada petugas dan memberikan uang untuk jasa pengiriman berkas miliknya.
"Pak. Ini dokumen saya apa bisa sampai di tempat nanti sore?"tanya Faiza.
"Insya Allah bisa Dek, hanya saja biayanya sedikit mahal dari yang biasanya,"jawab petugas.
"Nggak apa-apa Pak, saya akan bayar berapa pun. Karena dokumen ini harus segera sampai tepat waktu,"kata Faiza.
Kemudian petugas kantor pos menyebutkan nominal uang yang mesti dibayar Faiza.
Selesai membayar uang pada petugas, Faiza mengajak Rijal menuju ke toko buku.
"Bang kita mampir ke toko buku sebentar bisa?"tanya Faiza.
"Boleh saja, untuk Tuan Putri yang cantik dan imut ini apa sih yang tidak,"jawab Rijal melancarkan jurus godaan mautnya.
Faiza tersenyum mendengar perkataan Rijal yang menyanjung dirinya. Namun segera dia tepis secepat kilat.
"Faiza. Ingat ada hati yang mesti Kamu jaga,"batin Faiza.
Dia segera masuk ke dalam mobil Rijal, keduanya pun pergi ke sebuah toko buku yang biasa Faiza datangi.
Faiza segera turun lalu dia membeli semua perlengkapan di dalam ruangannya yang sudah habis. Dari kertas hvs, tinta print dan juga beberapa lusin buku dan balpoin.
Pegawai toko menjumlahkan semua belanjaan Faiza.
"Kak Faiza. Dua juta tiga ratus empat pulu ribu total semuanya,"ucap pegawai toko yang sudah mengenal Faiza.
Faiza mengambil uang di dalam dompetnya dan menyerahkan pada pegawai toko.
Rijal dan salah satu pegawai membawa barang ke dalam mobil.
"Terimakasih banyak, Mana kwitasinya dek?"
"Ini Kak. sama-sama,"
Faiza keluar dari toko buku itu menuju ke mobil,Dia mengajak Rijal ke sebuah kafe untuk mereka makan.
"Bang. Kita ke kafe wow ya? ada menu baru kata teman-teman sih enak ,"ajak Faiza.
"Siap komandan,"
Faiza hanya bisa tersenyum melihat tingkah Rijal yang menurutnya sangat lucu.
Beberapa saat kemudian mereka pun telah tiba di Kafe Wow.
Banyak anak muda yang duduk nongkrong, membuat Faiza agak sedikit risih.
Mereka pun memesan makanan special di cafe tersebut yaitu Dinsum kepiting.
Ketika mereka sedang berbincang ponsel Faiza berdering.
"Assalamualaikum Bang Raju. Ada apa?"tanya Faiza.
"Waalaikumsalam, Aku rindu dengan Kamu. lagi dimana?"
"Aku lagi di kafe dengan Bang Rijal. teman kantor Aku,"
"Apa? Kamu lagi dengan laki-laki?"teriak Raju di ujung telpon.