Haikal mendekati Lela lalu membisikan sebuah ide padanya.
"Sebarkan fitnah pada Pak Rijal jika Faiza bukan gadis yang baik, dia bisa menjadi finance karena merayu Pak Herman,"
Senyum licik terukir di wajah cantik Lela.
"Nanti sore Aku akan pura-pura ban motor bocor, lalu Aku akan minta di antarkan Pak Rijal. Bagaimana?"
Haikal mengganggukkan kepalanya tanda menyetujui ide Lela.
"Jika Kamu jadian dengan Pak Rijal traktir Aku ya?"ujar Haikal.
"Pastilah. Yuk kita kerja lagi, katanya akan ada rapat nanti sore,"
Keduanya pun melanjutkan pekerjaan mereka.
Sementara itu Faiza terkejut dengan begitu banyak panggilan telpon dari Raju.
"Kenapa ya? Bang Raju telpon Aku?"gumam Faiza.
Lantas dia menelpon balik Raju, namun tidak ada jawabannya.
Tut...
Tut...
Tut...
Dia meletakkan kembali ponselnya lalu kembali mengerjakan laporannya di laptop.
Hingga beberapa menit kemudian terdengar suara ponselnya berdering.
Ternyata Raju yang menelponya, Faiza segera mengangkatnya.
"Bang. Maaf tadi Aku makan siang, nggak bawa ponsel. Ada apa?"tanyanya.
"Ya tidak apa-apa, Sayang. Benarkah kamu akan di jodohkan?"
"Kata siapa Bang?"
"Ibuku yang memberitahu tadi, Faiza Abang mohon tunggu Abang pulang ya? Kita langsung menikah. Mahar sudah Abang kumpulkan,"
"Cepatlah pulang Bang. Jika tidak Aku akan di jodohkan oleh kedua orang tuaku,"
Raju terus memohon pada Faiza, agar jangan menerima perjodohan itu. Dia mengatakan akan pulang dalam bulan ini.
"Pokoknya Abang harus pulang dalam bulan ini, jika tidak hubungan kita mesti berakhir,"
"Ia Sayang, Abang akan pulang dalam bulan ini. Tolong kasih tau orang tua Kamu ya?"
Kemudian mereka pun bercerita dan bercanda untuk saling melepas rindu.
Senyum bahagia terlihat di wajah Faiza setelah mendengar kecemasan hati sang kekasih.
Dia tidak menyadari sepasang mata memerah melihatnya tertawa-tawa.
"Andai lelaki itu ada di sini, Aku pastikan nyawanya melayang di tanganku. Faiza hanya milikku, tidak boleh milik orang lain."
Rijal berbicara sendiri. Lantas dia segera meninggalkan ruangan Faiza, dia kembali ke ruangan Herman dan meluapkan kemarahannya pada sahabatnya itu.
"Herman. Tolonglah cari tau siapa kekasih Faiza. Aku ingin mereka segera putus,"
Herman tak menyangka jika Rijal ternyata benar-benar telah jatuh cinta pada Faiza.
"Nanti Aku akan tanyakan pada Yanti. Kamu tenang saja!"ucapnya.
"Aku maunya sekarang Herman, jangan ada jarak lagi antara Aku dan Faiza. Please!"
Rijal menangkupkan kedua tanganya di hadapan Herman.
"Aku sakit hati dan marah, tadi Ku liat Faiza sedang berbicara dengan kekasihnya. Jika lelaki itu serius dengan Faiza, kenapa dia tidak segera pulang untuk menikahinya,"
Herman melihat gelagat putus asa pada Rijal menjadi kasihan. Dia pun menelpon Yanti agar ke ruangannya.
"Yan. Ke ruangan Saya sebentar ya? Sekarang ya? Jangan pakek lama,"perintah Herman.
"Ya Pak Herman. Saya jalan dulu,nggak bisa langsung tiba ke sana,"
"Aku maunya Kamu berlari jangan jalan, bisa nggak?"
"Saya nggak bisa lari Pak, saya terjatuh barusan,"
"Apa? Kamu jatuh? Di mana? Aku ke ruangan Kamu aja,"
Herman menutup ponselnya dan meninggalkan Rijal yang bengong dengan sikap Herman.
"Kenapa Herman seperti khawatir ya? Apa dia menyukai Yanti?"
Senyum jahil terukir di wajah tampan Rijal.
Sementara itu Yanti tertawa terpingkal-pikal, karena sudah mengerjain Herman.
"Hahaa..haha. Enak banget suruh orang cepat-cepat, apa nggak mikir. Emang Aku punya sayap, bisa langsung terbang."
Yanti pun berpura-pura kesakitan, dia duduk mengelus kakinya.
Herman pun tiba di ruangan Yanti, dia melihat Yanti yang sedang kesakitan.
"Yan. Kok bisa jatuh sih? Ceroboh amat,"ucap Herman. Dia melihat ke arah kaki Yanti.
"Kalau mau marah-marah pergi sana bukannya tanyain mana yang sakit,"sungut Yanti.
Herman lantas mendekati Yanti dan mencoba untuk menyentuh kaki Yanti, namun segera di tepis tangannya.
"Apa sih, mau pegang kaki Aku. Emang kenapa Bapak mau saya segera ke ruangan Bapak?"
Yanti mulai berbicara formal pada Herman.
"Kita bicara di ruangan Aku aja ya? Sini Aku bantu pegang Kamu,"kata Herman.
"Nggak usah, Aku bisa jalan sendiri. Bukan muhrim,"tolak Yanti.
Kemudian dia berpura-pura berjalan pelan-pelan. Herman mengawasi Yanti dari belakang. Dia khawatir jika Yanti akan terjatuh.
Namun alangkah terkejutnya ketika Yanti langsung berlari meninggalkannya menuju ke ruangannya.
Herman pun mengejarnya, namun Yanti berhasil lari dan berdiri di belakang Rijal.
"Awas Kamu Yan. Sini Kamu, buat Aku khawatir aja,"
"Salah Kamu sih, masak Aku harus cepat-cepat ke ruagan Kamu. Padahal Aku masih ada kerja,"
Rijal pun menengahi pertengkaran mereka berdua.
"Yan. Maafkan Herman. Duduklah ada yang ingin kami bicarakan dengan Kamu."ujar Rijal.
Melihat keseriusan di mata Rijal, Yanti pun menuruti perkataan Rijal.
"Ada apa? Jangan lama-lama, Aku masih ada pekerjaan,"ucapnya.
Herman memperhatikan Yanti, ada desir aneh di hatinya ketika melihat Yanti.
"Yan. Aku mau minta tolong. Apa kamu kenal siapa pacar Faiza?"tanya Rijal.
"Nggak, kenapa? Jangan bilang Bapak jatuh cinta sama Faiza,"balas Yanti.
"Benar Yan. Aku suka sama Faiza, hanya saja terlalu sulit untuk mendapatkan hatinya. Apakah Kamu mau membantu Aku?"
Yanti berpikir sesaat dan menerima permintaan Rijal.
T"Baiklah, tapi ada syaratnya!"ucap Yanti.
"Apa? Semua akan Aku lakukan,"kata Rijal.
"Jika Faiza jadian dengan Bapak, maka satu bulan, Anda harus membayar makan siang Saya. Bagaimana?"tanya Yanti. Senyum manis terukir di wajah cantiknya.
Herman yang memperhatikan Yanti pun ikut tersenyum.
"Kalian berdua kayaknya berjodoh, masak Kalian semua maunya Aku traktir makan, hahhaa..oce. deal!"
Rijal menjabat tangan Yanti, tapi langsung di lepas oleh Herman.
"Jangan lama-lama,bukan muhrim!"kata Herman.
Rijal tersenyum jahil akan tingkah sahabatnya itu.
"Alah Kau Her. Jika suka dengan Yanti. Bilang teros, sebelum di ambek orang lain,"ucap Rijal.
Herman kalang kabut mendengar perkataan Rijal, namun dia segera menguasai dirinya.
"Suka sama dia? Jika udah nggak ada cewek lagi di dunia ini mukin Aku akan suka sama dia,"sungut Herman.
Yanti sangat kesal mendengar kata yang keluar dari mulut Herman.
"AkuĀ sumpahin Kamu jatuh cinta ke Aku, nanti jangan harap Aku akan mau,"
Yanti langsung keluar dan menutup pintu dengan sangat keras.
Braaakkk!
Lantas dia langsung ke ruangan Faiza.
"Hiks...hiks.."
Yanti menangis dan langsung memeluk sahabatnya itu. Faiza sangat kaget melihat Yanti menangis.
"Yan. Kenapa Kamu? Siapa yang buat Kamu menangis?"tanyanya.
"Herman Faiza, hiks..hiks"
Kemudian Yanti menceritakan semua yang di katakan oleh Herman untuk dirinya.
"Kurang asam si Herman itu, Aku pastikan dia akan jatuh cinta sama Kamu Yan. Jika dia mengatakan cinta pada Kamu, langsung tolak ya?"ucap Faiza.
Yanti pun duduk di samping Faiza dan menanyakan bagaimana caranya membuat Herman jatuh cinta padanya.
"Mana mukin Pak Herman akan jatuh cinta padaku Faiza,"kata Yanti.
"Kamu tenang saja, Kamu hanya perlu mengikuti apa yang Aku katakan,"
Setelah berkata demikian Faiza mengambil ponselnya dan menelpon seseorang.