Faiza mengambil ponselnya dan menelpon seseorang.
"Bang Faisal. Apa sore ini ada kerjaan?"
"Nggak Faiza. Ada apa?"
"Aku mau Abang antar sahabat Aku, Yanti namanya. Dia nggak bawa honda dan Aku masih meeting di kantor,"
"Boleh, Yanti teman Kamu yang cantik dan tomboy itu kan? Yang jago bela diri?"
"Ia Bang. Dia yang Aku maksud, jemput ya? Jam empat sore,"
"Siap Bos,"
Kemudian Faiza mematikan ponselnya dan tersenyum memandang Yanti.
"Nanti sore akan ada kejutan buat Herman, Kamu tenang saja Yan. Siapa yang menyakiti Kamu. Aku yang buat dia menangis,"ucap Faiza.
Keduanya kembali berpelukan lantas Yanti kembali ke ruangannya.
Sementara itu di ruangan Herman, Nampak Rijal memarahi temannya itu.
"Kamu kenapa sih Herman? Bicara asal aja, Aku tau Kamu padahal suka dengan Yanti kan? Kenapa sih nggak jujur aja sama dia?"kata Rijal.
"Mana ada Aku suka sama Yanti, gadis jadi jadian kayak dia," ujar Herman.
Dia malu mengakui jika dia sudah jatuh hati pada pesonan Yanti.
"Oke. Jika nanti ada yang suka dengan dia, jangan minta bantuan Aku untuk mendekatkan dia dan Kamu," Rijal berkata pada Herman dengan sangat kesal.
Mana ada yang berani dekatin Yanti di kantor ini, pasti Aku pindahin ke kantor cabang. Herman membatin dalam hatinya.
Rijal meninggalkan ruangan Herman dengan wajah yang sangat kesal.
"Jika Herman jadian dengan Yanti. Kan Aku mudah dekatin Faiza, gimana sih Herman,"sungut Rijal.
Dia menuju ke ruangan Faiza namun tiba-tiba langkahnya berhenti karena Lela menghadang jalannya.
"Pak Rijal, apa bisa kita bicara sebentar?"tanya Lela. Dia tersenyum sangat manis dan mengelipkan mata genitnya.
Rijal merasakan gelagat yang aneh dari gadis di hadapannya.
"Ya boleh saja, bisa kita ke ruangan Herman?"ajak Rijal.
Lela kaget mendengar ajakan Rijal ke ruangan Herman.
"Duh gimana ini, Aku kan mau bicara berdua aja dengan dia,"batin Lela.
Rijal melihat Lela yang termenung menegur Lela.
"Bagaimana apa bisa?"tanyanya lagi.
"Sebenarnya saya hanya ingin bicara berdua saja dengan Bapak, ini masalah Faiza,"jawab Lela.
Rijal yang mendengar nama Faiza langsung tersenyum.
"Baiklah, bagaimana jika nanti sore pulang kerja. Kita ketemu di kantin?"
"Bisa sekali Pak!"
Lela langsung pergi dari hadapan Rijal dengan hati yang gembira.
"Aku akan membuat Kamu di benci oleh Pak Rijal Faiza. gadis yang sok cantik,"gumam Lela.
Senyum jahat terukir di wajahnya, dia masuk ke ruangannya dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
Sementara itu di malaysia, di tempat Raju bekerjaa. Dia sedang berpikir keras bagaimana cara agar bisa segera pulang ke kampungnya.
"Fan. Apa alasan yang masuk akal agar Bos mengizinkan Aku cuti ya?"tanyanya pada teman karibnya.
"Aku nggak Raju, emang kenapa sih Kamu ngotot pulang kampung?"
Irfan duduk di samping Raju, mereka sedang bersantai karena tidak ada pelanggan yang datang.
"Faiza akan di lamar orang lain, Aku nggak rela. Tadi Aku sudah bicara dengannya jika Aku akan pulang dalam bulan ini,"
Nampak wajah lelah Raju membayangkan kekasih yang dia cintai menikah dengan orang lain.
"Kamu apa sudah siap jika Faiza tau kamu sudah menikah?"
Pertanyaan Irfan membuat Raju merasa khawatir.
"Aku nggak siap kehilangan Faiza. Apa Aku pulangkan Fida pada orang tuanya saja Fan?"tanya Raju.
"Gila Kamu Raju, apa kamu nggak kasian sama Suffi. Dia masih terlalu kecil untuk menerima kenyataan bahwa ayah dan mamanya berpisah,"jawab Irfan. Pemuda itu tidak habis pikir dengan Raju, yang bisa butakan oleh cinta.
Raju membenarkan apa yang Irfan katakan, Dia juga tidak rela jika Suffi putra semata wayangnya terluka batinnya.
"Aku katakan saja sama Ibuku dulu gimana Fan? Setelah itu Aku akan minta Fida berpura-pura menjadi isteri sahabat Aku,"kata Raju lagi.
"Ya Raju. Insaflah lepaskan Faiza. Dengarkan apa yang Aku katakan, takutnya Kau akan kehilangan semuanya,"
Irfan kembali menasehati Raju, dia tidak ingin nantinya Raju menyesal.
"Fan. Aku mencintai Faiza. Aku nggak rela siapapun memiliki dia. Aku akan segera menemui Bos, dan minta izin cuti akhir bulan ini,"
Raju tetap tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu.
Tak lama mereka berbicara kembali berdatangan para pembeli. Keduanya pun sibuk melayani pelanggan, hingga mereka berdua kelelahan.
Irfan mengambil sebotol air mineral, dan meneguknya hingga habis.
Raju ikut mengambil air di dalam lemari es.
Keduanya duduk kembali setelah semua pelanggan pergi.
"Raju. Kamu nggak usah cuti aja, ini ada Kamu kita kewalahan melayani pembeli,"ucap Irfan.
"Mana bisa Fan. Nanti Faiza keburu nikah dengan orang lain. Bagaimana jika Aku cari pengganti Aku untuk sementara,"usul Raju.
"Ide bagus Raju. Segera Kamu cari pengganti Kamu, Bos pasti akan memberi izin cuti buat Kamu. Apalagi sudah tiga tahun Kamu nggak pulang ke kampung,"ujar Irfan.
Raju tersenyum bahagia, dia kemudian mengambil ponselnya dan menelpon seseorang.
"Basri. Tiban droneuh pu kana but?(bagaimana apa sudah ada pekerjaan)"
Raju berbicara dengan bahasa Aceh.
"Galom na. Neumita inan siat. Long perle that but jino.(belum ada, tolong carikan sebentar)"
Setelah berbincang beberapa saat dengan temannya Raju kembali berbicara dengan Irfan.
"Fan. Ada teman Aku, Basri namanya. Dia lagi cari kerjaan. Nanti Aku langsung bicara dengan Bos,"kata Raju.
"Ia Raju. Kita beres-beres yuk? Sudah mau asar nih. Bentar lagi Bos pasti datang,"ajak Irfan.
Keduanya pun mulai memasukkan barang-barang yang berada di luar kedai ke dalam. Keduanya pun menghitung uang yang ada di laci. Kemudian memisahkan uang kertas dan uang receh.
Hingga datang seorang lelaki yang berusia sekitar empat puluh tahun.
"Irfan, Raju. Bagaimana jualan hari ini lancar ke?"
"Eh Bos. Lancar sangat. Nih udah kita orang kira,"
Lelaki yang di panggil Bos itu tersenyum ke arah kedua anak buahnya.
"Oke. Thank you. Kamu orang berdua telah banyak membantu saya,"
Lantas dia mengambil beberapa uang ratusan Ringgit Malaysia dan menyerahkan pada Irfan dan Raju.
"Ini bonus buat kamu orang,"ucapnya.
Irfan dan Raju langsung menerima pemberian dari bosnya.
"Ah kong, Saya nak ambek cuti boleh ke?"ucap Raju hati-hati.
"Nak apa cuti? Dah boring kerja kat saya ke?"tanyanya.
"Bukan, saya nak tengok ibu kat kampung,"
Setelah berpikir sesaat lelaki itu pun mengizinkan Raju cuti. Namun mesti akhir bulan.
Raju pun merasa senang, dia dan Irfan minta izin untuk pulang ke rumah mereka.
Sementara itu di kantor Faiza, gadis cantik itu sedang bersiap-siap untuk pulang.
Yanti sudah menunggunya di depan pintu ruangannya.
Ketika mereka akan keluar terdengar keributan di luar kantor.
Bergegas keduanya berlari kecil menuju keluar. Nampak oleh mereka Herman sedang beradu mulut dengan seorang lelaki.
"Yanti akan pulang denganku, bukan dengan Kamu. Dia tidak boleh pulang dengan orang lain,"kata Herman.
Yanti yang berada di belakang Herman sangat terkejut mendengar perkataan Herman. Rasa amarah pun muncul membuatnya langsung mendekati Herman.
"Siapa Anda yang berhak mengatur saya dengan siapa saya akan pulang?"tanya Yanti dengan suara yang sangat tinggi.