Herman sangat kaget mendengar suara Yanti yang berteriak padanya.
Dia terdiam untuk beberapa saat, dan melihat ke arah Yanti.
"Yan. Maaf Aku nggak kenal lelaki ini. Makanya Aku larang dia ajak Kamu pulang, jangan marah-marahlah,"
Herman berusaha menghilangkan kegugupan hatinya. Dia takut jika nantinya Yanti akan pergi dengan lelaki di hadapannya itu.
"Pak Herman yang terhormat, Saya bukan siapa-siapa Anda. Kita hanya sebagai atasan dan bawahan. Tolong jangan atur dengan siapa saya mau pergi,"
Kata-kata tajam yang di ucapkan Yanti menusuk ke relung hatinya, ada rasa sakit dan teriris mendengar perkataan Yanti.
Faiza yang menyaksikan perdebatan Yanti dan Herman mendekati keduanya.
"Pak Herman, bukannya kita ada rapat? Biar Yanti pulang dengan sepupu Saya,"ucap Faiza.
Herman yang melihat kedatangan Faiza menatap tajam ke arah gadis cantik itu.
"Bang Faisal. Tolong antar Yanti ke rumahnya ya?"ucap Faiza pada lelaki tampan di hadapan Herman.
"Siap Dek, Kamu jangan telat pulang. Entar Umi Kamu marah lagi."jawab Faisal.
Yanti melangkah mengikuti langkah Faisal menuju ke mobilnya.
Keduanya pun langsung naik ke mobil dan Faisal membawa mobinya ke jalan raya menuju ke rumah Yanti.
"Faiza. Kamu kenapa suruh sepupu Kamu yang sok ganteng itu jemput Yanti?"tanya Herman. Dia sangat kesal dengan Faiza.
"Kenapa Kamu yang sewot sih Man? Selow aja. Kamu tadi bilang nggak akan suka dengan Yanti. Ngapain Kamu marah-marah dia pulang dengan Bang faisal?"
Faiza mengeluarkan uneg-uneg di dalam hatinya.
"Pak Herman, Yanti itu cantik. Bukan hanya anda saja yang menyukainya. Jadi sekarang pilihan ada sama anda. Segera katakan perasaan anda atau Yanti akan jadian dengan orang lain,"kata Faiza lagi.
Setelah berkata demikian Faiza segera meninggalkan Herman yang masih bengong sendirian.
Rijal yang melihat dari kejauhan perdebatan Herman dan Faiza tersenyum melihat kekhawatiran di wajah sahabatnya itu.
"Bagaimana Man? Itu Faiza udah kasih Kamu pilihan, Kamu jujur aja sama Yanti. Jika Kamu mencintainya,dari pada orang lain yang nembak duluan. Gigit jali loe Man,Haha..hahah."
Tawa Rijal pecah, membuat Herman semakin kesal. Batu yang ada di hadapannya pun jadi sasaran kemarahannya. Namun rasa sakit menjalar di kakinya.
"Ya Allah. Rasa saki kakiku ini tidak sebanding rasa perih di hatiku melihat Yanto pergi dengan orang lain,"lirih Herman.
Lantas dia berjalan ke ruangannya, di sana sudah menanti beberapa karyawan.
Herman mencoba bersikap profesional, masalah pribadi tidak boleh di campur dengan pekerjaan.
Dia pun memimpin rapat untuk memperkenalkan Rijal dan juga menyampaikan jika akan ada seorang staff baru yang akan bekerja di kantor mereka.
"Ini Pak Rijal, dia yang akan menangani bidang keuangan dengan Ibu Faiza. Semoga keduanya bisa bekerjasama dengan baik. Hingga program yang ada di kantor kita berjalan dengan lancar,"kata Herman.
Setelah sesi perkenalan Herman memberi waktu pada anak buahnya untuk menyampaikan keluh kesah mereka ketika bekerja di kantor atau pun di lapangan.
Hingga tidak terasa jam terus berjalan rapat pun berjalan dengan lancar.
Sementara itu Yanti dan Faisal ternyata tidak pulang, mereka makan bakso terlebih dahulu.
Faisal menepikan mobilnya di sebuah restoran ternama.
"Yuk turun. Kita makan bakso dulu ya? Kata Faiza kamu suka sekali dengan bakso,"kata Faisal.
"Ia Bang. Di sini mahal lho, kita ke tempat lain aja ya?"tolak Yanti.
"Yanti. Uang Abang nggak akan habis walaupun Kamu makan tiga mangkok, ayo buruan. Nanti magrib lagi,"
Yanti pun turun dari mobil mengikuti langkah Faisal.
Mereka duduk di meja nomor delapan, suasana restoran bernuasa bambu membuat udara begitu sejuk.
Faisal segera menulis pesanannya dan juga minumannya.
Dia juga menulis makanan d minuman untuk Yanti lantas dia menyerahkan pada pelayan restoran.
"Bang pesan apa? Emang tau Aku suka minuman apa?"tanya Yanti. Karena dia heran Faisal langsung menulis makanan untuknya tanpa menanyakan padanya.
"Aku tau semua yang Kamu suka Yan,"jawab Faisal seraya memandang wajah gadis cantik di hadapannya itu.
"Udah kayak dukun aja Abang ini, masak tau semua yang Aku suka. Aneh baget,"celutuk Yanti.
Keduanya pun bercanda ria, hingga Faisal meminta mereka berfoto berdua.
"Yan. Kita foto yuk?"ajak Faisal.
"Nggak Bang. Muka Aku jelek banget, belum mandi lagi."tolak Yanti.
Namun Faisal tidak kehilangan akal.
"Beneran nggak mau, nanti kita malam aja pulangnya ya?"ancam Faisal.
Akhirnya Yanti pun mau berfoto dengan Faisal.
"Cantik dan imut Kamu Yan. Liatlah!"
Faisal menunjukkan foto-foto mereka pada Yanti.
"Bang kirimlah ke Aku foto kita,"pinta Yanti.
"Nggak ada nomor Kamu Yan,"
Yanti kemudian menyebutkan nomor ponsel miliknya. Faisal lantas mengirim foto mereka.
Pesanan makanan yang di pesan Faisal pun tiba.
Mereka berdua pun makan dengan lahapnya.
Hingga waktu magrib pun hampir tiba.
"Bang. Pulang yuk? Aku bisa kena marah sama Ayah jika telat pulang, apalagi ini bukan dengan Faiza Aku pulangnya,"kata Yanti khawatir.
Faisal kemudian menuju ke kasir dan membayar pesanan mereka.
Lantas mereka menuju ke mobil, Faisal membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi.
"Bang Faisal. Emang tau rumah Aku?"tanya Yanti.
"Yan. Apa sih yang nggak Abang tau tentang Kamu, duduk yang tenang ya? Biar Abang fokus mengemudi."jawab Faisal.
Sementara itu di negeri jiran Malaysia. Raju dan Irfan sedang bersantai di sebuah cafe.
"Fan. Apa Kamu nggak ada rencana menikah?"tanya Raju.
"Aku belum ketemu cewek yang bisa membuat hatiku bergetar. Kamu carikanlah,"jawab Irfan.
"Ada sih teman baik Faiza, namanya Yanti. Cantik menurut Aku hanya saja dia tomboy. Mau nggak biar Aku tanya Faiza,"
"Nggak usah Raju, nanti Aku akan cari sendiri."
Ketika mereka berbincang seorang wanita berusia sekitar empat puluh tahun mendekati mereka.
"Hai. Apa kabar kalian? Bagaimana kerjaan kalian?"
"Baik Kak Mia, kakak kapan mau balek kampung?"tanya Irfan.
"Belum tau, mukin lebaran ini. Kenapa Fan? Kamu mau ikut ke kampung Kakak? Entar Aku kenalin dengan Adik Aku,"jawab Kak Mia.
"Kak. Irfan itu dia nggak normal. Mana mau dia dengan adik kakak, liat aja selama di sini nggak pernah lirik cewek. Atau jangan-jangan Kamu gay Fan?"kata Raju.
Kata yang keluar dari mulut Raju sontak membuat Kak Mia tertawa terpingkal-pingkal.
"Enak aja. Aku normal kok, Kak Aku mau kenalan dengan Adik Kakak. Apa ada fotonya?"kata Irfan. Lantas di bangun dan menjitak kepala Raju.
Kak Mia tersenyum melihat kelakuan dua lelaki di hadapannya.
"Fan. Ini Foto adik Kakak,"
Dia pun menunjukkan sebuah foto pada Irfan dan Raju. Dan sontak membuat Raju terkejut melihat foto gadis cantik di ponsel Kak Mia.