Seorang gadis cantik berdiri di depan pintu ruangan Faiza. Dia berjalan dengan anggun mendekati Rijal dan Faiza.
"Siapa Kamu?"tanya Faiza.
"Saya sekretaris baru di kantor ini, Saya Nurul,"jawab gadis itu.
Lantas dia menyalami Faiza yang masih terkejut dengan kehadiran Nurul.
"Aku Faiza. Finance di kantor ini,"
Rijal tidak memperdulikan kedatangan Nurul. Dia meneruskan sarapan paginya.
"Jal. Sombong banget sih Kau. Aku jauh-jauh pingin jumpa Kamu,"ucap Nurul.
Dia menyentuh bahu Rijal dan mengelayut manja di bahu Rijal.
"Pindah sana Nurul. Ini bukan Medan, jaga batasan Kau. Hilang selera makan Aku gara-gara Kau,"ucap Rijal.
Dia sangat kesal dengan sikap Nurul. Lantas dia segera meninggalkan ruangan tersebut.
"Sepertinya mereka ada masalah pribadi, aneh juga tuh cewek berani banget main peluk cowok. Untung aja nggak ada si Yanti,"gumam Faiza.
Sementara itu Rijal langsung ke ruangan Herman dan memarahi sahabatnya itu.
"Herman. Apa maksud Kamu Nurul menjadi sekretaris di kantor kita?"tanya Rijal.
Dia menjatuhkan bobot badannya di sofa.
"Aku nggak tau Jal. Itu kan urusan pengurus. Kemarin baru ada pemberitahuan lewat email jika ada sekretaris baru yang menggantikan Pak Juanda,"jawab Herman.
"Kenapa mesti Nurul? Kenapa sih Aku selalu di timpa sial? Ketemu gadis binal seperti dia?"lirih Rijal.
"Maksud Kamu?"
Rijal pun menceritakan sedikit tentang Nurul yang menyukainya dan menghalalkan segala cara untuk memiliki dirinya.
"Dia pernah memasukkan obat perangsang ke dalam minuman Aku. Untung aja ada yang memberitahukan padaku. Entahlah gimana nasib Aku jika nggak ada yang tolong saat itu,"
Herman menggelengkan kepalanya mendengar cerita Rijal.
Dia tidak menyangka gadis sepintar dan cantik seperti Nurul mempunyai sifat yang licik dan jahat.
"Rijal. Kamu mesti berhati-hati dengan dia, Aku takut dia buat ulah di kantor ini. Ini proposal kita yang akan Aku ajukan ke palang merah Amerika. Tolong Kamu periksa perincian dananya. Bisa Kamu minta tolong Faiza,"ujar Herman.
Dia memberikan sebuah berkas pada Rijal.
Setelah itu Rijal kembali ke ruangannya.
Namun kembali dia di hadang oleh Nurul.
"Bang Rijal. Kenapa sih Kamu selalu menghindari dari Aku? Apa yang kurang dariku?"tanya Nurul.
Dia semakin mendekatkan dirinya pada tubuh Rijal.
"Tolong jangan mendekat dengan Aku. Nanti kita bicara lagi. Ini kantor profesionallah sedikit. Masalah pribadi jangan di bawa-bawa,"
Rijal langsung meninggalkan Nurul yang tersenyum sendirian.
"Baiklah Bang Rijal. Aku akan ikuti kemauan Kamu,"gumam Nurul.
Lantas di menuju ke ruangan Herman untuk menanyakan tugasnya serta ruangannya.
"Permisi. Pak apa yang bisa saya kerjakan?"tanyanya ketika bertemu dengan Herman.
"Tolong kamu rekap semua data relawan yang ada kantor dan juga di kampus, filenya ada di ruangan sebelah. Itu ruangan Kamu,"jawab Herman singkat tanpa melihat ke arah wajah Nurul.
Nurul memperhatikan Herman dengan seksama. Ada kekaguman di hatinya melihat Herman berbicara.
Lantas dia segera ke ruangan yang di tunjukkan Herman.
"Pak Herman ganteng dan berwibawa juga. Nanti jika Bang Rijal nggak bisa Aku dapatkan dia boleh jadi cadangan,"gumam Nurul.
Dia mencari file yang di katakan oleh Herman. Kemudian dia menuju ke komputer yang sudah tersedia di sana.
Sementara itu Faiza sedang sibuk dengan laporannya. Hingga kedatangan Rijal membuatnya begitu kaget.
"Faiza yang cantik bin manis. Bisa tolong saya?"
Mendengar perkataan Rijal, gadis cantik itu tertawa terpingkal-pingkal.
"Haha..Aku emang sudah cantik dari lahir Pak. Kalau pun nggak di puji Aku tetap akan cantik. Haha,"
Keduanya pun tertawa bersama-sama. Faiza pun membantu Rijal memeriksa proposal yang akan mereka ajukan itu.
"Menurut saya, ini perlu di tambahkan uang tranport dan juga pulsa relawan di lapangan Pak. Kan kita bekerja di zaman modern semua pakai internet,"usul Faiza.
Setelah menimbang usul Faiza, Rijal pun menambahkan beberapa poin untuk kesejahteraan relawan di lapangan.
Waktu berjalan begitu cepat tidak terasa azan zuhur pun telah tiba.
Faiza meminta izin pada Rijal untuk solat.
"Pak. Saya permisi ya? Mau solat dl."pinta Faiza.
"Ia boleh. Saya juga akan solat sekalian dengan Herman. Boleh saya minta bantuan Kamu?"tanya Rijal.
"Boleh sekali Pak. Mau bantuan apa ya?"
"Tolong bantu doain buat saya semoga saya segera ketemu jodoh yang cantik dan baik seperti Kamu,"
Faiza tersenyum mendengar pujian dari Rijal. Ada desir aneh di dalam hatinya.
Lalu tanpa menjawab perkataan Rijal dia cepat-cepat menuju ke ruangan Yanti.
"Yan. Yuk kita solat? Jangan kerja teros. Nanti jodoh kamu jauh. Karena tunda-tunda solat,"kata Faiza.
Yanti yang masih dengan laporannya melempar sebuah buku kecil ke arah Faiza.
"Kamu jangan doain Aku yang tidak-tidak Faiza. Duluan aja, Aku save dulu laporan Aku,"sungut Yanti.
Faiza tetap menunggu sahabatnya itu selesai membuat laporan. Keduanya pun berjalan beriringan menuju ke musola di belakang kantor mereka.
"Yan. Kamu apa sudah ketemu sekretaris pengganti Pak Juanda?"tanya Faiza.
"Belum, emangnya dia sudah datang?"jawab Yanti.
"Tadi marah-marah dia di ruangan Aku. Karena dia liat Aku makan lontong dengan Pak Rijal,"kata Faiza.
"Cemburu kali dia dengan Kamu. Apalagi kan Pak Rijal itu ganteng banget, apa Kamu nggak tertarik dengan dia Faiza?"
"Ganteng lagi Bang Raju Yan. Aku ngak ingin membagi hati Aku, yuk cepat biar kita bisa solat jamaah,"
Keduanya pun berjalan dengan cepat menuju ke tempat wudhu.
Mereka solat berjamaah bersama dengan karyawan lainnya.
Nampak Rijal dan Herman keluar bersamaan dari mushola.
Herman memandang ke arah Yanti mata keduanya bertemu. Namun Yanti segera menundukkan kepalanya dan langsung menarik tangan Faiza untuk segera pergi.
"Cepat Faiza. Aku nggak mau bertemu dengan si Herman itu,"bisik Yanti.
Faiza yang memahami keadaan sahabatnya ikut berlari mengejar Yanti.
Rijal tersenyum melihat Faiza dan Yanti yang menjauhi mereka.
"Liat Herman. Itu akibat keegoisan Kamu. Yanti tidak mau lagi berbicara dengan Kamu. Jadi cowok mulut kamu pedes kayak cabe,"ejek Rijal.
Herman memukul bahu Rijal karena kesal.
"Iih Kau. Bukan bantuin Aku,malah ejek Aku lagi. Yuk makan Aku traktir,"
Rijal mengambil ponselnya dan memesan makanan online untuk mereka berempat.
"Aku sudah pesan makanan untuk kita, nanti kita makan sama-sama di ruangan Aku. Sekalian dengan Yanti,"kata Rijal.
Mereka segera menuju ke kantor untuk meneruskan pekerjaan mereka.
Herman masuk ke ruangannya dan Rijal ke ruangan keuangan.
Sekitar setengah jam, pesanan makanan pun telah tiba dan di antar ke ruangan.
Rijal langsung membayar uang kepada tukang ojol tersebut.
"Faiza. Yuk kita makan? Ajak Yanti sekalian ya?"kata Rijal.
Faiza mengambil ponselnya dan menghubungi Yanti.
Rijal juga menelpon Herman agar segera ke ruangnnya untuk makan siang.
Herman terlebih dahulu datang dari pada Yanti. Dia sengaja mengambil nasi untuknya dan Yanti. Agar mereka bisa duduk berdekatan.
"Faiza. Maaf Aku nggak bisa ikut makan di sini karena ada Dia,"ucap Yanti. Dia menunjuk ke arah Herman.