Chereads / Backstreet : Malaikat Penolong / Chapter 1 - Malaikat Penolong

Backstreet : Malaikat Penolong

Christal_Queen98
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 11.2k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Malaikat Penolong

Jari jemari seorang pemuda terus melanjutkan penguliran dan memerhatikan obrolan dalam group yang di buat dengan nama 'Pembenci Viola' Niatnya untuk keluar dari group batal karena hatinya berkata, "Jika aku keluar dari group, aku tidak bisa menjaganya."

Viola berangkat dengan semangat. Ia selalu menjadi orang pertama yang berada di kelas. Sosok pemuda itu berlari ingin segera sampai ke sekolah. Ia mengemudikan motor hitamnya.

"Kira-kira, langkah pertama apa?" Arumi meminta usulan dari teman-teman yang lain untuk melukai Viola. 

"Langkah pertama, kita buat dia terlambat datang ke sekolah. Terus, kita siram pake aer sembeer." Temen lain memiliki ide.

"Sinetron idup lu? Gak gitu juga kali. Kalau si Viola ngadu ke guru gimana? Kita juga yang kena marah." Arumi merasa bahwa ide-ide yang bermunculan sangatlah membuat Viola semakin menjadi murid kesayangan guru-guru dan kepala sekolah. 

"Ya, Gimana ya. Susah sih. Murid kesayangan," timpal yang lain. 

Dari awal pelajaran sampai dengan pelajaran berakhir, teman sekelas Viola tidak melakukan apa pun. Obrolan group mulai ramai merencanakan sesuatu ketika bel pulang berbunyi.

"Nyewa geng motor boleh kali tuh. Buat kakinya pincang aja!" Gusti memberikan ide. 

"Jangan gitu juga woy! Dia cewek kasian tau." Aldi memberikan pendapatnya. Namun, teman-teman yang lain menuduh jika Aldi memiliki perasaan kepada Viola. 

Mereka pun, sepakat mencelakai Viola di luar sekolah agar Viola tidak bisa mengadu kepada guru. Beberapa murid memerhatikan Viola dari kejauhan. Menunggu geng motor melukai Viola. 

"Naya gak masuk lagi. Harus pulang sendiri kan jadinya," lirih Viola. 

"Mau kemana cantik?" geng motor bermunculan membuat Viola ketakutan. Baru pertama kali, ia dikepung oleh gerombolan geng motor yang jahat. 

Lidahnya kelu, Viola hanya berusaha untuk lekas pergi dari ketakutan. Namun, para geng nakal itu semakin menakuti Viola dengan mengeluarkan pisau. 

"Kalau kalian mau uang, gue bisa kasih kok." Viola berupaya untuk mengeluarkan dompet. Namun, lengannya di cengkeram kuat oleh salah satu dari mereka.

"Uang? Kita gak butuh uang," ucap ketua geng dan semakin berani untuk melakukan hal yang kurang ajar. Mulutnya mulai mendekati bibir Viola. 

"Heh! Manusia sampah!" Penyelamat Viola datang dengan membuang tumpukan sampah ke arah ketua geng. Anak buah ketua geng bergerak melawan sosok pria misterius.

Pria itu melawan pukulan yang datang dari berbagai arah. Dengan mengenakan helm full face hitam wajahnya tidak terlihat. Ketua geng melepaskan Viola dengan kasar.

"Maju lo sini!" Pria itu menunjuk ke arah ketua geng setelah menaklukan seluruh anak buah. 

"Dia siapa?" batin Viola. 

"Siapa sih itu orang? ganggu aja." Beberapa murid mulai menyuarakan protes. Arumi juga terlihat sangat kesal. 

"Ampun!" lirih ketua geng dan menyuruh pasukannya mundur. 

Sosok pria itu memegang lengan Viola. Viola menepisnya dengan kasar. 

"Bubar, bubar!" Arumi membubarkan teman-temannya. 

"Jadi, gak mau bilang makasih nih?" Pria itu menambahkan, "Gue anter sampe lo pulang. Ayo! Geng motor semakin banyak kalo lo diem terus kaya gitu."

Viola memerhatikan ke segala arah dan menatap dengan tidak yakin. Pria itu mengatakan, "Lo mikir kalo gue orang jahat setelah gue nolong lo dari anak-anak geng motor?"

"Makasih, tapi lo siapa?" tanya Viola. Pria itu mengatakan, "Gue adalah orang yang udah nolong lo."

Viola pun, mau di antar sampai ke rumah oleh pria misterius yang telah menolongnya. Tidak ada percakapan di antara mereka ketika dalam perjalanan pulang. Viola masih merasa terkejut dengan apa yang telah menimpa dirinya. 

"Rumah gue yang cet ijo ya." ungkap Viola.

"Gue tau kok." jawab pria misterius.

Viola baru menyadari bahwa sosok itu sangat mengetahui rumahnya. Setelah Viola hampir sampai ke rumah. Padahal, rute dari sekolah menuju ke rumahnya sangat sulit dihapal oleh seorang pemula yang baru saja mengantarkan Viola pulang. 

"Lo kenal gue?" tanya Viola. Sosok itu hanya mengangguk. 

"Lo siapa?" Pria itu menjawab hal yang sama. Viola ingin jawaban yang lebih detail.

"Selain orang yang udah nolongin gue. Lo siapa sih?" 

"Udah sampe nih!" Sosok pria itu mengantarkan Viola dengan aman. 

"Apa? Gagal? Kok bisa?" Beberapa siswa dan siswi yang tidak menyaksikan apa yang terjadi begitu kecewa dengan hasilnya.

Viola turun dari motor. Memerhatikan pria itu tanpa mengatakan apa pun. Viola merasa apa yang dialaminya mungkin hanyalah mimpi. 

"Ngapain sih bengong kaya patung gitu. Masuk sana. Gue gak akan pulang ampe lu masuk duluan." tutur pria yang telah menyelamatkan Viola. 

Viola membalikkan tubuh. Sesekali dia berbalik menatap pria itu. Pria itu memberikan Viola kode untuk masuk ke dalam rumah. 

"Maaf Viola, gue rasa belum saatnya lo tau tentang perasaan gue." Pria itu bergumam.

"Terus lo baik-baik aja kan?" tanya Naya mencemaskan Viola. Viola tidak menceritakan hal yang dia alami kepada orang tuanya. Namun, malah kepada Naya sahabatnya. 

"Apa? Malaikat penolong?" Naya ingin mengetahui lagi tentang sosok pria yang telah menyelamatkan sahabatnya. 

"Iya. Tau gak sih. Dia nganterin gue ampe gerbang rumah. Terus dia bilang gini 'Gue gak bakalan pulang sebelum liat lo masuk ke rumah' sweet kan." 

"Tapi kan gue kan gak punya temen cowok." batin Viola.

"Aldi, tumben pulang telat?" Orang tua Aldi telah menunggu anaknya pulang.

"Mamah sama papah juga tumben nungguin Aldi pulang ada apa nih?"

"Eh, mungkin gak sih yang nolongin si Viola itu Aldi?" Anak perempuan bergunjing dalam perjalanan menuju ke rumah masing-masing.

"Hah? Aldi?" 

"Iya, dia kan sempet belain si Viola di group. Katanya gak bolehlah, keterlaluanlah. Mungkin kan."

"Kan sekarang kita harus datang ke acara ulang tahun sepupu kamu." Orang tua Aldi mengingatkan tentang acara ulang tahun. 

Aldi bergegas ke kamar untuk berganti pakaian. Ia memerhatikan koleksi helm full face miliknya yang tersusun rapi.

Viola tidak bisa fokus belajar. Ia memikirkan tentang pria misterius yang telah menolongnya. 

"Aaaaaaaa" Viola sampai menjerit untuk mengembalikan fokusnya. 

"Dia terlalu keren," gumam Viola sambil tersenyum membayangkan lagi kejadian yang dia alami.

"Ada apa sih?" Kakak Viola membuka pintu kamar adiknya. Mendapati Viola yang sedang senyum-senyum sendiri, kakak Viola melempar boneka ke arah Viola dan berkata, "Kesambet lu?"

"Ih, kakak ngapain sih di sini? Ganggu tau. Pergi sana." Tanpa kelembutan, Viola mengusir kakaknya. 

"Lu lagi jatuh cinta kan?" tebak kakak Viola. 

Viola tidak menjawab apa pun. Ia hanya mendorong kakaknya agar lekas pergi dari kamarnya. Viola mulai mengoceh sendirian lagi, "Fokus yu Viola. Bisa yuk bisa!"

"Kalau langkah pertama udah gagal, gue jadi males nih!" Oceh salah satu murid dalam group.