Chereads / Backstreet : Malaikat Penolong / Chapter 7 - Satu Tim

Chapter 7 - Satu Tim

"Gue gak akan nyerah," oceh Viola.

"Terus lo mau apa sekarang? Mau nanya sama yang punya tempat sewa?"

"Bagus tuh!"

Viola merasa jika Naya memberikan ide yang cemerlang. Ia lekas berlari menuju tempat pembayaran. Naya hanya menggeleng melihat kegigihan Viola.

"Gue takut lo ditipu La," gumam Naya.

"Pemilik tidak pernah mengunjungi tempat ini," kata salah seorang karyawan ketika Viola menanyakan tentang pemilik penyewaan motor.

"Maksud saya, bisakah saya bertemu dengan pengurusnya?"

"Saya dan beberapa karyawan yang mengurus tempat ini," jelas karyawan.

Viola menanyakan tentang nomor plat pada motor malaikat penolong. Karyawan mengatakan jika ada banyak orang yang menyewa motor dengan nomor plat yang dimaksud Viola.

"Tapi, ini sedikit berbeda. Ia tertutup dan selalu memakai helm untuk menutupi identitas."

"Jika bersangkutan dengan identitas, kami tidak bisa memberitahukannya."

Saat kembali ke sekolah, Viola terus dibayangi oleh rasa penasaran. Ia menyakini jika malaikat penolongnya adalah Aldi. Tetapi, Viola ingin memiliki bukti yang kuat.

"Masih aja kepikiran malaikat penolong. Mendingan ajarin gue aja," bisik Naya ketika melihat Viola melamun di dalam perpustakaan.

"Gue udah coba fokus. Tapi gak bisa!" lantang Viola.

"Maaf," ucap Viola ketika suaranya begitu keras. Padahal, di dalam perpustakaan tidak boleh berisik.

Arumi kembali membuka obrolan group. Hatinya tidak tenang melihat Viola baik-baik saja. Ia mengatakan akan melakukan sesuatu kepada Viola.

"Gue gak akan ikutan kali ini, setiap kali kita kerjain si Viola, pasti ada aja yang kena sial." Salah seorang murid perempuan keluar dari group.

"Jangan nyerah dong! Inget misi awal kenapa group ini bisa ada." Tira dan Arumi mencegah murid lain untuk ikut keluar dari group.

"Iya nih! Harus konsisten!" Arumi sedikit membujuk agar para penghuni group tidak keluar.

"Kita cari jalan lain! Itu si Dera kurang ajar banget sih! Pake keluar dari group segala!" Arumi meluapkan kekesalannya di dalam group.

Arumi mulai merancang rencana untuk membuat Viola terluka. Ia membahas segala sesuatunya dengan para siswa dan siswi di kelasnya.

"Pokonya gue udah pernah! Jangan gue lagi," ungkap Nanang dengan emoji senyum.

Apin pun meminta agar Arumi tidak menyuruhnya lagi. Mereka sangat takut jika kesialan malah berbalik arah. Kali ini, Arumi meminta murid perempuan untuk melakukannya.

"Kenapa harus nyuruh sih? Lo juga anggota group ini kan?"

Murid perempuan protes dengan Arumi. Mereka menganggap jika Arumi ingin terima beres dam tidak mau mengambil risiko lagi.

"Kalian kok protes? Gue juga udah pernah kali masukin rokok ke dalem tasnya si 'Kutu Buku' dan gue juga kena sial waktu itu."

Arumi amat kesal dengan para murid perempuan yang sulit di atur. Tira membalas keluh kesah dari para murid perempuan, "Kalian manja amat sih! Arumi juga pernah ngelakuin sesuatu ke si 'Kutu Buku' ya sekarang, gantian lah!"

Arumi melerai perkelahian online itu. Ia mencoba untuk mengalah dengan mengatakan akan melakukannya sendirian.

"Jangan sendirianlah. Bahaya!"

Tira tidak ingin Arumi mendapatkan kesialan lagi. Lain balasan dari Tira, para murid perempuan malah mendukung langkah Arumi.

"Gue gak mau lo kenapa-kenapa Rumi. Janganlah!" Gusti terlihat begitu mencemaskan Arumi.

"Woy! Ini bukan tempat buat pacaran!" Nanang mengatakannya untuk Arumi dan Gusti.

"Apaan sih Nang! Gusti kan cuman khawatir sama gue. Lagian kita gak ada hubungan yang istimewa tuh."

Arumi mengetiknya dengan senyum yang lebar. Isi hati dan apa yang diketik oleh Arumi tidak sejalan. Hatinya berkata, "Gusti manis banget sih."

"Gue jamin gak akan ada yang bisa bikin gue celaka lagi. Janji." Arumi membalas pesan Gusti yang begitu mengkhawatirkan dirinya.

"Jadi rencananya apa?" tanya Tira.

"Kurungan lagi?"

Tira kurang setuju dengan ide Arumi. Menurut Tira, Viola akan bisa lolos dari kurungan. Mengingat kejadian yang telah berlalu.

"Gue yakin kok kali ini bisa mulus rencana kita." Arumi begitu percaya diri.

"La, jangan terlalu mikirin malaikat penolong bisa gak?" pinta Naya. Ia khawatir jika semakin lama Viola menjadi gila.

"Enggak," balas Viola.

"La, terlalu percaya sama orang juga gak baik lagi." Naya memberikan Viola nasihat.

Bel masuk yang berbunyi, membuat kedua sahabat itu terpisah untuk sementara. Naya terus memperhatikan langkah Viola, sampai tak sengaja menabrak seorang pemuda.

"Maaf," ungkap Naya.

Terlihat jelas dari raut wajah pemuda itu, begitu menahan malu. Sambil menggaruk rambut belakang, ia menjawab, "Gak papa kok."

Pelajaran olahraga pun, berlangsung di luar kelas. Para murid memiliki kesempatan untuk memilih kelompok yang beranggotakan dua orang dalam permainan bulu tangkis.

"Gue udah ada pasangan," jawab Vira ketika Viola memintanya untuk menjadi teman satu timnya.

"Gus, lo mau kan satu tim sama gue?"

Dengan yakin, Arumi mengajak Gusti dalam permainan bulu tangkis. Tira melayangkan protes, "Terus, gue sama siapa Rumi?"

"Kan ada gue," ucap Nanang dari arah belakang Tira. Arumi sedikit mendorong tubuh Tira ke arah Nanang.

"Sana! Nanang udah nungguin."

"Iyaaa iyaaaa," balas Tira.

"Lo gak peka banget sih," tegur Nanang kepada Tira.

"Maksudnya apa sih?" tanya Tira.

"Mereka itu lagi PDKT tau," jawab Nanang.

"Tapi, Arumi bilang kan kalau Gusti bukan cowok yang dia suka," jelas Tira.

"Jadi orang jangan polos-polos amat Tir."

Para anak lelaki menjauhi Aldi. Begitu pula yang terjadi dengan Viola. Ia tidak memiliki murid perempuan yang bisa diajak untuk menjadi timnya.

"Kayanya, Aldi sendirian deh. Tapi kan, gengsi kalo gue yang ngajak duluan."

Ragu dan malu beradu satu ketika Viola mencoba untuk mengajak Aldi menjadi timnya. Tanpa mengajak atau menyapa lebih dulu, Aldi berdiri di samping Viola.

"Aldi kenapa gak sama gue aja sih?"

Para murid perempuan yang menyukai Aldi, mulai bergunjing tentang Aldi dan Viola yang menjadi satu tim.

"Harusnya lo tadi ambil aja ajakan si 'Kutu Buku' biar gue sama Aldi," celoteh Dera.

"Kalian sudah menentukan pasangan?" tanya Pak Riki guru olahraga.

"Sudaaaaah!" serempak para murid menjawab. Termasuk Aldi yang berada di samping Viola.

"Hah! Demi apa? Aldi jadiin gue timnya dia?" batin Viola.

Aldi menarik lengan Viola. Viola menatapnya lama. Sampai, Pak Riki meneriaki Viola, "Viola fokus!"

Viola langsung bergegas menuju sisi lapangan. Pikirannya buyar, apalagi ketika Aldi memegang lengannya. Padahal, Pak Riki telah memberitahu seluruh siswa dan siswi untuk berada di sisi lapangan terlebih dahulu.

"Nih!" Aldi menyodorkan air mineral kepada Viola.

"Gue punya kok," ujar Viola sambil menunjukkan botol minumnya.

"Kenapa dia minta nomor gue ya?" Naya memikirkan siswa yang tak sengaja dia tabrak.

"Bisa-bisanya pada berpasangan. Lah, gue!" keluh Apin.

Pertandingan bulu tangkis pun, segera dimulai. Viola masih tidak menyangka jika teman satu timnya adalah Aldi.