Chereads / Backstreet : Malaikat Penolong / Chapter 8 - Remedial

Chapter 8 - Remedial

Pasangan lawan telah ditentukan oleh Pak Riki. Kini, mereka bersiap untuk bertanding. Pasangan tim Arumi dan Gusti, melawan pasangan tim Aldi dan Viola.

"Arumiiiii! Arumiiiii!"

Tira menyemangati Arumi dan Gusti dalam melawan Aldi dan Viola. Para murid perempuan yang menyukai Aldi juga memberikan semangat.

"Ayo Aldi! Lo pasti bisaaaa!"

"Violaaa, kejar kok-nyaaaa!"

Pak Riki berteriak pada Viola yang lebih banyak diam dalam permainan bulu tangkis. Padahal, yang Pak Riki tahu, Viola adalah murid yang cerdas.

Akhir dalam permainan pun, telah terlihat hasilnya. Gusti dan Arumi adalah pemenangnya. Viola meminta maaf kepada Aldi yang begitu jelek dalam permainan.

"Maafin gue ya," tutur Viola.

"Kalah atau menang itu udah biasa lagi dalam permainan. Santai aja."

Setelah seluruh siswa dan siswi selesai bermain, Pak Riki menjelaskan jika kalah menang dalam permainan bukan penentuan hasil.

"Meskipun, kalian bermain dengan tim, bukan kerja sama tim yang Bapak lihat. Kalian akan mendapatkan nilai dari diri kalian masing-masing," jelas Pak Riki.

"Kutu buku, lu dipanggil Pak Riki tuh!" kata murid lain. Viola lekas menuju ke ruang guru.

"Kamu ada masalah?" tanya Pak Riki.

"Gak ada kok Pak,"

"Kalau ada masalah, bisa kamu curahkan ke guru BK ya."

Pak Riki khawatir jika Viola memiliki masalah. Terlihat jelas jika Viola begitu kehilangan fokus. Pak Riki juga mengatakan jika nilai praktik yang Viola dapatkan sangatlah rendah.

"Nilai kamu kurang sekali ini dari KKM. Jadi harus remedial."

"Baik, Pak. Saya akan mengikuti remedial."

Viola menghela napas ketika sampai di depan kelas. Ia menyesal karena terlalu memikirkan Aldi yang jelas-jelas ada di sampingnya.

"Apa? Remedial?" tanya Naya.

"Murid pinter kaya lu?" sambung Naya.

Viola mengangguk. Di hari minggu, Ia harus pergi ke sekolah untuk melakukan remedial. Naya khawatir jika Viola akan pergi sendirian lagi. Naya berniat untuk menemani sahabatnya itu.

"Jangan cemberut gitu dong. Mendingan kita pergi ke kantin."

"Tega banget sih mereka sama Viola. Cuman gara-gara Viola pinter doang, dia jadi bahan bully satu kelas," batin malaikat penolong.

"Woy! Di ke kantinlah. Ngapain cuman bengong kaya orang bego di sini?"

Teman Aldi dari kelas lain, masuk ke kelas Aldi dan mengajaknya ke kantin.

"Apa dia gugup ya ada di deket gue?" gumam malaikat penolong memikirkan kemungkinan yang terjadi.

"Hallo, apa benar ini dengan orang tua Viola?"

Pak Riki menelepon orang tua Viola untuk menanyakan kemungkinan masalah yang terjadi pada Viola.

"Iya, betul. Ini dengan siapa ya?"

"Saya guru olahraga Viola. Apa Viola memiliki masalah?"

"Masalah? Yang saya tau Viola tidak punya masalah apa pun. Memang kenapa ya Pak?"

Ibu Viola takut jika anaknya yang pintar itu membuat masalah di sekolah. Pertama kalinya, ibu Viola mendapatkan panggilan dan pertanyaan seperti itu,

"Viola kehilangan fokus saat bermain bulu tangkis. Seperti, banyak sesuatu yang dia pikirkan. Sehingga, harus melakukan remedial."

Ibu Viola menghela napas lega. Ternyata bukan sesuatu yang menyeramkan. Ibu Viola menjawab, "Mungkin, Viola terlalu lelah karena terlalu banyak menghafal materi."

"Baik Ibu, terima kasih untuk waktunya."

"Saya yang seharusnya berterima kasih karena Bapak telah memerhatikan Viola."

Percakapan pun usai. Tentang remedial yang terjadi pada Viola, mulai menyebar. Banyak murid dari kelas lain yang tidak menyangka.

"Gue bilang juga apa, jangan terlalu mikirin malaikat penolong."

"Gue udah berusaha Nay. Tapi, tetep gak bisa."

"Anggap aja malaikat penolong lu itu orang jahat," saran Naya.

"Gak bisa gitu dong Nay. Dia kan orang yang udah sering bantuin gue."

"Dia jahat tau. Buktinya, dia PHP gitu."

"Iya juga sih kalo dipikir-pikir."

Bel masuk berganti pelajaran. Matematika menjadi pelajaran favorit Viola. Ketika semua orang begitu muak dengan matematika, Viola malah bersemangat dan selalu menjawab pertanyaan dengan tepat.

"Caper ya," bisik Tira pada Arumi ketika Buk Sri bertanya dan Viola mengacungkan jari untuk menjawab.

"Aneh banget, harusnya kalo mereka gak paham kan nanya aja sama Viola. Kenapa malah pada bullu Viola?" tanya malaikat penolong dalam hatinya.

"Jawabannya benar. Anak-anak, catat ya pertanyaan dan jawaban ini," suruh Buk Sri.

"Iya, Buk," jawab para murid.

Saatnya pulang, Viola dan beberapa murid yang bertugas untuk membersihkan kelas tetap berada dalam kelas. Naya yang tidak memiliki jadwal piket, menemani Viola.

"Duh, gue males lagi piket," lirih Tira.

"Gue juga sama."

Awalnya, mereka beradu pandang. Namun, pandangan mereka beralih ke arah Viola yang sedang menyapu.

"Gue lagi gak bisa piket lagi. Ada acara penting."

"Iya, gue juga. Ada acara peringatan kematian kakek gue." Tira serta merta membeberkan alasannya.

"Duh, mampus! Gue alesannya apa ya?" batin Arumi.

"Kalo gue ... harus pergi ke ... acara syukuran kelahiran ponakan gue."

"Kalo kalian mau pergi, pergi aja. Biar gue yang beresin," ucap Viola.

"Enak aja mau pergi. Gak bisa gitu dong!"

Naya memerhatikan tingkah dua sahabat yang aneh itu. Dari alibi keduanya, terlihat jelas bahwa itu adalah kebohongan. Dengan wajah yang terlihat kesal, Naya melempar sapu ke arah Tira dan Arumi.

"Nyapu dulu. Cuman sebentar doang!" bentak Naya.

"Violanya aja gak mempermasalahkan. Kepada jadi lu yang ikut campur?" tanya Arumi.

"Gue ikut campur karena gue sahabatnya. Lagian, piket itu tugas bersama. Bukan sendirian!"

Naya mulai geram dengan tingkah Tira dan Arumi yang melalaikan tugas. Viola merasa jika pertengkaran yang terjadi antara sahabatnya dan Arumi karena dirinya.

"Udah Nay, biarin aja mereka pergi," pinta Viola.

"Apa? Gak bisa gitu dong. Mereka tuh bohong ada acara penting," tuduh Naya.

"Viola aja gak keberatan. Ribet amat sih lu. Dah ah, bye gue mau cabut," ucap Tira.

"Gue juga pergi dulu ya." Arumi lekas menyusul Tira.

"Lu terlalu baik tau gak sama mereka. Merekanya makin semena-mena nanti," tutur Naya.

"Udah biarin aja. Kalau pun, mereka bohong, mereka ini yang dosa,"

Tidak tega melihat Viola piket sendirian, Naya membantu sahabatnya. Walaupun masih dengan perasaan yang kesal dengan Arumi dan Tira.

"Mereka sering ngelakuin ini?" tanya Naya.

"Enggak kok, baru kali ini aja,"

"Lain kali jangan dibiarin," pinta Naya.

"Oke, gue janji."

"Tumben gak ke perpus dulu?" tanya Naya.

"Buku yang belum dibaca aja masih banyak dirumah," jawab Viola.

Mereka akhirnya telah menyelesaikan piket. Naya dan Viola, masuk ke dalam mobil milik keluarga Naya. Malaikat penolong memerhatikan Viola dari kejauhan.

"Cie ... Aldi, liatinya segitunya. Tembak kalo demen," sindir temannya.

"Aelah. Ikut campur aja lu,"

Terlihat dari raut wajah Aldi. Pipinya memerah, senyumnya merekah, dan menggaruk kepala belakangnya. Teman sekelas Viola yang membenci Viola melihat dan mendengar percakapan itu. Ia menyakini jika Aldi adalah pelindung Viola selama ini. Dengan itu, dia menyebarkannya di group.