"Oh gitu."
"Aduh Viola, kenapa nanya itu sih?" Lidahnya sulit untuk menanyakan apa yang sebenarnya ingin ditanyakan.
"Kalian pacaran yah?" tanya Nanang yang selesai mengisi lembar jawaban dengan asal.
"Apaan sih, gak jelas!" Viola takut jika orang lain mengetahui perasaannya kepada Aldi.
"Gak mungkinlah!" jawab Aldi.
Aldi dan para siswa lainnya bermain basket. Membuat seluruh perhatian para gadis beralih padanya. Viola menatap Aldi sambil membayangkan tentang malaikat penolongnya.
"Gue juga mau gabung" Gusti datang dengan membuang bola basket ke arah Aldi. Gusti sangat kesal dengan teman sekelasnya itu.
Mereka bermain satu lawan satu. Para siswi berteriak memanggil nama jagoan masing-masing. Arumi juga memanggil nama Gusti.
"Pasti Gusti semangat deh kalo gue yang semangatin," batin Arumi.
Sedangkan beberapa murid pria yang dari awal sudah bermain dengan Aldi hanya bisa menuruti keinginan Gusti.
"Arumi." Seorang pria tua memanggil namanya. Arumi melangkah mundur. Tira mengenalkan dirinya, "Ayahnya Arumi ya, kenalin, saya Tira, sahabatnya Arumi."
"Arumi, sini dong!" Tira melambaikan tangannya. Arumi pun maju dengan sedikit takut.
"Ayah kenapa datang ke sini?" tanya Arumi.
"Guru kamu yang suruh. Untuk membicarakan tentang rokok yang ada di tasmu," tutur ayah Arumi menjelaskan.
Mereka berbincang. Terlihat akrab. Bahkan, ayah Arumi memberikan beberapa lembar uang.
"Bokap lo baik ya. Ia rela bohong loh demi lo," ucap Tira yang sudah mengetahui keberadaannya.
"Jangan berisik!" Arumi menempelkan telunjuk ke bibirnya. Arumi khawatir seseorang akan mendengar kata-kata Tira.
Gusti memainkan bola dengan baik. Kali ini, Gusti mendapatkan skor yang lebih tinggi dari Aldi. Aldi bingung dengan tingkah Gusti.
Aldi bertanya, "Kita lagi taruhan tentang apa sih?"
"Gak taruhan tentang apa pun. Gue kesel aja sama lo." Gusti melewati Aldi yang menghalangi jalannya.
"Gue pulang duluan ya. Soalnya, gue di jemput nyokap." Viola membaca pesan dari Naya. Hatinya berkata, "Kalo pulang sendirian lagi, bakal ketemu sama malaikat penolong gak ya?"
"Hai guys, ada good news loh!" Para pembenci Viola mulai melancarkan ide dan aksinya.
"Si Naya, sahabat Viola itu udah pulang duluan loh! Bisa kan kita jalani aksi?"
"Apa tuh idenya? Kalian ada ide gak?"
Pertandingan antara Gusti dan Aldi pun, dimenangkan oleh Gusti dengan perolehan skor 37-34. Keringat mengucur di tubuh keduanya. Para siswi dengan rajin berlomba memberikan Aldi dan Gusti tisu dan air mineral.
"Tapi, Gusti masih maen basket. Gue juga masih mau liat mereka maen lagi woy! Seru!" ungkap penggemar Aldi dan Gusti.
"Udah kelar woy! Yang menang Gusti," balas yang para siswa.
"Yaudahlah gas. Ayo kita kerjain si Viola!" ajak Arumi.
"Caranya?" tanya yang lain.
"Si kutu buku kan biasanya sebelum pulang selalu ke perpustakaan. Kita kunci aja di sana." Arumi mencetuskan ide.
"Kan ada handpone. Nanti dia bisa ngadulah," tutur Tira.
"Makanya, ambil dulu hpnya."
"Hah, siapa yang ngambil?" tanya Nanang.
"Ya, lu lah Nang," suruh Tira.
"Cepetan woy! Nanti si kutu buku malah pergi jauh."
Setelah berunding, dan berdebat, mereka pun memutuskan untuk mengambil ponsel milik Viola terlebih dahulu.
Viola berniat mengembalikan buku yang dia baca ke perpustakaan sebelum pulang ke rumah.
"Eh, Vi, bisa bantu Gue gak? Gue gak paham sama soal ini." Tira bertanya ketika mereka berpapasan. Sedangkan Nanang diam-diam akan mengambil ponsel Viola.
"Kita belajar di perpustakaan aja yuk! Kebetulan gue mau ke sana buat balikkin buku."
"Gak deh, kalo di perpustakaan kan gak boleh berisik. Lu tau kan gue tuh gak bisa kalo enggak berisik kalo enggak ribut." Tira mencari alasan.
"Oh, kita belajar di kelas 1 aja ya,"
Viola mulai mengajarkan Tira.
"Hahaha, jadi gitu." Tira dengan heboh membuat Nanang berhasil mencuri ponsel Viola. Nanang mengendap-endap memasuki saku rok Viola.
"Terus yang ini gimana?" Tira terus bertanya pada Viola.
Viola menjelaskan dan melanjutkan niatnya untuk pergi ke perpustakaan.
Di dalam kamar mandi, Aldi mendengar teman-teman sekelasnya sedang membicarakan tentang perundingan untuk Viola.
"Kenapa mereka semua pada gila sih." Aldi lekas menuju ke perpustakaan.
Viola tidak mencurigai apa pun, ketika pintu perpustakaan tertutup. Ia mengambil beberapa buku lain untuk dia baca di rumah.
"Kok di kunci sih?" Viola mengetuk pintu sambil meminta tolong pada siapa pun agar pintu perpustakaan bisa di buka.
"Berhasil guys," ungkap Tira dalam obrolan group. Group menjadi ramai ketika mereka mengetahui tentang kesulitan Viola.
"Tuh, kan gak ada Aldi jadi adem. Rencana kita jadi berhasil." Nanang mulai membicarakan lagi tentang Aldi. Ketika Arumi sudah melarangnya.
"Keluarin aja si Nanang Rum. Dia ngomongin soal Aldi tuh!" Tiara meledek.
"Hari ini gak papa bahas soal Aldi. Dia kan penyebab kehancuran rencana kita."
Arumi membebaskan para penghuni group untuk membicarakan tentang Aldi. Ia merasa puas dan rasa sakit hatinya menjadi terbayar dengan kesulitan yang menimpa Viola.
"Hp gue?" Viola merogoh ponsel. Ia ketakutan.
Viola mencari jalan melalui jendela. Tetapi perpustakaan sekolah tidak ada jendela maupun celah untuk keluar.
"Kunci perpustakaan gimana? Di taro di mana sama lo?" Arumi bertanya ke Tira.
"Gue buang ke tong sampah," jawab Tira.
"Wah, pinter lu." Banyak para murid memuji apa yang Tira lakukan.
"Kalau hp si kutu buku lu kemanain?" Gusti bertanya.
"Ada di tangan gue. Paling, besok gue balikin." jawab Nanang.
Hanya doa yang bisa Viola lakukan. Ia melirik ke arah jam dinding. Sudah satu jam Viola terkurung di dalam perpustakaan.
"Viola belum pulang mah?" tanya kakak Viola.
"Belum, mungkin lagi ada tugas kelompok di rumah temennya." Ibu Viola masih berpikir positif.
Kakak Viola mencoba menghubungi adiknya. Namun, malah diabaikan.
Viola menangis karena takut. Viola membaca buku untuk mengusir ketakutannya. Ditambah dengan suara pecahan kaca. Viola menutupi matanya karena ketakutan.
"Lu gak perlu takut lagi, ada gue di sini." ucap malaikat penolong.
Dengan helm yang sama, sosok itu memecahkan kaca perpustakaan demi menyelamatkan Viola.
"Malaikat penolong?" gumam Viola.
Viola berlari sambil memeluk malaikat penolongnya. Ia mengeluh, "Kenapa lu lama sih?"
Malaikat penolong membantu Viola keluar melalui jendela yang telah retak. Dengan pelan, malaikat penolong keluar lebih dulu. Dan menuntun Viola. Mereka berhasil keluar dengan tangga kayu.
"Maaf ya, gue telat," kata malaikat penolong sembari mengusap rambut Viola.
"Tangan lo?" Viola melihat darah yang mengalir dari tangan malaikat penolong.
Di sebuah warung, Viola mengobati luka dari pria yang dia sebut 'Malaikat penolong'
"Nih, hp lo." Malaikat penolong menyodorkan ponsel Viola yang hilang.
"Kenapa lo bisa nemuin hp gue?"
Nanang mengirimkan sesuatu di group. Ia memotret dirinya yang babak belur dan menuliskan, "Ada orang aneh yang ngerang gue buat ngambil hp si kutu buku doang. Kalo emang dia maling, harusnya, dia ngambil hp gue juga dong?"
"Eh, serius, demi apa?" tanya beberapa murid.