Chereads / Backstreet : Malaikat Penolong / Chapter 6 - Mulai Mencari

Chapter 6 - Mulai Mencari

Ketiga kalinya rencana mereka gagal, tidak membuat para pembenci menyerah. Semakin gencar membuat ide baru.

"Yaudah siapa yang mau siram?" tanya Tira.

"Apin, lo aja ya. Yang lain kan udah," ucap Arumi.

"Siap Rum." jawab Apin.

Apin bersiap untuk membuat jebakan. Air selokan telah tersedia. Helm full face telah di pakai. Sekarang, tinggal menunggu Viola datang. Apin juga mengirim foto di group sebagai barang bukti.

"Bagus Pin. Video-in ya sekalian." Arumi meminta video saat Viola basah kuyup.

Viola terkesiap ketika malaikat penolong mencegat jalannya. Segera, Viola menaiki motor.

"Pelan-pelan dong!" Viola meminta agar pengemudi melaju dengan pelan.

Apin mengirimkan situasi gang. Tidak ada tanda-tanda kedatangan Viola. Apin dan Budi berniat pergi dengan motor untuk mencari Viola.

"Kayanya kempes deh ni motor," ucap Budi.

"Sial!" Apin dan Budi mendorong motor sampai ke bengkel. Tidak lupa, membeberkan tentang peristiwa yang terjadi ke group.

"Kok bisa sih informasi kita bocor? Si Aldi kan udah dikeluarin dari group ini."

Mereka menerka-nerka apa yang sebenarnya sedang terjadi. Banyak murid pria yang menduga jika Aldi mengawasi Viola dari kejauhan.

"Emangnya si kutu buku tahanan apa harus di awasin setiap saat," timpal Arumi.

"Gue mau turun! Gue mau ngomong sama lo!" bentak Viola.

Pria misterius itu menuruti keinginan Viola. Mereka menepi di depan sebuah taman. Viola memegang helm untuk hendak membukanya.

"Jangan!" Pemuda itu memegang lengan Viola. Menghentikan keingintahuan Viola tentang dirinya.

"Ah, maaf!"

Viola merasa lancang dan segera menundukkan kepalanya. Ia juga merasa tidak berhak untuk marah.

"Harusnya, gue gak marah sama lo. Makasih untuk selalu ngelindungin gue."

Arumi dan penghuni group lainnya merasa kesal dan mencoba untuk mencelakai Viola lagi dengan berbagai rencana.

"Wajar kok marah. Itu artinya lo manusia," ucap pemuda misterius.

"Yang bukan manusia itu orang-orang yang mau buat lo celaka," sambung pemuda itu.

"Jadi lo tau siapa orang-orang yang coba buat gue celaka?" tanya Viola.

Malaikat penolong itu malah mengalihkan percakapan juga mengajak Viola untuk lekas pulang.

"Gue gak mau orang rumah lo khawatir. Pulang ya!"

"Jawab dulu!"

Pria misterius itu memegang lengan Viola. Ia mengatakan, "Belum waktunya lo tau."

Viola mencoba untuk membandingkan suara malaikat penolong itu dengan suara Aldi. Ia berdiam diri sejenak. Menurut Viola suaranya memang sedikit mirip. Melihat Viola yang tidak mau beranjak, pria itu menggendong Viola dan membawanya ke arah motor.

"Batu juga ya," tuturnya sambil mengelus rambut Viola.

Banyak hal yang ingin Viola tanyakan. Namun, seakan pertanyaan-pertanyaan itu hilang dari pikirannya. Viola sangat merasa aman dan nyaman jika berada di dekat malaikat penolong.

"Pegangan yang kenceng ya!" perintah malaikat penolong.

Viola lekas memeluk tubuh malaikat penolong. Tercium aroma parfume yang membuat Viola semakin ingin lebih lama lagi dengan malaikat penolong.

"Udah nyampe nih,"

"Gue tau kok." Viola turun dari motor hitam milik pemuda misterius.

"Gue khawatir, lu baik-baik aja kan?" Naya mengirimi Viola banyak pesan.

Viola mengabaikan pesan dari sahabatnya. Ia mencoba untuk fokus belajar. Sudah seminggu semenjak malaikat penolong ada dalam kehidupannya, Viola kehilangan fokusnya dalam belajar.

"Gue mau minta tolong! "

Tiba-tiba, Viola mengabari Naya dan meminta bantuan dari sahabatnya.

"Lu udah gak marah lagi sama gue kan? Gue akan berusaha buat nolongin lu," ucap Naya.

"Plat motor?" tanya Naya.

Naya berpikir untuk menemukan seseorang yang bisa melacak plat motor. Ia mengingat satu nama yang bisa dia hubungi untuk meminta bantuan.

"Kayanya ada deh. Ia bisa lacak nomor hp. Tapi, plat motor juga bisa."

"Yang bener? Siapa?"

Matanya nampak berbinar. Viola merasa jika dia akan mengakhiri rasa penasarannya.

"Aldi! Gue yakin itu dia," batin Viola.

"Rino, yang sekelas sama gue," jawab Naya.

Rino mengabarkan jika dia bisa melacak keberadaan motor yang Viola maksud. Viola dan Naya pun menghampiri Rino di sebuah caffe.

"Laaa, jangan terlalu serius gitu," ucap Naya sambil menyodorkan minuman.

Naya khawatir jika Viola terlalu berharap pada malaikat penolong yang sering diceritakan oleh Viola. Jika itu hanyalah penipu yang mencoba untuk merusak kehidupan sahabatnya. Dengan pelan, Naya mencoba untuk membicarakan dengan Viola.

"La, apa harus sampe sejauh ini?"

"Harus Nay, Gue harus tau siapa dia."

"Emang dia siapa sih? Penipu?" Rino bertanya sambil meminum espresso.

Kedua sahabat itu hanya menatap Rino dengan tajam. Memberikan kode untuk lekas mendapatkan lokasi tentang motor yang dipakai oleh malaikat penolong.

"Iya, iya, Gue cari tau." Rino lekas menatap kembali layar laptop.

Mereka mengunjungi sebuah tempat. Begitu banyak motor yang terparkir di sana. Viola mulai menanyakan ke seorang satpam.

"Pak, ini tempat apa ya?"

"Kalian buta? Jelas-jelas di sana ada tulisannya!"

Tertulis jelas bahwa tempat itu adalah tempat penyewaan motor dan mobil. Mulai dari yang butut sampai yang terlihat paling mahal. Pupus harapan Viola untuk mengetahui tentang informasi malaikat penolong.

"Kayanya kita break dulu deh buat rencana-rencana selanjutnya."

Beberapa murid pria protes. Mereka merasa jika murid perempuan kurang ikut berpartisipasi dalam upaya mencelakai Viola.

"Semua ikutan kali, Gue juga ikutan! Lu pada aja yang nyerah. Payah!"

Tira merasa jika ucapan dari para murid pria itu terlalu berlebihan. Padahal, dirinya juga turut andil untuk membuat Viola terluka dan ketakutan.

"Ada sih yang gak ikutan sama sekali." Nanang menyindir Gusti yang tidak pernah melakukan apa pun untuk membuat Viola terjebak.

"Maksud lu Gusti? Gue gak setuju kalo Gusti ikut-ikutan. Gusti itu atlet terbaik sekolah kita. Kalau ampe Gusti dikeluarin, siapa yang bakal gantiin coba?"

Arumi membalas sindiran yang Nanang layangkan untuk Gusti. Arumi yang menyukai Gusti tidak ingin jika lelaki kesayangannya mendapatkan hukuman karena telah berusaha mencelakai seseorang.

"Aldi! Masih ada Aldi yang bisa gantiin." Nanang terus menginginkan agar Gusti ikut terlibat dalam rencana mereka.

"Gak boleh ada yang gantiin posisi Gusti buat jadi perwakilan atlet basket!"

Arumi juga menambahkan deskripsi group untuk tidak membandingkan Aldi dan Gusti. Karena, menurut Arumi, keduanya sangatlah berbeda.

"Baca ya! Deskripsi group yang baru!"

"Lu suka kan sama Gusti," tuduh Nanang pada Arumi.

Arumi tidak mau Gusti mengetahui perasaannya dari orang lain. Ia pun, membisukkan obrolan dan hanya admin yang bisa mengirim pesan.

"Makasih ya udah belain gue." Gusti mengirimkan chattingan pribadi ke nomor Arumi.

"Oh iya, gue gak enak nih sama anak-anak, gue bisa kok lakuin apa pun buat bantu rencana kita," tambah Gusti.

Arumi menyakini jika Gusti membalas rasa sukanya. Ia pun membalas pesan dari Gusti, "Lo gak perlu ngelakuin apa pun kok. Lo fokus aja sama pertandingan basket buat bulan ini."