"Far ... Kamu dengar Aku kan?" tanya ulang Rio yang semakin penasaran dengan jawaban Farah.
"Iya Rio, Aku bakal ajak Bunda untuk menetap disini dengan kehidupan yang apa adanya nanti, semua hanya menunggu waktu saja, kalau saat ini Aku rasa belum saat nya," jawab Farah dengan tatapan yang kosong.
"Kenapa harus begitu
sih Far? Padahal Aku berharap Kamu menjawab tidak, Aku berharap Kamu akan tetap tinggal di Cianjur bersama Bunda juga Far, karena rasanya Aku merasa sangat kehilangan sosok teman yang selalu mengingatkan si saat Aku berada di jalan yang salah, selain kehilangan sosok teman Aku juga merasa kehilangan separuh jiwaku Far, tapi kalau memang menurut mu dengan tinggal menetap disini itu yang terbaik maka Aku sebagai teman mu hanya bisa mendukung mu, semoga ini adalah jalan terbaik yang akan membuatmu lebih bahagia lagi Far," sebuah jawaban yang sangat berat bagi Farah sebenarnya karena di sanalah tempat lahirnya dan juga tempat di besarkan, banyak kenangan yang tak bisa di lupakan, namun demi sebuah kemajuan Farah rela meninggalkan semua itu.
"Humb ... makasih ya Rio, Kamu selalu menjadi sahabat yang baik dan juga pendengar yang baik buat Aku, ya sudah ini kayaknya udah malam banget deh, Aku perlu istirahat untuk kembali mengumpulkan tenaga ku buat jualan besok lagi, Kamu mau nginep dimana malam ini Rio? Gak mungkin kan kalau Aku ajak Kamu ke kos Aku, bisa-bisa jadi fitnah nanti," sahut Farah sambil mengunci warung nya.
"Iya Farah Aku tahu kok, Aku bakal tidur di hotel dekat-dekat sini aja malam ini, Kamu tenang aja gak usah pikirkan Aku tidur dimana, karena sekarang bisa bertemu dengan mu aja Aku bahagia banget Far, karena tujuan ku kesini untuk mencari Kamu, jadi kalau Maslaah tidur mah Aku gampang banget kok," jawab Rio lalu berdiri karena Farah telah selesai mengunci warung nya.
"Ya udah kalau gitu Aku balik dulu ya, Kamu besok pagi harus pulang, kasihan Mama Papa Kamu pasti sangat cemas saat ini," tegur Farah sebelum pergi.
"Ha? Apa tau Kamu bilang? Besok Aku Kamu suruh pulang? Hey Farah Aku baru saja datang udah Kamu suruh pulang, nggak kasihan banget sih sama Aku, Aku mencari Kamu itu sudah 2 minggu lebih dan setelah ketemu Kamu malah nyuruh Aku pulang? Nggak di hargai banget sih pengorbanan Ku Far," jawab Rio sambil mengikuti langkah Farah.
Farah lalu menghentikan langkah nya.
"Rio, maaf banget sebelumnya, bukan nya Aku gak menghargai Kamu, tapi Aku cuma gak mau ada masalah baru lagi antara Kamu sama Mama Kamu, karena bagaimanapun juga beliau adalah wanita yang sudah berjuang mati-matian untuk melahirkan Mu, jadi tidak salah kalau sekarang beliau pasti sangat cemas memikirkan keberadaan Mu, Aku hanya ingin Kamu kembalilah kepada orang tua mu yang sangat baik dan perhatian dengan Mu Rio, jangan sampai seperti Aku yang tidak pernah merasakan kehangatan sebuah keluarga," tegur Farah. Tak terasa air mata Farah selalu menetes ketika mengingat tentang orang tua nya.
"Kamu tenang aja Far, Aku pasti akan pulang kok, tapi Aku masih ingin disini untuk menghabiskan waktu bersamamu untuk sementara waktu, karena banyak hal yang ingin Aku ceritakan sama Kamu Far," jawab Rio.
"Iya udah, Aku akan dengarkan semua curhatan mu, tapi nggak bisa sekarang, Aku capek dan harus istirahat," ketus Farah lalu mengambil tas yang isinya hasil jualan nya hari itu.
"Aku antar ya Far," Rio menawarkan diri.
"Emb ... enggak usah deh kayaknya Rio, ini udah malam, mending Kamu cari tempat tinggal aja, keburu tutup nanti hotelnya," jawab Farah.
Sontak Rio tertawa mendengarnya.
"Kenapa ketawa? Memangnya Ada yang lucu?" tanya Farah heran.
"Iya lah lucu, hotel itu bukanya 24 jam Far, gak mungkin tutup, apalagi di tempat perkotaan seperti ini, lucu banget sih Kamu, pokok nya Aku antar Kamu setelah itu baru Aku cari hotel," desak Rio.
"Humb ... terserah Kamu deh kalau memang mau nya kayak gitu," jawab Farah pasrah.
Malam yang sunyi, semua rumah pun sudah gelap karena memang sudah sangat larut malam, namun cafe-cafe masih sangat ramai anak-anak nongkrong karena saat itu adalah malam Minggu. Aku seneng akhirnya bisa bertemu kembali dengan sahabat pertama ku selama sekolah, tapi Aku juga takut kalau sampai orang tua Rio semakin berprasangka buruk dengan ku.
Di sepanjang jalan hatiku berdebar, salah tingkah gak karuan karena canggung setelah sekian lama tak bertemu, Entah ini rasa cinta yang tak berani ku katakan karena menjaga harga diriku sebagai wanita, atau karena takut dengan keadaan.
"Far ... Aku boleh tanya sesuatu sama Kamu?" tanya Rio membuyarkan keheningan di antara Kita berdua.
"Iya Rio mau nanya apa?" jawab ku penasaran.
"Humb ... kenapa Kamu tiba-tiba pergi tanpa bilang apapun sama Aku? Apa semua ini ada sangkut pautnya dengan ucapan Mamaku malam itu? Karena merasa tersinggung dengan ucapan Mama ya makanya Kamu pergi dan gak pamit sama Aku?"
Aku bingung mau menjawab apa, gak mungkin Aku katakan kepada Rio kalau Aku pergi karena mengetahui tentang kebenaran apa yang dikatakan Mama nya malam itu, kalau Kau sampai mengatakan nya itu sama saja Aku membuka aib keluarga sendiri.
Ku atur nafas ku untuk bisa menjawab nya dengan tenang.
"Umb ... enggak kok, Aku memang pengen pergi aja Rio, sama sekali gak ada hubungan nya dengan perkataan Mama Kamu, Aku hanya lelah aja hidup di lingkungan yang tidak sesuai dengan keinginan hati ku Rio, jadi Aku memilih pergi jauh dan membuka lembaran baru,"
"Bohong," sahut Rio memotong ungkapan Farah.
"Please Far Aku minta maaf kalau memang ini ada hubungan nya dengan kejadian itu, coba aja Kamu malam itu gak ketemu Mamaku pasti Kamu akan tetap sekolah disana kan, Kamu masih bisa menikmati masa-masa indah di putih abu-abu, bukan nya malah cari uang sampai larut malam seperti ini, karena ini belum waktunya di usia mu yang masih sangat muda, Kamu masih waktunya menuntut ilmu, kalau memang semua karena Mama Aku minta maaf ya Far," lanjut nya.
Farah tersenyum tipis, lalu menjawab semua pertanyaan Rio yang memang tidak ada hubungan nya dengan Mama Rio.
"Rio ... dengar Aku baik-baik, Aku pergi sama sekali gak ada hubungan nya dengan kejadian malam itu, ada Masalah lain yang membuatku harus pergi, semua ini karena keinginan Ku sendiri, gak ada karena siapapun, jadi udah ya, please jangan berpikir kalau semua karena Mama atau pun siapa, semua karena Aku memang ingin memulai hidup baru dengan orang-orang yang baru juga,"