Farah masih tidak percaya dengan pernikahan Rio dan Tania yang tidak lama lagi akan di selenggarakan.
Farah yang kini hidupnya lebih mapan dari sebelumnya, usahanya yang melambung pesat hingga ia bisa membuka cabang warung-warung makan meski sebagian tempat nya masih ngontrak namun pelanggan nya selalu ramai, sampai ia akhirnya bisa membeli mobil dengan hasil kerja kerasnya selama ini.
Di saat kesuksesan nya baru saja ia nikmati, tiba-tiba muncullah berita tentang pernikahan Rio dan Tania yang akan di selenggarakan bulan depan. Farah lalu teringat dengan Ibunya yang sudah lama tidak ada kabar. Selama ia meninggal kan nya, Farah belum pernah saling bertukar kabar dengan ibunya, hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengunjungi Ibunya dengan tujuan ingin mengajak Ibunya tinggal bersamanya, sekalian juga Farah ingin mencari tahu tentang kabar Rio.
"Mbak Dewi, saya mau pulang kampung dulu ya, mai jenguk Ibu saya yang sudah lama nggak jumpa, jadi Saya minta mbak Dewi tolong handle semua nya ya, Mbak Dewi nggak keberatan kan?" ujar Farah.
"Oh iya Mbak Farah siap, lagian perasaan selam disini memang mbak Farah belum pernah jenguk ibunya, ya sudah Mbak Farah tinggal pulang kampung saja dulu, biar saya yang mengawasi semua nya disini," jawab Dewi sebagai orang kepercayaan Farah yang sejak dulu sudah menemaninya mulai dari nol hingga ia sukses, dan kini di angkat menjadi tangan kanan Farah.
"Oke, makasih ya Mbak Dewi, pokoknya seperti biasanya lah kalau warung tutup langsung rekapan biar tahu semua pemasukan dan pengeluaran nya ya Mbak,"
"Iya Mbak Farah siap,"
Farah pun lalu siap-siap dan sebelum pulang pun Farah tdiak lupa untuk membelikan oleh-oleh untuk Ibunya yang berupa perhiasan, karena semenjak menikah Farah merasa belum pernah melihat ibunya mengenakan perhiasan layaknya seperti ibu-ibu di desa nya.
"Humb .. mudah-mudahan Ibu suka deh dengan oleh-oleh yang Aku bawa, dan mudah-mudahan juga Ayah sudah bisa berubah jadi Aku bisa bertemu dengan ibu tanpa harus sembunyi-sembunyi lagi," gumamnya setelah membelikan perhiasan untuk ibunya.
Farah lalu mulai menyetir kembali dengan membawa mobilnya sendiri, meski hanya mobil Honda jazz namun bagi Farah mobil itu sangatlah mewah karena bisa ia beli dengan hasil keringatnya.
Jalan yang sangat ramai dan jarak tempuh yang lumayan jauh sempat membuat Farah merasa ngantuk, hingga akhirnya ia memilih untuk berhenti sejenak di taman kota, Farah lalu tidur di dalam mobil meski hanya 30 menit untuk menghilangkan ngantuknya.
Setelah merasa ngantuknya hilang Farah pun melanjutkan kembali perjalanan nya, hingga tak terasa sampailah ia di desa tempat kelahiran nya itu.
Saat melewati di depan rumah Rio, Farah sempat meliriknya sedikit, dan tidak sengaja ia melihat Rio dan Tania sedang berboncengan naik motor gede yang sebelumnya tidak pernah dilihatnya, dan sepertinya mereka berdua hendak keluar berdua.
"Rio sama Tania? Ternyata benar apa yang dikatakan Rani kalau mereka berdua memang mau menikah? Astaghfirullah, dan motor kesayangan Rio yang dulu pun sudah ganti? Apa kira-kira memang motornya sudah hancur ya, tapi Rio pernah mengatakan kepada ku kalaupun motor itu nanti rusak dan nggak layak pakai Rio akan tetap menyimpan nya, iya! Bisa jadi mungkin memang motornya rusak parah dan nggak bisa di benahi lagi, sebaiknya Aku positif thinking aja deh, meski sebenarnya Aku masih merasa aneh dengan keputusan nya yang sangat tidak masuk logika sih," ucap Aura yang berbicara sendiri dalam mobilnya.
Dan ternyata Rio berjalan searah dengan nya, saat di lampu merah Farah tidak menyangka posisinya bersampingan dengan Rio.
Farah lalu membuka kaca jendela mobilnya dan memanggil Rio dengan berteriak.
"Rio ... Hay ... Rio,"
Rio pun menoleh, namun sikapnya sangat aneh, Dia sama sekali tidak merespon Farah, seolah seperti orang yang tidak pernah kenal.
Sedangkan Tania sangat terkejut ketika melihat Farah yang mengendarai mobil dan berada di dekatnya saat ini.
'Farah? Apa benar ini Farah? Iya, Dia Farah, humb ... kapok Kamu Farah, sekarang Rio nggak akan mengenalmu lagi, karena yang Rio kenal hanyalah Aku kekasihnya, huh ... emang enak ya di cuekin, makanya jadi anak jangan sok paling cantik, lihatkan sekarang Rio akan jadi milik siapa' ucap Tania dalam hati.
Dengan tersenyum seolah sedang mengejek Farah, Tania juga lalu berpegangan melingkar di pinggang Rio, sehingga tampak sangat mesra, lalu tiba-tiba lampu hijau pun menyala, dengan bangganya Tania melambaikan tangan kepada Farah dengan tatapan angkuhnya.
Farah masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat, Farah juga merasa aneh dengan sikap Rio yang sangatlah berbeda menurut nya. Melihat lampu hijau yang sudah menyala dan mobil di belakang nya pun sudah sangat ribut dengan bunyi klakson mobil mereka yang membuat Farah merasa risih, Farah lalu menginjak gas nya meski masih memikirkan perubahan Rio yang aneh itu.
'Kok aneh banget sih ya, Kenap Rio sangat cuek dan bersikap kayak seolah nggak kenal gitu ya sama Aku, apa karena Dia benci ya sama Aku, tapi apa salahku, mengapa Dia membenci ku, apa Dia tersinggung dengan cara ku menolaknya dulu, tapi Dia kan juga mengatakan kalau Dia akan kembali setelah ku tolak, apa Aku sudah keterlaluan sampai Rio kecewa banget dan akhirnya Dia sadar kalau memang Aku tidak pantas untuk nya ya, Hufh ... udahlah Farah, ngapain sih Kamu masih sibuk mikirin Dia, yang penting Kamu sudah bahwa Dia baik-baik saja, dan pastinya Dia juga akan bahagia, udah! Nggak perlu Kamu mikir yang macem-macem lagi deh'
Farah telah tiba di perkampungan tempat tinggalnya dulu, suasana nya tidak ada yang berubah, termasuk jalan menuju rumah nya yang bolong-bolong pun tetap belum juga di benahi, sehingga jika terjadi hujan yang lebat akan menimbulkan genangan air dimana-mana.
Farah telah sampai di rumah nya saat menjelang sore, pintu rumahnya pun terbuka, namun Farah tidak berani memarkirkan mobilnya di halaman rumah nya, Korean takut jika sampai ada Ayahnya di rumah.
"Humb ... lebih baik Aku tunggu disini aja sampai Ibu keluar dari rumah deh, daripada nanti Aku harus bertemu Ayah yang belum Aku tahu sekarang sudah berubah atau manish sama seperti yang dulu," gumamnya.
Sudah 30 menit Farah menanti, dan waktu pun sudah menunjuk kan pukul 16.30 namun Ibunya belum juga keluar dari rumah.
"Astaghfirullah ibu, ayolah keluar, Anakmu sudah menunggumu disini sejak tadi," ujar nya yang sudah merasa bosan di dalam mobil.
Karena mungkin mobil Farah sangat asing bagi warga sekitar, sehingga setiap orang yang melintasi jalan itu pun seperti ingin tahu siapa pemilik mobil itu, terutama ibu-ibu, lirikan mereka tidak teralihkan hingga sudah berjalan sampai jauh pun tetap memandangi mobil Farah sambil bertanya-tanya mobil siapa itu.