Karena sebagian warga merasa curiga dengan mobil yang parkir di pinggir jalan depan rumah Farah, maka mereka memanggil pak RT untuk melihat siapa kah yang berada di dalam mobil tersebut.
"Tok tok tok," tiba-tiba ada seorang Bapak-bapak yang mengetuk jendela mobil Farah, dan ternyata ia adalah RT di desa nya.
Farah lalu membuka nya dan menyambutnya dengan Tersenyum.
"Loh Nak Farah," ujar Pak RT yang langsung mengenali sosok Farah meski sudah banyak perubahan pada diri Farah yang kini tampak lebih cantik karena bisa merawat dirinya.
"He he ... Iya Pak saya," jawab Farah sambil tertawa malu-malu.
"Loh Kamu ngapain disini? Kok nggak turun?"
Farah lalu turun dari mobilnya karena merasa tidak enak dengan Pak RT.
"He he ... Nggakpapa Pak, saya menu.ggu Ibu saya keluar tapi nggak keluar-keluar dari tadi," jawab Farah dengan sopan.
"Astaghfirullah jadi gitu, berarti Kamu selama ini belum mendengar kabar tentang Ibumu?" ujar Pak RT dengan lirih dan tampak sedih dari tatapan nya.
"Kabar tentang Ibu? Memangnya ada apa pak? Apa yang terjadi dengan Ibu saya?" sahut Farah yang terkejut mendengar jawaban Pak RT.
"Jadi Ibu mu itu masuk penjara karena terjerat sebuah kasus, tapi menurut cerita Ibu mu ini korban fitnah,"
"Apa? Ibu di penjara? Astaghfirullah Ibu, Dengan alasan apa Ibu saya dipenjara Pak? Ibu saya nggak mungkin aneh-aneh kan?" sahut Farah yang langsung syok mendengar nya.
"Maaf Nak Farah, sebaiknya sekarang Kamu ke kantor polisi saja untuk lebih jelasnya, Kamu disana bisa tanyakan langsung sama Ibu mu apa sebenarnya yang terjadi, karena sesungguhnya saya juga kurang tahu kebenaran nya seperti apa," jawab Pak RT.
"Ok makasih untuk informasi ya Pak, kalau gitu saya langsung ke kantor polisi saja,"
Tanpa pikir panjang dan tanpa banyak bertanya lagi Farah langsung masuk kembali ke dalam mobil dan lanjut menginjakkan gas nya untuk segera ke kantor polisi.
Sepanjang perjalanan fikiran Farah sudah tak tenang, ia merasa bersalah karena telah lama tidak bertukar kabar dengan sang Ibu.
Jarak rumah nya dan kantor polisi hanya perlu memakan waktu 15 menit sudah sampai, sesampainya disana Farah langsung menuju ke ruang laporan untuk menanyakan tentang Ibunya.
"Permisi Pak,"
"Iya Mbak, ada yang bisa Kami bantu," jawab Pak polisi yang sedang bertugas saat itu.
"Saya mau mengunjungi Ibu saya atas nama Ibu Ningsih," ujar Farah.
"Oh Ibu Ningsih, akhirnya ada pihak keluarganya juga yang mengunjungi nya, sebentar biar saya panggil kan petugas yang akan mengantarkan anda," jawab Polisi itu.
Sambil menunggu polisi yang datang maka Farah duduk terlebih dahulu di ruang tunggu.
Tidak lama kemudian muncul lah seorang wanita berambut pendek yang mengenakan seragam polisi juga yang memanggil Farah.
"Permisi, Mari Mbak kalau ingin bertemu dengan Ibu Ningsih," ujarnya.
"Baik Buk,"
Farah lalu berdiri dan langsung mengikuti polwan tersebut.
"Silahkan anda tunggu terlebih dahulu disini ya, biar saya panggilkan Ibu Ningsih," ujar Polisi wanita itu dengan sangat sopan.
"Baik," jawab Farah dengan singkat.
Saat itu perasaan Farah sudah nggak karuan, ia merasa bersalah karena telah lama meninggalkan ibunya, Farah berharap Ibu nya bisa memaafkan atas kesalahan nya.
Farah menunduk karena tak kuasa jika harus melihat kondisi Ibunya saat ini. Terdengar suara langkah kaki yang semakin mendekati dirinya, hati Farah merasa semakin bergetar, perlahan Farah angkat pandangan nya dan kini berdiri di hadapan nya sosok wanita yang telah melahirkan nya itu dengan wajah pucat dan badan yang semakin kurus, Farah langsung menghampiri nya dan bersujud di kakinya.
"Maafkan Farah Ibu, maafkan Farah karena telah meninggalkan Ibu sendirian disini," ujar Farah sambil menangis di kaki Ibunya.
Ibu Farah lalu mengangkat tubuh Farah, kemudian dipeluk nya Farah dengan sangat erat.
"Apa Kabar Kamu sayang?" tanya Ibu dengan suara yang tak berdaya.
"Farah baik Bu, Alhamdulillah, Maafin Farah ya Buk, Farah nggak bermaksud melupakan Ibu, Farah menyesal karena telah sekian lama tidak mencari tahu tentang kabar Ibu, ya Allah, Farah benar-benar menyesal Buk," rintih Farah dengan menangis tertatih di pundak Ibunya.
"Ibu baik-baik saja kok sayang, Kamu sama sekali nggak bersalah, tapi terimakasih karena akhirnya Kamu kembali Nak, itu artinya Allah mendengar doa ibu selama ini, Ibu kangen banget sama Kamu sayang, setiap doa ibu hanya Kamu yang Ibu harapkan datang, Alhamdulillah ya Allah,"
Farah dan ibu nya sama-sama saling bertukar rindu, rindu yang sudah lama mereka pendam karena telah berbulan-bulan terpisahkan oleh jarak.
Ibu Farah lalu melepaskan pelukan nya, kemudian di usapnya air mata Farah yang telah membasahi pipi indah nya.
"Nak ... sudah ya jangan menangis lagi, Ibu gakpapa kok, Ibu baik-baik saja, Kamu jangan khawatirkan Ibu lagi ya," ujar nya lirih.
Farah hanya menunduk sambil menangis terisak-isak, ia sama sekali tidak memilki keberanian untuk menatap mata wanita yang telah melahirkan nya itu.
"Nak ... Kamu mengapa tidak mau menatap Ibu? Kamu malu Nak karena memilki seorang ibu Napi?" titah Ibu dengan melas nya.
Farah hanya menggeleng sambil menahan tangis nya.
"Lalu apa yang membuat Kamu sama sekali tidak mau menatap Ibu Nak? Coba Kamu lihat Ibu Nak, Ibu sangat merindukan mu," pinta Ibu Farah dengan suara yang tak berdaya.
Perlahan Farah mengangkat pandangan nya, lalu di tatapnya kedua mata ibunya yang penuh dengan kesedihan dari sinar mata yang ia lihat nya itu, tangis Farah semakin menjadi-jadi ketika melihat kondisi Ibu nya.
"Ibu ... maafin Farah, Ibu pasti menderita sekali selama tiada Farah di rumah ya?" ujar Farah yang menangis tersedu-sedu.
Ibu nya menggeleng sambil tersenyum haru.
"Ibu janah. bohong, Farah bisa lihat dari mata Ibu, Farah sangat faham bagaimana perasaan Ibu selama ini, please ya Buk maafin Farah," tuturnya.
Setelah berkali-kali Farah mencoba untuk kuat dan bisa menerima keadaan dan kenyataan yang sedang terjadi saat ini maka di ajak nya ia duduk oleh Ibunya, mulai lah Farah sanggup untuk bertanya tentang apa sebenarnya yang sedang terjadi selama ini.
"Farah ... Kamu sangat cantik sekali Nak, anak ibu ini pasti sudah sukses ya kan?" ujar ibu Farah yang tampak bahagia.
"Alhamdulillah Buk, semua ini berkat doa tulus dari Ibu," jawab Farah.
"Alhamdulillah, Kamu adalah anak yang kuat Nak," tutur Ibu sambil menatap Farah dengan tulus dan di elus-elus nya pipi Farah.
"Amiin, semu itu terbentuk karena Ibu juga, emb ... sebentar deh Ibu, Farah mau nanya sesuatu sama Ibu, tapi Farah harap Ibu jawab dengan jujur ya,"
"Umb ... iya, apa itu sayang?" jawab Ibu dengan penasaran.