Chereads / Pernikahan impian / Chapter 22 - 22. Pertemuan Darah dan Rio setelah perpisahan beberapa bulan

Chapter 22 - 22. Pertemuan Darah dan Rio setelah perpisahan beberapa bulan

Setelah selesai menghubungi Pak Surya ia kembali lagi ke rumah, meski ada perasaan takut bertemu dengan Ayah nya namun karena membutuhkan data-data milik bunda nya maka ia beranikan diri untuk kembali pulang.

Di perjalanan pulang nya ia kembali berjumpa dengan Rio yang berboncengan dengan Tania dengan mesra nya.

Kedua tangan Farah melingkar di pinggang Rio, dan kepala nya di sandarkan di bahu Rio, sehingga tampak terlihat sangat mesra.

"Rio? Iya itu Rio, mudah-mudahan Kami terus bahagia ya Rio, meskipun sampai saat ini rasanya Aku masih belum bisa percaya kalau akhirnya Kamu akan memilih menikah dengan Tania,"

Tanpa di rasa tiba-tiba air mata Farah menetes membasahi pipinya, rasa sakit dan juga haru untuk terus berusaha kuat melihat orang yang ia cintai hidup bahagia bersama wanita lain.

***

"Sayang, Kita langsung pulang aja ya, Aku capek banget," ujar Rio.

"Agh ... kok langsung pulang sayang? Bukan nya hari ini Kita ada jadwal fitting baju pengantin, sama mau buat surat undangan yang kurang beberapa lagi Sayang?" protes Tania dengan manja.

"Kepala ku tiba-tiba pusing banget sayang, lain kali aja ya,"

Seketika Rio langsung menenkan rem motornya.

"Sayang? Kamu kenapa?" tanya Tania panik.

Rio membuka helm nya lalu memegangi kepalanya dan merintih kesakitan.

"Agh ... kepalaku,"

"Astaga, Sayang, Kamu pusing?"

Karena panik Tania pun turun dari motor dan berteriak meminta tolong ke setiap orang yang lewat, Namun tidak ada satu pun yang mau membantunya, hanya ada satu mobil Honda jazz berwarna merah yang berhenti depan mereka.

Hanya mobil Farah yang berhenti di tempat itu, perlahan Farah menurunkan kaki nya dari dalam mobil, Tania memperhatikan wanita yang akan menolong nya dengan serius.

"Mari Saya bantu," ujar Farah ketika di hadapan nya.

Tania malah mlongo melihat keberadaan Farah di hadapan nya.

Farah pun tak hanya mengulurkan tangan nya, namun ia juga berusaha membantu Rio dengan memberinya minum air putih.

"Sebaik nya Kamu ikut di mobil saya saja, kayak nya juga kondisi Kamu tidak memungkin kan, mari Saya antar pulang," ajak Farah sambil menatap Rio yang sedang tertunduk dan merintih kesakitan.

"Enggak!" sahut Tania dengan sigap dan melototin Farah.

"Loh kenapa? Bukan nya kalian tadi meminta pertolongan? Saya menawarkan kalian pertolongan yang baik loh,"

"Tidak perlu, Saya bisa cari taksi," ketus Tania.

"Sayang, kepala ku sakit banget, Kita minta bantuan Dia saja, nanti Kita bayar, yang penting sekarang Kita ke rumah sakit dulu ya," rintih Rio.

"Tapi kan Sayang, Umb ... ya sudah deh," Tania hanya bisa pasrah karena takut jika ia terus mengotot maka Rio akan curiga.

Melihat sikap Tania seperti itu,membuat Farah curiga, ia melirik Tania dengan sinis sehingga membuat nya gelagapan dan bingung sendiri.

'Aku yakin ada yang aneh disini, bagaimana mungkin Rio sama sekali tidak mengenaliku, kalau memang Dia membenciku dan berniat melupakan ku pasti Dia akan menolak tawaran ku ini, tapi ini Dia mau-mau aja, itu artinya memang ada sesuatu yang nggak beres, Aku harus mencoba cari tahu ada apa sebenarnya, Aku nggak boleh tinggal diam, kasihan Rio' ujar Farah dalam hati sambil menatap sinis Tania.

Rio di bantu oleh Tania dan Farah untuk bisa masuk ke dalam mobil Farah.

"Mbak, tolong agak cepat ya nyetir nya, soalnya kepala saya pusing banget," ujar Rio yang terus memegangi kepalanya.

Farah hanya menatap nya sambil mengangguk.