Chereads / Pernikahan impian / Chapter 8 - 8. Farah memilih pergi

Chapter 8 - 8. Farah memilih pergi

Farah lalu mengikuti wanita itu yang memasuki club malam.

"Aku harus pastikan dengan jelas bahwa itu bukan Ibu, Aku gak masih gak percaya kalau Ibu harus terjun ke dunia kotor ini," gumam nya.

Saat memasuki club Farah menemui wanita itu, didekatinya wanita yang mirip dengan ibunya itu.

"Maaf permisi," Farah memegang pundak nya, dan wanita itu pun menoleh ke belakang, betapa hancurnya hati Farah saat melihat wajah wanita itu.

"Ibuk ... Aku salah lihat kan, ini bukan ibu kan?" ujar Farah yang masih belum percaya dengan apa yang ia lihat.

Aku berlari keluar dari club, hatiku hancur berkeping-keping melihat semua ini, Aku merasa lengkap sudah penderitaan ku, Ibu yang Aku bangga-banggakan akan kelembutan hatinya kini ia telah berubah menjadi wanita yang sangat menjijikkan bagiku, selama ini Aku sangat jijik melihat Ayah ku mabok-mabokan dan selalu pulang pagi bersama wanita-wanita seksi, Ibu ku selalu bersikap sabar kepadanya, ia tidak pernah marah sama sekali.

Kesabaran nya itulah yang membuatku sangat salut dan menganggapnya sebagai ibu paling baik yang pernah Aku miliki, namun kini Aku sangat membencinya, ternyata tiada bedanya Ibu dengan Ayah ku.

Aku berlari dan terus berlari, ibu mengejarku sembari memanggilku untuk berhenti dulu sejenak, namun Aku tetap terus berlari, karena melihat mukanya saja rasanya Aku jijik, maafkan Aku Bu kalau ini mungkin terkesan sangat jahat dan kasar, tapi memang itulah yang Kau rasakan.

"Farah ... sayang, tunggu Nak, Ibu bisa jelasin ke Kamu Nak tentang semua ini, semua nya gak seperti apa yang Kamu kura Nak," teriak Ibu yang menyerah mengejar Farah.

Lalu Aku melambaikan tangan kepada taksi yang lewat dan Aku memilih untuk pulang ke rumah untuk menenangkan terlebih dahulu hati ku yang sedang hancur berantakan saat itu.

Saat sampai di rumah Aku langsung masuk ke kamar tidur ku, ku rebahkan tubuhku ke kasur, lalu ku ucapkan semua lampiaskan semua kesedihan ku di atas kasur ku.

"Ya Allah ... mengapa Ibu jadi seperti ini? Apa salah ku ya Allah, apakah Ibu sudah merasa lelah dengan apa yang terjadi selama ini, sehingga menarik nya ke dunia malam, Aku mohon ya Allah kembalikanlah keluarga yang dahulu lagi, kembalikan ibuku yang penuh cinta dan kasih,"

Malam semakin larut, namun Ibu tidak juga kunjung datang, karena merasa sudah tiada lagi yang peduli dengan ku maka Aku memutuskan untuk pergi jauh dari rumah, Aku tidak ingin lagi melihat tingkah Ayah dan ibu ku yang sangat menjijikkan itu. Aku ambil tas ku, lalu ku bawa sebagian baju-baju Ku yang masih bagus-bagus ke dalam tas.

Aku merasa inilah keputusan yang paling tepat, Aku akan pergi jauh dan memulai hidup baru seorang diri, meskipun Aku gak tahu bagaimana nanti nasib ku, nasib sekolah ku, Aku belum tahu semua itu, yang ada dalam fikiran ku hanyalah inggin pergi karena sudah merasa malu dengan sikap kedua orang tua ku.

Di tengah malam yang gelap yang sudah sudah menunjuk kan pukul 23.00, Aku berjalan seorang diri menelusuri jalanan di dalam desa, Aku harus melewati kegelapan ini untuk bisa sampai di kota dan mencari bus, Aku ingin pergi jauh agar tidak lagi bertemu dengan Ayah dan Ibu ku.

Langkah demi langkah Aku jalani, hingga pada akhirnya Aku sampai di jalan yang ramai, kini saat nya Aku menanti busa yang lewat untuk mengantarkan ke sebuah kota dimana tiada satu orang pun yang Ku kenal.

Setelah 30 menit Aku menanti, akhirnya ada sebuah bus berhenti tepat di depan ku.

"Mari mbak yang mau ke kota Bekasi," ucap kernet bus.

Akhirnya Aku memutuskan untuk ikut bus itu, Aku akan memulai hidupku di kota bekasi, entah langkah apa yang akan Aku awali nanti.

Di kota Bekasi.

Aku awali langkah ku pagi ini di kota Bekasi, Aku memilih untuk ngekost yang tempatnya lumayan ramai,sehingga Aku mudah untuk mencari pekerjaan untuk melanjutkan kehidupan ku mendatang.

Kos yang ku tempati pun kecil, hanya ada sebuah kamar yang tidak terlalu besar, dan dapur yang langsung ada kamar mandinya, ada juga ruang tamu yang sangat sempit. Bagiku itu sudah sangat cukup yang terpenting Aku nyaman dan sanggup membayar bulanan nya, dan untung nya di rekening ku masih memiliki tabungan yang lumayan banyak jadi bisa untuk kelanjutan hidupku kedepan.

Saat pagi-pagi tetangga-tetangga kos sebelah ku sudah sibuk mencari sayur di tukang jualan sayur keliling, beda dengan ku yang tidak bisa membeli sayuran mentah karena Aku tidak memilki alat-alat masak, yang Aku fikirkan pagi itu bagaimana caranya agar Aku bisa mendapatkan penghasilan untuk tabungan ku nanti.

Setelah melakukan shalat subuh, Aku lalu mandi kemudian bersiap-siap untuk melamar kerja dengan ijazah dan sertifikat-sertifikat prestasi ku yang Aku punya.

Tasikmalaya 6.30 pagi.

"Kamu jadi istri gak pernah becus, ngurus anak satu aja gak bisa sampai gak tahu anak mu pergi kemana," gertak Ayah Farah sembari melayangkan sebuah tamparan ke pipi Ibunya Farah hingga ibunya jatuh tersungkur ke lantai.

Lalu di tarik rambut nya sama Ayah.

"Aku gak mau tahu ya, Kamu harus cari Farah sampai ketemu, kalau sampai tidak ketemu maka Aku akan penggal kepala mu hidup-hidup, ngerti Kamu," gertak nya sekali lagi.

Ibunya Farah hanya menangis dan menangis, tidak satu pun keluar dari mulutnya, ia tidak berani melihat kemarahan suaminya yang sangat menakutkan.

"Ku dengarkan sekali lagi ya, Farah itu adalah aset terbesarku, Aku sudah menawarkan Dia dengan orang yang kaya raya, jadi jangan sampai Dia pergi, karena itu sama saja Aku kehilangan harta terbesarku, kamu tahu itu," sembari menaruh tangan nya di dada sembari tertawa puas melihat penderitaan yang di buat nya.

Ibu lalu berdiri, dan menatap Ayah dengan tatapan yang sangat tajam, tersirat dari caranya memandang bahwa ia sangat membenci sosok lelaki yang ada di hadapan nya itu.

"Kamu itu memang iblis mas, sudah cukup Aku saja yang menjadi korban mu, jangan anak Ku, kalau Kamu mau jual Aku, silahkan! Kamu juga mau bunuh Aku silahkan! Aku sudah tidak peduli lagi, karena sejujurnya Aku lelah mengikuti semua kemauan mu yang tiada habisnya, kemauan mu yang selalu menjijikkan ini," ketus Ibu Farah dengan tegas.

"Ha ha ha," Ayah tertawa dengan suara buasnya, yang biasa nya itu pertanda ia akan membantai sesuatu, lalu ia mendekati ibunya Farah, hingga tepat berdiri di depan Ibu, namun Ibu sudah tidak takut lagi, ibu pun menatap nya dengan sinis, pertanda bahwa ibu akan melawan kekejian Ayah kali ini.