"Mama," gertak Rio dengan tegas, muka Rio merah, matanya menatap Mama nya dengan sangat tajam.
"Mama gak boleh ngomong kayak gitu, bagaimana pun juga Farah itu memiliki perasaan Ma! Apakah Mama tidak bisa sedikit aja memiliki hati untuk bisa berkata yang layak di dengar, Mama selalu mengajarkan Aku agar selalu menjaga ucapan ku, dan Mama bilang jangan sampai menyakiti hati wanita, Tapi ... Tapi kenapa Mama malah menyakiti hati sesama Wanita Ma, jujur Rio gak suka dengan cara Mama ini," lanjut Rio.
Ucapan Rio bagaikan tamparan untuk Mama nya, Ia masih tak menyangka anak yang ia besarkan kali ini terang-terangan membela wanita lain di banding dirinya, rasa itu membuatnya semakin marah dan benci dengan Farah.
"Huh ... lihat Itu Farah, Dia baru mengenal Kami tapi Dia sudah berani membentak wanita yang sudah melahirkan dan membesarkan nya, Padahal selama ini Dia tidak pernah berkata kasar kepadaku, inilah dampak nya kalau Dia terus dekat dengan Kamu, Saya khawatir anak saya akan menjadi anak pembangkang seperti ini," hardik Mama Rio sambil menunjuk-nunjuk Farah.
Farah yang sedari tadi hanya diam, kini ia semakin merasa tidak terima, karena merasa dirinya telah benar-benar di hina dan di injak-injak oleh Mamanya Rio.
Sedangkan Papa Rio hanya bisa diam melihat situasi yang kurang baik itu.
"Tante ... Terimakasih karena Tante telah menyadarkan saya, meski sebelumnya Saya sadar diri kalau saya gak pantas berteman dengan anak Tante, namun karena memang Rio merasa nyaman berteman dengan saya hingg akhirnya saya mau berteman dengan nya, Terimakasih sekali lagi saya ucapkan kepada anda ibu Vanesa yang terhormat," tutur Farah sambil menatap nya degan tajam.
Lalu Farah menghadap ke Rio.
"Rio ... Aku harap ini semua bisa membuka mata Kamu bahwa sesungguhnya Kita gak mungkin bisa berteman baik seperti biasanya lagi, Kami bisa mendapatkan teman yang lebih baik dariku," Rio berusaha menahan tangan Farah namun Farah menepis nya, lalu tersenyum kepada Rio.
"Nurut apapun yang di perintahkan oleh Mama Kamu Rio, karena Dia adalah surga mu," pesan Farah sebelum ia meninggalkan Rio.
"Far ... Farah, tunggu Farah, biar Aku antar Kamu pulang,"
"Berhenti disitu Kamu Rio, Mama minta Kamu masuk ke dalam, gak usah pedulikan wanita itu lagi, biarkan Dia pulang sendiri," tegur Mama Rio dengan tegas.
Rio lalu menoleh ke Mama nya, pandangan itu memperlihatkan rasa kecewanya yang begitu besar kepada Mama nya.
"Mama memang benar-benar gak punya hati," ketus Rio lalu ia tetap berusaha mengejar Farah.
"Rio ...Kalau kamu tetap mengejar wanita itu maka Mama akan tarik semua fasilitas Kamu," teriak Mamanya, sontak Rio berhenti, ia memikirkan kembali ucapan Mama nya itu.
Mama Rio lalu berjalan mendekati Rio dan di ikuti oleh Papa Rio, ia lalu merangkul Rio dan menangis di pundaknya.
"Rio ... Maafkan Mama, bukan maksud Mama untuk jahat sama Kamu ataupun Farah, tapi Mama hanya ingin yang terbaik aja buat Kamu Nak," rintih Mama Rio.
Rio hanya berdiri tegap tanpa mau menoleh sedikit pun, air mata nya di tahan nya agar tidak jatuh, karena tidak mau terlihat lemah di hadapan siapapun termasuk orang tua nya.
"Rio ... apa yang di katakan Mama Kamu itu benar Nak, Kita berdua hanya ingin yang terbaik buat Kamu, Jangan sampai nanti Kamu salah pilih sayang," ujar Papa yang sejak tadi hanay diam dan ternyata ia mendukung perlakuan Mama nya.
"Lepas Ma, Rio mau ke kamar," ujar Rio dengan tegas.
"Nak ... Kamu gakpapa marah sama Mama, tapi suatu saat Kamu akan tahu maksud Mama ini Nak," rintih Mama nya sembari mengelus pipi Rio.
"Rio bilang Rio mau masuk kamar, bisa nggak Mama sama Papa beri Rio waktu untuk sendiri dulu," ketus Rio.
"Oh iya Sayang, maafkan Mama ya Rio," Mama nya langsung melepaskan nya, Rio langsung pergi meninggalkan mereka berdua, ia naik ke lantai atas lalu masuk ke kamar dan menutup pintunya dengan sangat keras.
Sesampainya di kamar Rio membanting dirinya di kasur.
"Agh," teriak Rio sambil meremas selimut yang tertata rapi hingga berantakan di buat nya.
"Dasar laki-laki lemah loe Rio, Elo itu gak bisa apa-apa, cuma melindungi satu cewek aja elu gak bisa, sampai Dia harus merasakan sakit dan hancur seperti itu, Agh," teriak Rio yang merasa benci dengan dirinya sendiri.
Farah setelah meninggalkan rumah Rio, ia berjalan terus, di sepanjang jalan ia tak kuasa membendung air matanya, lalu Farah memilih untuk berhenti sejenak di taman kota yang tak jauh dari rumah Rio.
Ia duduk di sebuah kursi berwarna putih dan ia meluapkan semua tangisan nya.
Sakit hati akan ucapan Mama Rio yang telah merendahkan dirinya, dan juga menghina keluarga nya.
Aku hancur saat itu, Aku tak berdaya untuk membela keluarga sendiri yang telah di hina dengan sangat oleh Mama Rio, Aku ingin membela bahwa Ibuku tidak seperti itu, namun Aku tak punya keberanian untuk mengatakan itu, Aku takut, takut jika memang tuduhan itu benar, Kini yang bisa Aku lakukan hanyalah menangis dan menangis, menangis karena merasa sakit hati dengan ucapan Mama Rio, dan sakit karena merasa kecewa mendengar kabar tentang Mama yang kura enak untuk di dengar itu.
Taman Flaminggo, tadi taman itu tepat nya Aku meluapkan semua rasaku, Hingga tak terasa tiba-tiba hati sudah mulai gelap, Aku kini merasa sendiri lagi, Ibu yang biasanya mencarimu saat Aku tiada di rumah namun kini Ibu tidak lagi mencarimu, Karena ibu kerja dari pagi hingga pagi lagi, sehingga waktunya untuk ku semakin berkurang.
Kesedihan ku kini terasa lengkap, Ibu tidak lagi peduli dengan ku, Memiliki Ayah pun rasanya seperti tidak memiliki nya, dan Aku sempat bahagia memiliki sahabat yang sangat baik, namun kini ia harus pergi dan tak boleh lagi berteman dengan ku, Aku benar-benar merasa sendiri, sepi, tanpa siapapun disisiku.
"Agh ... Aku lelah ya Allah, aku gak kuat, Tiada lagi yang peduli lagi sama Aku sekarang, lebih baik Aku mati daripada harus kayak gini," rintih Farah sambil menangis.
Farah menunduk kan kepalanya, tangan nya menutupi muka nya.
"Aku harus bagaimana lagi ya Allah, Aku rasanya udah gak kuat lagi," rintih nya lagi, lalu ia angkat kepalnya karena merasa sangat pusing, lalu ia sisihkan tangan nya dari muka, ia melihat sosok wanita yang tak asing dan berpenampilan seksi, dan hells lumayan tinggi, rambut di urai, itu masuk di sebuah club malam, ia berjalan terlihat sangat buru-buru.
"Ibu ... itu seperti ibu, tapi agh masak ia," Aura kembali melihat nya dengan seksama agar lebih jelas.