Mama dan Papa Rio hanya terdiam sambil menatap Farah dengan seksama.
"Hay Om, Tante," sapa Farah sambil melambaikan tangan.
Melihat sikap orang tua Rio yang terus memandangi nya membuat Farah risih dan nggak nyaman berada di sana.
'Hih ... Kayak nya Aku salah lokasi deh, tempat ku itu bukan disini' gumam Farah dalam hati.
"Ehem," Papanya Rio seperti mau memulai pembicaraan nya.
"Humb ... Kamu siapa tadi namanya Nak?" tanya Papa Rio ke Farah.
"Saya Farah Om," jawab Farah gugup.
Papa Rio lalu menumpang kan kaki kanan nya di atas kaki kirinya.
"Oh Farah, umb ... Kamu teman satu kelas nya Rio?" tanya Papa Rio.
"Iya Om," Farah kali ini tidak berani mengangkat pandangan nya.
'Humb ... rasanya kok kayak mau di sidang aja sih' batin nya.
"Aduh ... Mama sama Papa kenapa sih kok serius amat? Kasihan dong Farah, Dia teman baru Rio, dan batu pertama kali kesini, eh bukan nya di ajak becanda kek, ini malah kaku banget nanya nya, kayak mau di interogasi apa aja loh," sahut Rio yang melihat sikap Mama dan Papa nya membeku.
"Kalian habis darimana?" tanya sinis Mama Rio.
"Kita? Dari..."
"Diam Kamu Rio, Mama pengen Farah yang jawab, bukan Kamu," sahut Mama.
"Oh, oke, Farah ... Kamu jelaskan ke Mama deh yang sejujurnya," ucap Rio.
Dengan keberanian nya Farah menjawab pertanyaan Mama Rio sambil menatapnya.
"Maaf Tante, Om, Saya akui kalau saya Salah, Tadi kita berdua keluar dari sekolah karena ada suatu Masalah, Saya sebenarnya hanya ingin pergi sendiri namun Rio memaksa untuk ikut bersama saya, Dan akhirnya saya ikuti saja mau nya RIo, Kita pergi ke puncak untuk mencari hiburan, tapi belum Samapi tujuan Tante nelfon, akhirnya Kita putar balik, dan di tengah perjalanan terjadi hujan deras Tante, makanya Kita pulang telat, ini baju saya sudah ganti karena baju sekolah saya yang saya pakai tadi basah kuyup, Saya mohon maaf om, Tante,"
"Semua yang di jelasin Farah itu benar adanya loh Ma, Pa, jangan dikira Kita aneh-aneh lagi, Kita itu real memang kehujanan," sahut Rio untuk meyakinkan Papa Mamanya.
"Lalu kenapa Handpone Kamu gak aktif?" tanya Mama Rio dengan sinis.
"Tadi itu disana sama sekali gak ada jaringan Ma, ini semua pesan Mama baru masuk pas Aku sudah dapat jaringan tadi," jawab Rio.
Karena melihat ekspresi Mama dan Papanya Rio tetap tidak berubah setelah di jelaskan semuanya oleh Farah, akhirnya Farah memilih untuk pamit pulang, karena merasa ini bukan tempat untuk dirinya.
"Umb ... Maaf Om, Tante, Saya rasa kayak nya urusan Saya disini sudah selesai, Saya sudah menjelaskan semua nya ke Om dan Tante, saya menjelaskan sejujur-jujurnya, dan untuk percaya atau tidak nya itu semua terserah Om dan Tante, humb ... Kalau gitu dengan hormat saya mohon Pamit,"
Farah lalu berdiri dan saat hendak pergi Farah di panggil kembali oleh Mama nya Rio.
"Hey Farah," panggilnya dengan suara yang tegas.
Farah berhenti lalu menoleh.
"Iya Tante, ada apa?" jawabnya.
"Apakah Kamu tidak di ajarkan sopan santun sehingga Kamu tidak tahu etika bertamu?" ketus Mama Rio.
Farah tersenyum kembali, lalu menjawab nya dengan sangat berani.
"Humb ... Maaf Tante, bukan nya saya bermaksud untuk tidak sopan, tapi saya rasa disini memang bukan tempat saya, Jika Tante memanggil saya kesini dan meminta saya untuk menjauh dari Rio maka saya akan lakukan itu kok, karena saya sadar, Saya hanya Anak dari orang biasah, dan saya sadar bahwa saya dan Rio memang beda kasta,"
"Farah, Kamu ngomong apa?" Rio berdiri dan terlihat kebingungan dengan sikap Farah.
"Rio, Kamu duduk, Mama gak mau kamu ikut campur dalam masalah ini," tegur Mama Rio.
"Ma, Mama gak perlu marah-marah, Farah itu tamu, jadi setidaknya Kita harus menghargai Dia," tegur Papa Rio.
"Papa mending diam kalau belum tahu masalah nya," ketus Mama Rio yang sudah mulai marah.
"Tante, saya rasa urusan saya sudah tidak ada lagi kan? Seperti nya sekarang tinggal urusan keluarga Tante, jadi gak etis kalau saya masih berada disini," sahut Farah.
"Kamu sebenarnya memiliki apa sehingga Kamu memiliki keberanian bicara tidak sopan begitu sama Saya, Kamu itu cuma anak desa yang kebetulan mendapat biaya siswa di sekolahan elit, gitu aja kok udah sok gitu? Saya harap Kamu sedikit sadar diri untuk berani bicara sombong dihadapan saya Farah, Saya memang mengundang Kamu kesini hanya ingin mengatakan kalau Kamu tolong jangan dekat-dekat lagi dengan Rio karena saya gak mau Rio terbawa pergaulan yang kurang baik dengan Kamu," ketus Mama Rio.
"Cukup Ma," sahut Rio yang mulai kesal melihat sikap Mama nya. ia lalu berdiri dan mendekati Farah.
"Mama gak boleh ngomong kayak gitu sama Farah, Dia ini anak baik-baik, Dia teman Rio, Mama memang orang kaya tapi Mama gak boleh seenaknya menghina Farah seperti itu, dan jangan pernah larang Rio untuk berteman dengan Farah, Karena Rio hanya merasa nyaman berteman dengan Dia, Farah anak yang tulus, Dia gak pernah meminta apa-apa ke Rio, justru Rio merasa banyak di bantu oleh Farah, jadi Rio harap Mama jangan lagi larang-larang Farah untuk berteman dengan Rio," lanjut nya dengan tegas.
Farah sesekali menahan Rio agar tidak marah kepada Mama nya, namun Rio tetap saja terus marah karena merasa sikap Mama nya sudah melewati batas.
"Rio ... Kamu gak boleh ngomong kasar kayak gitu sama Mama Kamu," tegur Farah.
"Biarin Far, Aku gak suka aja ada orang yang ngerendahin Kamu, meskipun itu Mama ku sendiri," jawab Rio.
"Oh ... jadi kami belain Farah Rio?" sahut Mama nya.
"Aku gak bela siap-siap Ma, Aku cuma ingin Mama itu bersikap manusiawi sedikit sama Farah, karena apa yang Mama fikirkan tentang Farah itu semua gak benar, Dia anak yang baik Ma," Rio tetap bersikukuh membela Farah.
"Huh ... anak baik? Anak dari seorang preman? Anak dari seorang wanita malam? Apakah itu anak yang baik?" ejek Mama Rio dengan sombong nya.
Farah seketika diam terpaku, ia tidak menyangka Mama Rio bisa mengetahui tentang keluarganya.
Hatiku hancur mendengar ucapan Mama Rio yang sangat kejam menurut ku, Aku juga sebenarnya tidak ingin di lahirkan dari keluarga yang seperti ini, Siapa yang mau memiliki Ayah seorang preman, dan ibu seorang wanita malam, meski Aku belum tahu kebenaran nya, Namu mendengar Mama Rio mengucapkan nya dengan sangat lantang nya bagai di sambar petir hati ini, padahal Aku sendiri belum tahu pasti kebenaran tentang Ibuku itu.
Rio semakin marah mendengar ucapan Mama nya yang sudah melewati batas menurut nya.