Chereads / My Other Self Desire / Chapter 2 - Bite

Chapter 2 - Bite

Tubuhku rasanya hilang kendali dan hanya bergerak sesuai dengan insting saja, taringku muncul, rasa haus dan lapar menyerang.

"Ahh kau He Bin rupanya!! kau cukup lucu juga menahanku seperti ini. Apa kau ingin bermain dengan Noona??" senyum Sohwa telah berganti dengan senyum nakal yang hanya keluar ketika instingnya mengambil ahli. Sohwa tidak pernah tersenyum nakal seperti itu. Jika tahu seperti ini, Sohwa tidak akan pergi malam ini dan menghabiskan waktu di dalam apartemen saja.

"Noona apa yang kau katakan? kau kelihatan seperti orang yang berbeda" tanya He Bin kebingungan dengan situasi yang menjadi semakin aneh ini

"Apanya yang berbeda? kau terlalu berlebihan" Sohwa bersemirik kecil melihat He Bin yang terheran-heran dengan perubahannya. Mungkin dia senang membuat bingung He Bin. Dia menarik kerah He Bin dan merubah posisi mereka, He Bin sekarang posisinya ada dibawah dan Sohwa menduduki perutnya. Perlahan Sohwa mulai merabah leher He Bin yang putih dan mulus itu. Melihat wajah He Bin yang merona Sohwa tidak bisa menghentikan permainannya. Sohwa tertawa kecil melihat wajah polos He Bin "kamu masih perjaka yah?" bisik Sohwa kepada He Bin dan membuat pria itu semakin memerah dan Sohwa pun mulai merabah dada He Bin dan membuat pria itu tegang. Dia meronta sedikit tapi tidak berdaya karena Sohwa menduduki perutnya dan terus membuat gerakan sensual yang membuat pria tersebut menghela nafas panjang. Sohwa tersenyum nakal melihat muka He Bin yang memerah seperti kepiting rebus. Dia tak bisa menghentikan tangan nakalnya untuk merabah tubuh He Bin dan menggodanya. Tidak sampai disitu saja, tangan Sohwa tiba-tiba merabah paha He Bin dan mengelus-elus paha mulusnya itu. He Bin mengerang dan hanya bisa pasrah. Sohwa mendekatkan tubuhnya pada He Bin, pria itu bisa merasakan sentuhan dada Sohwa dan dirinya hingga hembusan nafas Sohwa di sekitar lehernya. Sohwa perlahan melepas satu persatu kancing baju He Bin, membuat pria itu hanya bisa terkejut serta diam tak bergerak seperti patung yang telah terkena sihir. Sohwa mulai melancarkan tangannya ke dalam dada Hebin yang telanj*ng dan mengelus nya

"Hmmm" desahan He Bin membuat Sohwa merasa terangs*ng. Dia terus memainkan jarinya di sekitar tubuh He Bin yang membuat laki-laki itu merinding. Tatapan nakal nya melihat He Bin dengan sangat menggoda. Mata amber Sohwa telah bewarna merah seperti api yang sedang membara. Keadaan disana memanas seperti di sauna. He Bin berkeringat dan merasa terangs*ng dengan gerakan yang dilakukan Sohwa. Dengan posisi menduduki dan tatapan yang menggoda perlahan Sohwa membuka bajunya seperti menggoda He Bin. Dengan hanya memakai bra hitam, penampilan Sohwa sangatlah sensual karena lekuk tubuhnya yang ramping. Perlahan sohwa menunduk dan mengarahkan bibir merahnya kearah bibir He Bin. He Bin kaget karena Sohwa menciumnya, tetapi karena sudah pada posisi ini mereka pun saling bertukaran ciuman dan bermain dengan lidah mereka. Malam panas itu berlanjut dengan desah*n-desah*n yang bisa membuat orang yang mendengarnya malu. Semakin panas malam semakin enak darah yang akan dihasilkan.

Tanpa sadar taring Sohwa siap menancap pada leher He Bin. "Creeekk!!!" Suara taring menancap dan darah mengalir keluar dari leher He Bin. He Bin mulai merintih kesakitan awalnya namun berubah menjadi desah*n pelan. Sohwa terlihat sangat menikmatinya. Matanya berubah menjadi kuning setelah selesai meminum darah dan akhirnya Sohwa bisa mengambil ahli lagi seperti semula. Tapi tunggu!! apa yang akan aku jelaskan pada He Bin jika nanti dia bangun? haruskah aku segera kabur dari sini? tidak!!tidak!!tidak!! kalau begini aku akan segera ketahuan, pertama-tama aku akan membersihkan darah nya. Ah! bagaimana dengan gigitan di lehernya ini? aku ingin mati rasanya! ini lah sebabnya aku sangat benci jika aku kehilangan kendali tubuhku. Tiba-tiba aku ingat bahwa pernah diajarkan oleh sesepuh vampir dulu. Untuk menutup luka taring vampir pada manusia sesudah meminumnya harus dengan sedikit darah vampir saja itu mungkin akan berhasil.

Aku menusuk jariku dengan jarum hingga berdarah dan meminumkannya pada He Bin. Dan benar ternyata, perlahan dan secara ajaib luka bekas taringku hilang tanpa bekas.

"Ahh!! aku kira aku akan tinggal disini lebih lama lagi. Tapi apa yang ku lakukan? aku sudah ketahuan sepertinya" aku melihat kearah He Bin yang tertidur puas karena darahnya yang banyak kuambil. Dia pasti lemas besok.

Aku memang tak bisa tinggal lama di suatu tempat. Semua terlihat sangat buram bagiku. Sekarang juga aku harus kehilangan tempat tinggalku ini. Aku harus pergi sekarang dan menghapus jejakku.

"selamat tinggal, He Bin" Aku mengucapkan kata terakhirku pada He Bin yang sedang tertidur pulas. Aku mengambil bajuku yang tergeletak di lantai dan memakainya. Perlahan-lahan aku melangkah kearah pintu dan membukanya, memastikan bahwa pintu itu tidak mengeluarkan suara yang keras.

He Bin yang tertidur perlahan membuka mata nya dan terdiam tanpa kata, dia tidak tidur dari awal hingga kepergian Sohwa. Tatapan matanya yang misterius itu seolah ingin mengatakan sesuatu namun penuh kabut yang membuat orang tidak mengetahui apa yang dia pikirkan.

~~~~

Malam itu, Sohwa bergegas membereskan barangnya dan bersiap untuk pergi dari tempat ini. Pergi sejauh mungkin dari daerah ini, mungkin ke kota lain. Pagi pun datang tanpa sepengetahuan Sohwa yang sedang sibuk mengemas baju dan barang-barang lain. Keadaan kamar yang sangat minim cahaya pun menjadi alasan untuk melewatkan terbitnya matahari. Mengingat, Sohwa adalah vampir dan sangat sensitif terhadap matahari. Bukan berarti vampir tidak bisa beraktivitas di pagi hari, namun penglihatan mereka sangat terbatas jika di pagi hari.

(TING TONG)

Suara bel berbunya dan mengagetkan Sohwa yang sedang melipat baju.

"Apa-apaan malam-malam begini datang ke tempat orang" Sohwa bertanya-tanya siapa orang yang datang malam..eh pagi. Setelah melihat celah jendela yang terbuka dan berpantulan cahaya, Sohwa baru sadar jika pagi sudah datang menggantikan malam.

"S*al! siapa sih pagi-pagi begini" celotehnya

Sohwa pun meninggalkan pekerjaannya dan bergegas membukakan pintu dan siapa yang datang mengejutkannya.

"Johan, apa yang kau lakukan disini?" tanyaku heran. Johan merupakan salah satu kenalan vampir ku yang cukup dekat walau kami jarang bertemu. Dia datang sekarang pasti karena ada yang sangat mendesak.

"Kita perlu bicara Sohwa" nada bicaranya yang serius tidak seperti Johan dan itu membuatku penasaran.

"Baiklah, ayo masuk" dia pun masuk sambil melihat kebelakang memastikan tidak ada yang mengikutinya. Johan yang biasanya tidak pernah melakukan itu. Hidup ini semakin rumit saja.