"Apa kau sudah gila!!!" Teriakan Johan berdengung seisi ruangan kecil ini. Johan tidak percaya orang yang berhati-hati seperti Sohwa akan seceroboh ini membiarkan manusia mengetahui keberadaan vampir.
"Kamu gila ya?! telingaku bisa tuli tau" Sohwa berteriak balik pada Johan yang masih menatapnya dengan tajam.
"Haishh..Ya sudahlah, mau bagaimana lagi ini sudah terjadi. Bagaimana jika kau tinggal di tempatku dulu sementara?" Johan menawarkan Sohwa untuk tinggal di tempatnya sementara. Daripada Sohwa harus tinggal di hotel sepertinya tempatnya lebih aman.
"Bagaimana dengan tetanggamu itu? Bagaimana jika dia menceritakanmu ke orang lain?"
"Tenang saja aku sudah menghapus jejak ku. Sepertinya saat aku menancapkan taringku ke lehernya dia tidak sadar dan juga jika dia sadar dia tidak punya bukti apapun karena bekas gigitanku juga sudah hilang" Sohwa sangat yakin jika dia tidak meninggalkan jejaknya.
"Untung saja kau tidak seceroboh itu. Kalau tidak bisa gawat"
~~~
Tidak lama setelah pembicaraan mereka, Johan pun pamit untuk pulang karena dia belum beristirahat sama sekali karena setelah mendapat kabar dia langsung menuju ke tempat Sohwa.
"Aku pulang dulu hwa, pastikan kau mengabariku kalau kau akan pindah"
"Baiklah, kabari aku jika kau sudah sampai"
Sohwa mengantarkan Johan keluar pintu dan si*lnya setelah Johan pergi dan Sohwa hendak balik masuk ke dalam tetangga sebelah keluar dan bertatap mata dengan Sohwa. Sohwa kaget tapi berpura-pura tidak menunjukkannya. Sohwa hanya tersenyum canggung dan menghiraukan tatapan tajam yang He Bin berikan.
"Apa kau tidur nyenyak semalam noona?" Tanya He Bin pada Sohwa sambil tesenyum nakal.
"Apa maksudmu? Sohwa berpura-pura tidak tahu apa-apa untuk menghindari percakapan canggung itu.
"Entahlah, mungkin setelah memanfaatkan seseorang kau hilang ingatan" Ejek He Bin.
"Huh? aku tidak mengerti arah pembicaraan ini" Sohwa masih memasang muka datar sehingga He Bin tidak dapat membacanya. Setelah pembicaraan canggung ini, Sohwa bergegas masuk ke dalam apartemen. Terdiam sebentar di belakang pintu setelah menutup pintu dan menghela nafas panjang.
"Apa-apaan dia? Apa dia tahu?" Mulai muncul rasa ketidakpastian dihati Sohwa ketika mendengar kata He Bin tadi seakan dia menyembunyikan maksud lain di perkataannya. Tapi Sohwa sudah tidak peduli dengan itu karena dia akan pergi secepatnya dari tempat ini.
Belum lewat semenit Sohwa menutup pintu, terdengar suara bunyi gedoran pintu refleks membuat Sohwa terkejut dan membuka pintu dengan kesal. Sohwa tidak menyangka bahwa He Bin tidak akan menyerah begitu saja tentang pembicaraan mereka barusan.
"Noona..ah bukan!! atau harus kupanggil Sohwa" He Bin tersenyum sambil melihat Sohwa yang mengkerutkan dahinya. Dia terlihat sangat lucu.
"Apa kau akan mengundangku atau aku akan masuk sendiri"
'Apa-apaan orang ini? sangat tidak sopan' Dalam hati Sohwa dia mengutuk He Bin yang seenaknya masuk ke dalam apartemennya.
"Hei!! Apa yang kau lakukan disini? Apa kita seakrab itu untukmu masuk seenaknya?" Dengan nada kesal Sohwa berbicara pada He Bin yang duduk dengan santai di sofa seperti tuan rumah. Cara duduknya yang elegan membuatnya terlihat seperti raja yang duduk singgasananya. Dimana laki-laki yang terlihat seperti kelinci itu tadi malam, yang ada hanyalah serigala berjubahkan kulit manusia.
Melihat Sohwa yang sedang dalam dunia bawah sadarnya He Bin menghampiri Sohwa dan mendekatkan wajahnya ke wajah Sohwa. Karena He Bin lebih tinggi dia harus menunduk sedikit untuk melihat Sohwa yang terdiam dan tatapannya menghadap lantai seperti ada sesuatu yang menarik disana.
"Hei!! gadis nakal apa yang kau lihat di bawah lantai? ada yang menarik?" Tanya He Bin dengan nada menggoda yang seketika membuat Sohwa terbangun dari alam bawah sadarnya dan perlahan menaikkan wajahnya hingga bertatapan satu sama lain dengan He Bin. Sohwa bisa melihat bulu mata He Bin yang panjang, alisnya yang tebal, hidungnya yang mancung, mukanya yang tanpa pori-pori itu hingga bibirnya yang merah. Rasanya seperti kenangan semalam terlintas lagi di pikiran Sohwa. Ciuman bergairah yang dilakukan oleh mereka berdua, mengingat hal itu membuat muka Sohwa memerah dan melihat kelakuan aneh Sohwa-He Bin hanya bisa menaikan satu alisnya terheran dengan apa yang membuat wajah Sohwa memerah. Namun melihat arah mata Sohwa pada bibirnya dia langsung tahu apa yang wanita ini pikirkan. Seperti mangsa yang terjebak dalam jaring Sohwa tidak sadar bahwa dia sudah terjebak selamanya dengan laki-laki ini.
"Apa kau tertarik dengan bibirku?" Goda He Bin.
"Jika aku bilang iya?" Sohwa berbalik menatap mata He Bin seolah menantang.
"Lalu ambilah" He Bin mendekatkan wajahnya lagi ke Sohwa hingga bibir mereka hampir bersentuhan namun He Bin berhenti dan matanya menatap Sohwa yang wajahnya sudah kembali datar seperti biasa.
"Tidak menyenangkan, kau sama sekali tidak bisa diajak bercanda" He Bin kecewa karena Sohwa tidak benar-benar menginginkan ciumannya. Namun apa boleh dibuat, suatu hari nanti dia akan membuatnya menginginkan itu.
Sohwa tahu jika He Bin hanya menggodanya jadi dia hanya mempermainkan balik permainannya. Dasar tidak tahu malu. Sohwa kira dia laki-laki yang polos ternyata kelakuannya seperti gangster.
"Hentikan permainan murahanmu dan katakan apa tujuanmu kesini" Keluar kata-kata Sohwa yang tidak berperasaan.
"Dasar wanita dingin! kau membuatku patah hati" He Bin hanya bisa tersenyum pasrah melihat wanita dingin ini. Dia tidak tahu cara apa yang harus dia lakukan untuk mendapatkan hati wanita ini.
"Humm!! aku tidak tahu apa yang kau bicarakan"
"Baiklah wahai penguasa malam kaum vampir, jika itu membuat mu lebih baik" He Bin tidak pernah melepaskan pandangannya sama sekali dari wajah Sohwa seakan ingin melihat reaksi yang diberikan wanita ini.
"Apa maksudmu? Aku tak mengerti, apa buktinya jika aku vampir?" Sohwa yang masih menyangkal sebenarnya sudah berkeringat dingin sedari tadi seakan tahu bahwa topik pembicaraan ini akan terjadi.
"Apa kau masih menyangkalnya? Setelah yang terjadi semalam. Aku mengingat semuanya tahu"
Perlahan raut muka Sohwa berubah dan sudah tidak setenang dahulu yang ada hanya tatapan tajam yang penuh keganasan seperti binatang buas yang akan menyerang musuhnya dan taringnya yang tersembunyi pun sudah muncul dan matanya berubah sepenuhnya merah.
"Apa yang kau mau? Kau tidak punya bukti yang bisa membuatku terancam dan lagi jika aku mau aku bisa membunuhmu sekarang tanpa meninggalkan jejak sedikitpun" Sohwa tau bahwa dia sedang dalam situasi yang tidak menguntungkan karena laki-laki ini meski dia tahu bahwa vampir bisa membunuhnya dengan mudah dia masih saja berani menghampirinya.
"Tenanglah. Aku bukan musuhmu" He Bin berusaha menenangkan Sohwa yang sebentar lagi akan mengamuk.
"Apa mau mu?!" Sohwa sudah semakin tidak tenang seruangan dengan orang yang dapat mengancamnya.
"Ada yang harus kubicarakan denganmu. Bagaimana jika kau tenang dulu dan kita duduk baik-baik untuk membicarakan itu" Bujuk He Bin dengan nada yang halus. seakan meyakinkan hewan buas satu ini untuk tenang.