Karin yang melihat mata para tetangganya itu pun memutuskan untuk kembali masuk ke dalam rumahnya.
"Loh ko balik lagi Rin?" Maya keheranan dengan tingkah Karin.
"Itu ka, di depan tetangga wajahnya pada serem semua, Matanya pada melotot semua ke Karin,"
"Hahaha jadi karena itu kamu balik lagi, Iya udah ayo aku temani ke luar!" Maya menarik tangan Karin.
Saat di luar rumah, Maya meminta maaf atas kejadian yang membuat para tetangga ke usik dan ke ganggu.
"Mohon maaf iya ibu-ibu dan bapak bapak, Karena ulah tamu saya kalian jadi keganggu,"
"Iya nih neng Maya, Anak ibu jadi kebangun karena suara telakson yang berisik,"
"Iya, Mohon maaf iya Bu, Rin buruan sana samperin pacar kamu tuh, Sebelum para tetangga ngamuk."
Karin berjalan melewati para tetangga dan masuk ke dalam mobil Alex.
Brak, Karin membanting pintu mobil Alex, "Kamu ini kenapa sih, Siang siang gini ko bikin ulah?" ucap Karin marah.
"Eh yang harus nya marah itu aku iya bukan kamu,"
"Loh ko bisa, Memangnya kamu kenapa? Ko harus marah sih?"
"Iya lah, Bagaimana aku gak marah orang aku dari tadi hubungin kamu tapi gak ada respon, nih lihat nih udah berapa ratus kali aku telpon kamu,"Sambil menunjukan hpnya ke depan muka Karin"
"Oh, cuma karena itu kamu marah, Tadi tuh Karin lagi tidur sama ka Maya jadi iya mana dengar kalo ada telpon."
"Em bagus iya, Kamu enak-enakan tidur sedangkan aku sedari tadi tuh kawatir sama kamu,"
"Kenapa harus kwartir, Kan Karin gak kenapa kenapa?"
"Iya tak apa-apa, Emangnya salah kalo aku kawatir sama pacar sendiri?" Alex salting sendiri.
"Dih, Baru pacaran sehari aja ko udah mulai fosessive sih kamu,"
"Bukan fosessive iya, Tapi perduli, dengar perduli!"
"Iya iya, Perduli iya aku tau, Terus kamu ngapain ngehidupin klaksonnya keras banget mana lama lagi?"
"Sengaja, Biar kamu keluar, Lagian aku malas keluar dari mobil, Soalnya panas,"
"Dih, Laganya sampe bilang panas," Karin mencibir.
Seketika suasana hening tiada suara.
Karin memberanikan diri untuk membuka suara.
"Em, Itu mama kamu bagai mana keadaan nya Lex?"
Alex langsung menatap Karin tajam.
"Kan aku sudah bilang, Panggil aku sayang, sayang s a y a n g, Sayang Alex mengejan ucapannya."
"Iya sayang, Kabar mama kamu bagai mana?"
"Kabarnya kurang baik, Mungkin sebentar lagi akan baikan, Kamu gak usah mikirin soal mamah aku iya sayang, Yang harus di pikirin itu kita,"
"Loh ko gitu, Kenapa dengan kita?"
"Iya, iya kita kan semalam habis membuat huru hara, Jadi kita harus siap siap dengan keadaan yang ada nanti kedepannya!"
"Tuh kan, Apa yang Karin bilang, Kalo kaya gini sih Karin gak mau lah jadi pacar kamu,"
"Loh kenapa? Emangnya apa yang salah?"
"Ya iya, Kalo kaya gini kan jadinya bahaya, Nanti kalo Karin di apa,-apain sama orang gimana coba, Terus kalo Karin di sakiti sama orang gimana coba?"
Dengan menggenggam tangan Karin, Alex menyakini bahwa tidak akan terjadi apa pun. selagi ia masih ada bersama dengan karin.
"Kamu tenang saja sayang, Selama selagi ada aku di samping kamu, Aku tak akan pernah membiarkan seorang pun menyakiti kamu!"
"Ah lebay," Sambil melepaskan tangan nya
"Aku janji, Kamu harus percaya sama aku,"
"Iya udah deh, Karin percaya aja kalo gitu mah,"
"Nah gitu dong, Ikut aku sebentar yah,"
"Kemana, Karin tuh belum mandi tau, Lihat ni rambut Karin amburadul kaya gini," Karin menunjukan rambutnya
"iya ikut aku dulu, Hari ini aku akan membuat kamu berubah,"
"Maksudnya berubah apa?"
"Iya berubah, Menjadi lebih cantik dan anggun,"
"Tapi sedari awal kan memang seperti ini penampilan Karin, Kalo kamu gak suka iya udah,"
"Bukannya aku tak suka sayang, Tapi Aku mau kamu terlihat sepada dengan aku di mata semua orang,"
"Tapi kan, Karin,"
"Sudah kamu tinggal ikuti saja semuanya iya sayang,"
"Baik lah," Karin menuruti apa yang Alex mau.
Karin di bawa ke salah satu mall ternama di kota itu, Mereka mengelilingi mall tersebut dan membeli semua keperluan Karin, Dari mulai make up, pakaian, dan perhiasan bahkan pakaian dalam pun mereka beli
"Duh sayang ini tuh udah banyak banget loh, Nanti Karin pakenya gimana? Ini tuh udah hampir semua isi mall kita beli,"
"Kamu tenang aja, Mau mallnya pun aku bisa membeli kannya untukmu,"
"Ahhh udh deh, Jangan gombal terus, aku tuh cape tau, mana perut laper lagi,"
"Salah sendiri, kenapa gak bilang kalo lapar?"
"Iya habis nya kau dari tadi sibuk belanja, aku aja yang cewe biasa aja lah kamu cowo tapi ko rempong,"
"Heem iya, Ko aku jadi rempong, semua ini gara-gara kamu,"
"Loh ko gara-gara aku, Emang salah aku apa?"
"Iya, Gara-gara kamu aku jadi cowo yang cerewet dan rempong seperti ini,"
"Dih ko nyalahin aku sih?"
"Udah lah, Ayo kita makan dulu, Tadi katanya laper?"
"Iya ayo!" Dengan malas Karin mengikuti Alex
Di ujung sana ternya sedari tadi sudah ada yang memantau mereka.
"Bos kami sedang memantau mereka, Kira-kira kapan kami harus beraksinya?"
"Sabar, Tunggu aba-aba dari nyonya besar, Kita sekarang cuman harus memantau mereka saja dulu!"
"Baik lah bos," Para orang suruhan itu terus saja mengintili dan memantau Alex dan Karin dari jauh.
Sebenarnya sedari tadi Alex sudah tau jika mereka sedang di ikuti, Mereka belum tau siapa Alex sebenarnya.
"Kurang ajar, Mereka mau bermain-main denganku, Baik lah akan aku ajak kalian ke permainan yang amat menyenangkan," ucap Alex dalam hati sambil terus berpura-pura tidak melihat mereka
Tidak ada banyak orang tau siapa itu Alex, yang kebanyakan orang tau Alex adalah anak dari sepasang suami istri Sinta dan Bram, Mereka tidak tahu jika ada hal yang begitu besar di dalamnya.
"Kamu ko dari tadi diem aja sih, Kamu lagi mikirin apa Hem?" Karin bertanya.
"Tidak, Aku hanya sedang berpikir, Kenapa aku bisa tertarik dengan kamu, Padahal kamu itu jauh dari tipe aku," Karin yang mendengar itu seketika mood nya hancur.
"Iya kenapa memang, Kan dari awal kamu ketemu sama aku, Aku kan sudah begini, Culun dan udik," ucap Karin tajam.
"Iya, Mangkanya aku sedikit aneh," Padahal Alex tau jika Karin marah karena ucapannya.
"Iya sudah, Aku tak jadi makannya mood aku jadi rusak gara-gara anda, Permisi, Karin ingin beranjak dari duduknya, Tapi. langsung di tahan oleh Alex.