Chereads / Fons Cafe / Chapter 24 - Episode 25

Chapter 24 - Episode 25

"Pembalap F1 wanita asal Indonesia, Rhea Andrina dikabarkan vakum dari dunia balap yang sudah mengharumkan namanya sampai dunia internasional. Berita ini langsung dikatakan oleh Rapide Boulonner, selaku sponsor utama dari pembalap berbakat ini. Dara keturunan Perancis-Indonesia tersebut gagal lolos ke babak berikutnya dari F1, selain itu, hubungan antara Rhea dengan kekasihnya, Dennis Vorontsov dikatakan juga sebagai alasan Rhea memilih untuk vakum pada musim ini. Berita berikutnya..."

Kris, David, Alex, Carlos, dan Tatsuya sedang menonton siaran berita olahraga di Fons siang itu. Leo sedang pergi untuk menghadiri seminar di Amerika. Fons saat ini sedang sepi, dan hanya ada seorang pengunjung dengan pakaian atletik, rambut diikat, dan memakai topi. Perempuan itu sedang membaca koran yang menutup wajahnya.

"Sayang sekali Rhea tidak melanjutkan musim ini," komentar Carlos. "Aku yakin itu hanya omong kosong belaka saja kalau dia memiliki masalah dengan pacarnya."

"Kris, apa Rhea tidak menghubungimu?" Tanya Alex, "Saat tidak melakukan pertandingan, biasanya dia pasti pulang ke Indonesia bukan?"

Kris mengangguk menahan senyumnya, "Well, aku tidak bisa memberitahu kalian dimana, apa kabar dengan pujaan hati kita yang satu itu saat ini." Kris sudah tahu kalau Rhea memang sudah kembali ke Indonesia, tapi Rhea meminta agar Kris tidak memberitahukan tentang keberadaannya pada kawanan ini.

Suasana makan siang itu terasa santai. Pasalnya, Steffi tidak memanggil-manggil Alex untuk makan siang dengannya di lokasi syuting, karena sedang melakukan syuting di Belgia dan akan kembali lusa.

Sementara Tatsuya bisa sedikit lega karena Gaby juga sedang pergi ke rumah orangtuanya bersama Clement untuk jalan-jalan.

"Akhir minggu memang terasa menyenangkan bila bisa berkumpul dengan teman-teman baik seperti ini," kata David.

"Sejak kalian berdua menikah, kalian jarang sekali datang dan berkumpul di Fons," komentar Carlos.

"Kalian juga akan begitu saat menikah nanti," timpal Tatsuya. "Masakan istri akan lebih nikmat di bandingkan masakan di tempat lain."

"Steffi jarang memasak, tapi aku senang jika bisa makan bersama dengannya."

Tiba-tiba saja, perempuan yang duduk sendiri itu meletakkan koran yang dibacanya dengan kasar. "Oh mon Dieu, de sorte disgusting!--Astaga Tuhanku, sangat menjijikan!" Seru perempuan itu dengan aksen Perancis yang kuat.

"Siapa itu?" Tanya Carlos.

David menggeleng, lalu menanyakan hal yang sama pada teman-temannya yang lain. Tapi tidak ada yang menjawab, karena mereka memang tidak tahu itu siapa.

Perempuan dengan tinggi 170 cm itu berdiri, membuka topi yang dipakainya, dan berjalan mendekati mereka.

"Takku sangka kalian begitu cepat melupakanku!" Serunya dalam bahasa Indonesia.

"Astaga, Rhea!!" Seru Tatsuya, dia langsung memeluk Rhea. "Kau... kurus sekali, Rhea!"

Rhea mengangguk, menyetujui apa yang dikatakan oleh Tatsuya. "Aku tidak punya nafsu makan sejak putaran terakhir di sirkuit Italia." Mata Rhea sekilas melihat kepada Alex, dan lalu dia melepaskan pelukannya dari Tatsuya. "Kau tidak merindukanku, Alex?"

Mata tajam Alex menatapnya, lalu tersenyum. "Tentu aku merindukan penggemar gilaku semasa SMA dulu! Berikan aku pelukan!" Alex membawa Rhea dalam pelukannya.

"Mungkin aku akan melaporkan ini pada Steffi," komentar Carlos sambil terkekeh-kekeh.

"Kau... sudah menikah, Alex?" Pupil mata Rhea melebar. "Kenapa kau tidak mengundangku?! Atau setidaknya, kau bisa mengabariku saat kau memutuskan untuk menikah, bukan?"

"Aku sendiri tidak bisa meneleponmu saat itu, Rhe. Kau pasti juga sibuk dengan berpuluh-puluh rute sirkuit untuk kau taklukan bukan?" Balasnya.

"Kau tidak mau memelukku?" Tanya David, "Aku menunggu giliran untuk kau peluk, lho."

"Tentu saja, Tuan yang selalu bisa membuatku tertawa!" Rhea memeluk David erat-erat. "So miss you, and your humors. Aku tidak pernah bisa bercanda selama berada di sirkuit!"

"Kau perlu hiburan. Maka pulanglah sering-sering!" Hibur David, "Bukan begitu Kris?"

"Tentu saja, kalian semua harusnya meminta pembalap sibuk ini untuk sering-sering pulang," tambah Kris.

Rhea mengangguk sambil tersenyum senang. "Sebenarnya, aku memiliki masalah dengan orangtuaku," katanya, "Kalian tahu sendiri kan berapa umurku sekarang?"

"Kau seumuran dengan David, tapi seangkatan Kris," jawab Alex.

"Exactement—tepat sekali. Umurku dua puluh tujuh tahun. Umur yang masih muda sekali untuk menikah bukan?" Tanya Rhea, "Dan aku di desak oleh ayahku untuk menikah segera."

"A—apa? Tapi kenapa buru-buru sekali?" Tanya David. "Apa kau harus sekali menikah cepat?"

Rhea mengangkat bahunya. "Sejujurnya saja, ayahku mengkhawatirkan aku yang selalu berpergian. Beliau bilang sampai kapan aku mau membalap di sirkuit terus? Jadi aku menjawab ketika aku putus dengan Dennis. Jika aku putus dengan Dennis, maka aku akan menurut, dan menikah dalam waktu satu tahun."

"Kau putus dengan Dennis?" Tanya Kris.

Rhea mengangguk.

"Kenapa?! Apa yang dia lakukan pada Putri Balapan kita ini?" Seru David.

"Ayolah David, kau tidak perlu secemas itu. Putri Balapan? Kesannya aneh tapi aku suka," jawab Rhea. "Aku mohon, bantulah sahabat SMA kalian ini.. aku tidak tahu harus meminta bantuan pada siapa lagi selain kalian..."

"Kalau begitu, aku mau," ujar Carlos.

Rhea tidak pernah terpikir untuk meminta bantuan pada saingan sirkuitnya itu. "Kau? Kau yakin?"

"Kenapa tidak? Kita sering membantu dari dulu bukan?" Tanya Carlos, "Lagipula, kau ingat saat aku mengatakan memberikan hadiah tiga permintaan yang bisa kau ajukan padaku kapanpun kau mau? Walaupun sudah lama dan basi, tapi aku tetap ingat kalau kau baru menggunakan satu."

Rhea ingat di ulang tahunnya yang ke-20, Carlos datang memberikan voucher permintaan pada Carlos Takamasa. Sebenarnya hal itu Carlos lakukan karena dia bingung hendak memberikan kado apa untuk Rhea, dan ide aneh itu muncul.

Bahkan, Carlos pun masih ingat permintaan pertama yang Rhea ajukan dengan voucher itu. Rhea meminta Carlos untuk membantunya supaya bisa dekat dengan Alex.

"Kau memintaku untuk memberikan surat cintamu pada Alex bukan?"

Alex tersenyum, "Setidaknya Steffi bukan wanita yang cemburuan dengan pacar masa lalu suaminya."

"Hei! Sejak kapan kau pernah menjadi pacarku dulu memangnya?" Tanya Rhea, "Kau, Alexander Kougami dan aku, Rhea Andrina, hanya pergi seminggu sekali, itupun untuk makan dan nonton. Ya, walaupun tanpanya aku juga tidak mungkin menyelesaikan skripsiku."

"Jadi makan dan nonton itu tidak termasuk dalam kencan rutin bagimu?" Tanya David dengan senyum penuh artinya, "Kurasa, Alex punya alasan sendiri mengapa dia melakukan itu padamu dulu."

Rhea memicingkan mata indahnya di hadapan Alex. "Oh ya? Lalu apa alasanmu menolakku sesering itu?"

"Hmm.. akan kukatakan padamu kapan-kapan."

"Selalu saja misterius," desis Rhea kecewa. "Carlos, kau mau menjadi kekasihku, dan suamiku kan?"

Carlos mengangkat alisnya dan tersenyum dengan penuh pesona. "Tentu saja."

"Kalau begitu... aku boleh tinggal dirumahmu kan?"

"Memangnya dimana kau tinggal selama disini?"

"Hotel!" Seru Rhea dengan senyum mengembang yang lebar di wajah cantiknya.