Chereads / Fons Cafe / Chapter 29 - Episode 31

Chapter 29 - Episode 31

Rhea Andrina

David, kau mau aku bawakan apa saat pulang nanti?

David Kaj.

Apapun saja. Asal kau memberikan dengan ikhlas saja, Rhe.

Oh ya kau sudah sampai Gili?

Rhea Andrina

Aku baru sampai di Senggigi, masih di dalam mobil, untuk ke pelabuhan Bangsal. Katanya, Carlos sudah menyewa speedboat untuk kesana.

David Kaj.

Lalu barang-barang kalian?

Rhea Andrina

Sudah dikirim kesana kemarin kata Carlos. Aku hanya menurut saja.

Di dalam mobil, Rhea sibuk dengan membalas whatsapp dari David, sementara Carlos menyetir dengan tenang.

Sesekali Carlos sempat mengambil kesempatan untuk melihat whatsapp Rhea. Yakni, dengan siapa dia menulis whatsapp.

"Rhe, nanti kalau disana tidak ada sinyal bagaimana?"

"Ada wi-fi kan?" Tanya Rhea sambil nyengir kuda.

"Dasar. Kau selalu saja bisa membaca situasi!"

"Kau juga masih harus bekerja kan, dengan menghubungi orang-orang yang dari pihak PHmu itu?" Tanya Rhea, "Jadi, kau pasti mencari villa yang ada wi-fi kencangnya."

Whatsapp dari David pun langsung masuk ketika dia selesai bicara.

David Kaj.

Baiklah selamat bersenang-senang, ya sayangku, Rhea!

Carlos dapat melihat dengan jelas nama David disana dan dia menuliskan kata "sayang" untuk Rhea disana. Sempat kesal sesaat, namun dia menekan amarahnya, dengan menarik tangan kanan Rhea dan mencium punggung tangannya. "Love you, Dear."

Pipi Rhea pun memerah, dan senyumnya mengembang sedikit.

-----

Speedboat yang di sewa Carlos sudah berada disana sewaktu Carlos sampai pelabuhan bersama dengan Rhea. Carlos membawa speedboat itu dengan kecepatan penuh, dan membuat pakaian Rhea basah sesampainya di Gili.

Untung saja Rhea menggunakan tas anti basahnya, sehingga barang-barang pentingnya terselamatkan.

Selama menaiki speedboat itu Rhea tidak berani melepaskan pelukannya dari Carlos karena dia takut jatuh. Begitu sampai, di Gili Trawangan, Carlos turun terlebih dulu dan membantu Rhea turun kemudian.

"Kau lucu sekali saat naik speedboat tadi," kata Carlos. "Kau perempuan yang lucu saat naik speedboat denganku."

"Memang seharusnya aku seperti apa?"

"Menjerit? Biasanya perempuan akan menjerit saat naik speedboat bersamaku dengan kecepatan yang seperti tadi."

Rhea mendengus, "I'm not your ordinary woman."

Carlos mengusap puncak kepala Rhea dengan rasa sayang yang tulus. "Jangan seperti itu. Kau memang selalu spesial. Untukku, dan teman-teman biasanya." Carlos menggandeng tangan Rhea dan mengajaknya jalan. "Ayo, aku yakin kau sudah lapar." Rhea menurut dan mengikuti langkah Carlos yang menggandeng tangannya dengan lembut.

Semua perlakuan Carlos, sikap manis dan perhatian penuhnya membuat Rhea bingung. Apakah Carlos melakukan ini semua atas dasar perasaan yang dia punya untuk Rhea, atau hanya sebuah akting agar dia bisa menulis naskah dengan chemistry yang baik antara si tokoh utama perempuan dengan laki-lakinya kelak? Dan seandainya memang Carlos melakukan ini semua atas perasaan yang sama dengan Rhea, pasti dengan senang hati tidak akan menolaknya. Sebaliknya, dia akan sangat bahagia atas perasaan yang Carlos punya.

Di Gili Trawangan ada banyak sekali restoran yang berada di bibir pantainya. Rhea ingat kalau Carlos dan dia akan berada di Gili selama beberapa hari lamanya. Mungkin sebulan atau lebih? Tapi, itu yang pasti menandakan kalau Rhea bisa mendapat kesempatan untuk mencicipi seluruh restoran yang ada disini. Well, itu berarti berat badannya akan naik pastinya saat dia kembali.

Siang ini, pilihan Carlos jatuh pada restoran yang menawarkan berbagai macam seafood bakar. "Kau mau pesan apa?" tanya Carlos sambil melihat menu.

Melihat harganya yang cukup tidak wajar, membuat Rhea hanya menyerahkan pilihannya pada Carlos. Bukannya dia pelit, atau tidak punya uang, tapi dia tahu diri karena hanya mengikut untuk pergi bersama dengan Carlos saja. "Terserah kau saja, selama makanan itu bukan cumi."

"Calamari?"

"Kecuali yang satu itu!" Seru Rhea dengan senyum riang lebarnya.

Carlos menggeleng cepat. "Kalau begitu, udang bakar pedas manis, ikan bakar, dan kepiting lada hitam. Dua nasi putih dan dua teh tawar."

Rhea melengos. "Kenapa hanya itu saja? Mana calamarinya?"

"Kau lupa kejadian waktu pesta kelulusan aku, Leo, Tatsuya dan Alex dari SMA, saat kita merayakannya dengan makan seafood di Ancol? Dan kau bilang akan baik-baik saja kalau makan calamari. Nyatanya? Kita berempat hampir di bunuh oleh ayahmu!"

Ingatan tersebut jelas masih segaf untuk diingat Rhea. Saat itu, memang dia tahu kalau dirinya tidak boleh makan cumi jenis apapun dan dimasak dengan cara apapun. Tapi dia menyukai calamari. Sehingga dia mengabaikannya dan makan calamari sepuas yang dia inginkan.

Alhasil, lelaki-lelaki yang sudah berani membawa anak Monsieur Escoffier makan cumi itupun harus membawa Rhea ke rumah sakit karena Rhea sesak napas setelah makan calamari.

Yang lebih menyedihkan adalah saat Sebastien datang dengan membawa pukulan baseball dari kayu saat sampai di rumah sakit dan memukul Alex, Leo dan Tatsuya yang dilihatnya pertama kali. Sementara Carlos mendapatkan pukulan lebam yang membiru sampai masuk kuliah di bagian pipi kirinya dan paha kirinya.

"Hahahaha.. tentu saja tidak. Kalian berempat memang hebat. Setidaknya, kalian tahu kalau ayahku yang galak itu sudah hampir membunuh kalian, tapi dengan tabah, kalian masih menjadi sahabatku."

"Tentu saja. Mana mungkin kami meninggalkan princess Rhea yang satu ini?"

Pesanan mereka datang. "Bon appetite!--selamat makan!" Seru Rhea.

Carlos dapat melihat nafsu makan Rhea yang hebat. Apalagi saat Rhea memakam kepiting lada hitamnya dengan menggunakan pembuka cangkangnya. Rhea tidak peduli apa bila dia terlihat jelek atau berantakan.

Karena saat makan, segalanya harus sesuai dengan suasana hatinya. Dan tiba-tiba saja dia tersedak.

"Hati-hati Rhe, aku tahu kepiting lada hitamnya sangat enak kan?"

Rhea megambil tehnya dan meneguknya pelan-pelan. "Berarti kau sudah sering kesini?"

Pertanyaan Rhea seakan menjadi kartu mati untuk Carlos. Memang benar dia sering kesini untuk berlibur bersama perempuan-perempuannya. Jujur atau bohong?

"Ya... bisa dibilang begitu.."

Rhea melanjutkan makan ikan bakarnya, lalu di sela-sela makannya dia berpikir, "Donc, je ne suis pas le premier?—jadi, aku bukanlah yang pertama?"

Carlos mengangguk.

"Baguslah," kata Rhea. "Setidaknya aku tidak akan berakhir seperti perempuan lain yang sudah kau bawa kemari kan?"

Carlos serba salah. Bagaiamana bisa dia mengakui kejujuran itu, sementara gadis di depannya ini...

"Qu'allons-nous faire ensuite?—apa yang akan kita lakukan selanjutnya?"

Pikiran Carlos buyar. "To the villa."