Chereads / Fons Cafe / Chapter 25 - Episode 26

Chapter 25 - Episode 26

Rhea Andrina Escoffier, saat ini berprofesi sebagai pembalap F1. Itu adalah cita-cita yang selalu di inginkannya sedari SMP. Bayangkan saja, Rhea sudah belajar menyetir mobil sejak kelas 4 SD, yang diajarkan oleh supir.

Ayahnya adalah orang Perancis, yang bekerja di kedutaan Perancis untuk Indonesia sementara ibunya adalah seorang penerjemah bahasa asing yang bisa 5 bahasa.

Kehidupannya di habiskan di Bali semasa kecilnya, dititipkan oleh orangtuanya kepada salah satu saudara ayahnya yang menetap di Bali. Sejak SMP, Rhea pindah ke Jakarta, dan tinggal bersama orangtuanya juga Jullien, kakaknya yang juga tinggal di Bali bersamanya.

Saat ayahnya di naturalisasi menjadi WNI, akhirnya mereka tinggal di Indonesia dan ayahnya tetap bekerja di kedutaan.

Rhea mulai bersekolah di sekolah umum, dan bertemu dengan David. Disana, dia berteman baik dengannya, dan sering sekali berjalan-jalan bersama David. Tak lama, dia mengikuti kelas akselerasi, dimana dia bertemu dengan Carlos, Alex, Tatsuya dan Leo. Sehingga dia lulus SMP dalam waktu dua tahun, dan waktu SMA juga dia ikut akselerasi lagi dan berkenalan dengan Kris.

Jadi awal mula pertemanan mereka berenam adalah dimulai dengan perempuan bernama Rhea ini.

Rhea yang supel, extrovert, dan cerewet, membuatmya muda bergaul, dan memiliki banyak teman dimana-mana dengan mudah. Selain itu, wajah cantik Rhea yang unik karena perpaduan dua ras yang berbeda, membuatnya memiliki banyak orang yang ingin menjadi temannya selama sekolah dulu.

Kalau ada yang bilang persahabatan antara perempuan dan laki-laki itu tidak akan berhasil, maka, hal itu tidak berlaku pada Rhea dengan David, Carlos, Leo, Tatsuya, Alex dan Kris.

Walaupun dia kuliah duluan dulu, tapi Rhea meminta bantuan pada Alex Si Jenius, saat menulis skripsi.

Lulus SMA di usia 15 tahun, dan kuliah sastra Perancis, tapi saat membuat skripsi, untuk pengolahan data hasil penelitiannya, Alexlah yang membuatkan itu semua untuk Rhea.

Umur 19 tahun lulus, dan gelar pembalap nasional sudah di raihnya. Setahun kemudian, Rhea pun di rekrut oleh Rapide Boulonner. Selanjutnya, berbagai balapan di lakukannya, dan dia pun meraih banyak juara.

Jarang pulang ke Indonesia, membuatnya sendiri tidak pernah pulang ke rumahnya kalau ke Indonesia. Dia malah memilih untuk tidur di hotel, dari pada bertemu dengan keluarganya.

Apalagi, kalau mengingat janjinya pada orangtuanya.

"Jadi kau berbohong akan menikah?" Tanya Carlos. Mereka saat ini sedang duduk santai di rumah studio Carlos. Rumah sempit, dan kecil, tanpa dapur. Sengaja memang Carlos membawa Rhea ke rumahnya yang ini. Karena akan runyam, kalau Rhea di bawa ke rumah keduanya.

Sebagai penulis naskah film yang terkenal, Carlos memiliki penghasilan yang banyak. Saat ini saja, Carlos memiliki dua rumah di Jakarta, sebuah villa pribadi di Puncak, dan satu rumah di Ubud, Bali. Rumahnya yang di Jakarta--selain yang ditinggalinya dan Rhea sekarang--adalah rumah yang terletak di jalan protokol, dengan harga yang fantastis.

Rumah itu besar, dengan desain mininalis. Ada taman depan yang rimbun juga taman belakang yang memiliki gazebo serta kolam renang. Juga, basement yang cukup besar untuk koleksi mobil Carlos.

"Bukan berbohong, tepatnya, aku hanya asal bilang saja waktu itu," koreksi Rhea. "Kau bisa mengerti apa yang aku rasakan saat itu?"

"Mm.." Carlos menggeleng pelan, "Aku tidak berada di posisi yang kau rasakan, Rhe."

"Bimbang, sebal, marah. Aku sendiri marah kepada ibuku saat dia bilang, lebih baik aku menjadi alih bahasa seperti yang dilakukannya saja," jelas Rhea, "Aku kuliah, hanya untuk membuat ayah dan ibuku tenang."

Carlos mengangguk-angguk berusaha memahami yang dirasakan oleh Rhea.

"Anyway, how's life now? I mean, your girlfriend?"

"Nope. I'm single, and open," ujarnya. "I never stay in a long commitment issue you know?"

Rhea paham. "The opposite of Alex. That's why I always adore my Alex."

Carlos tertawa. "Ayolah kita berangkat sekarang!" Ajakan Carlos menuai tanda tanya bagi Rhea, wajah wanita itu seolah bertanya, kemana?

"Ke rumah orangtuamu, untuk meminta izin orangtuamu. Tentunya agar aku bisa menikahimu."

Rhea hanya menelan ludahnya. Dia tidak menyangka kalau Carlos seserius ini.

-----

Kediaman rumah Escoffier berada di daerah Sentul. Dan sering kali Rhea bermain di sirkuit Sentul ketika memiliki waktu bebas. Rumah keluarga Rhea tidak terlalu besar, karena berada di dalam komplek perumahan yang memiliki tipe rumah yang sama.

Rhea mendorong pagar rumahnya, dan mempersilakan Porsche Carlos untuk masuk ke halaman depan parkiran rumahnya. "Mama, Papa, aku pulang!" Seru Rhea saat masuk ke dalam rumahnya. "Lihat siapa yang aku bawa!"

Carlos sudah sering main ke rumah Rhea, terlebih saat SMP dan SMA dulu. Rhea memang sering membawa teman laki-lakinya untuk bermain dengannya di rumah, karena orangtuanya sering ke luar negeri, dan Jullien sering menginap di rumah temannya.

"Que est-ce?—siapa itu?" Tanya ayahnya, yang ternyata sedang membaca koran di ruang tamu.

"Mon amie, il s'appele Carlos—temanku, namanya Carlos," jawab Rhea, "Je pense que vous l'avez connu avant—kurasa kau sudah mengenalnya dulu."

Sebastien, ayah Rhea melihat laki-laki yang berada di sebelah Rhea. Wajah unik nan menawan itu membuat Sebastien dengan mudah tahu kalau laki-laki ini bukanlah orang pribumi.

"Duduklah," kata Sebastien. "Rhea, panggil ibumu di kamar." Walaupun asalnya adalah warga negara Perancis, tapi Sebastien sudah fasih sekali berbahasa Indonesia, bahkan aksen yang membuat suaranya aneh layaknya orang luar negeri lainnya sudah tidak ada. "Kau kekasih dari Rhea?"

Carlos sempat menarik napas dan memejamkan matanya, dia tidak yakin mau berbohong seperti ini. Tapi dalam satu hembusan, Carlos mengatakannya, "Iya, saya kekasih Rhea, Om."

"Jadi apa maksud dan tujuanmu, Carlos?"

"Mungkin, Om Sebastien sudah lupa dengan saya, karena waktu itu saya masih SMA. Tapi saya dan Rhea serius untuk melanjutkan hubungan kami ke tahap yang lebih serius," jawabnya tegas.

"Kau siap?" Tanya balik Sebastien.

"Saya rasa secara mental dan materi, saya sudah siap. Begitu pula dengan Rhea yang sudah berhasil mencapai cita-cita dan mimpinya sebagai pembalap."

Sebastien mengangguk-angguk. Pertanyaan berikutnya Sebastien terdengar dengan jelas, bahkan sampai ke telinga Rhea dan Indah--ibunda Rhea--yang baru turun dari lantai dua. "Apa kau masih perjaka?"

Carlos terdiam. Wajahnya meredupkan cahaya senyumannya.

"Ku harap kau menjawabnya dengan sejujurnya," tambah Sebastien.

Dia bukan lelaki sebaik Tatsuya yang akan menyayangi keluarganya, ataupun kekasihnya. Dia juga bukan lelaki yang lurus, memiliki prinsip kuat seperti Alex yang kolot. Atau Leo yang pendiam, David yang selalu bisa membuat tawa kepada orang lain dan Kris yang hidupnya dikelilingi oleh saudara-saudara perempuannya.

Akhirnya Carlos menjawab pertanyaan mematikan ini.

"Non. Je ne suis pas plus vierge, Monsieur—Tidak. Aku sudah tidak perjaka lagi, Om," jawabnya dalam bahasa Perancis.

"Woah.. Vous sais parler Français. Bien, depuis quand?—kau bisa berbahasa Perancis. Baiklah, sejak kapan?"

"Sewaktu kuliah tingkat tiga."

Rhea dan Indah mendekati tempat duduk Sebastien dan Carlos. "Baiklah, Rhea, Papa yakin kau sudah mendengarnya kan?"

Rhea mengangguk.

"Kau masih ingin menikahi lelaki yang bukan perjaka ini?"

Rhea melirik Carlos lalu berbalik ke ayahnya, "Mama pun menikahi Papa saat Papa sudah tidak perjaka lagi bukan?"

Sebastien tertawa keras. "Mulutmu itu, Nak! Selalu saja membuat Papa kehabisan kata untuk bicara! Kau ingat janjimu dulu kan?"

Rhea mengangguk lagi.

"Épouser dans l'année—nikahi dia dalam kurun waktu satu tahun!" Seru Sebastien.