Chereads / Fons Cafe / Chapter 12 - Episode 12

Chapter 12 - Episode 12

Tatsuya menyesal karena tiba-tiba saja hasil penyidikkan kasusnya sudah selesai hari ini. Hal ini membuat dia batal untuk menemani Gaby ke dokter. Padahal sudah sejak lama sekali Tatsuya ingin menemaninya. Meskipun Gaby bilang tidak masalah, tetap saja hal itu menjadi masalah buat Tatsuya. Apalagi ini anak pertama mereka.

"Tidak bisakah kita pergi besok saja, Gaby?" Tanya Tatsuya masih merajuk. Dia masih ingin menemani istrinya itu. Sejak menikah, Tatsuya menjadi lebih protektif dan sedikit keras kepala.

Gaby menggeleng pelan sambil membereskan meja makan. "Teman Leo tidak akan membuat jadwal lagi, Tatsuya. Kau harus tahu kalau dokter ini adalah dokter kandungan terbaik di rumah sakit tempat Leo bekerja. Dan aku pastikan aku dan bayiku akan baik-baik saja."

"Dia juga bayiku, Gabriella."

Gaby terkekeh. "Iya, iya, aku tahu. Aku akan menjaga anak kita baik-baik Tuan Pengacara!"

Gaby kadang bingung dengan sifat Tatsuya yang berubah sejak mereka menkkah. Apalagi sejak tahu kalau Gaby mengandung, Tatsuya lebih berkonsentrasi lagi untuk menjaga Gaby.

"Kau akan ke rumah sakit sendirian?" Tanya Tatsuya.

"Astaga, Tatsuya Maruyama! Aku seorang wanita dewasa. Aku mampu pergi sendirian, dan pergi ke rumah sakit bukanlah hal yang sulit dilakukan. Kau mengerti?"

Tatsuya memasang wajah khawatirnya.

"Dengar Tuan Maruyama yang terhormat, aku akan pergi bersama salah satu kawanmu bila itu bisa membuatmu lebih tenang," katanya. "Leo tidak mungkin menemaniku karena dia akan ada seminar di luar kota sampai lusa."

"Kau bisa pergi dengan Kris atau David. Mereka dengan senang hati akan mengantarmu kesana."

"Hm... kalau Alex bagaimana? Kurasa dia sedang tidak sibuk. Lagi pula jam mengajarnya selesai lebih cepat hari ini.."

"Tentu saja. Alex akan menjagamu dengan baik juga."

Gaby masih senang bermain-main dengan suaminya ini. "Kalau Carlos bagaimana?"

Kening Tatsuya berkerut. "Tidak! Tidak akan aku izinkan. Lebih baik aku membatalkan pertemuanku hari ini!"

Gaby tertawa geli. "Gomennasai--maaf. Aku hanya bercanda, Tatsuya. Baiklah aku akan pergi sendiri saja."

"Tentu saja kau boleh pergi di temani Carlos juga, Gaby. Aku tidak akan keberatan. Karena keselamatanmu dan anak kita adalah yang terpenting. Kau mengerti?"

Gaby mengangguk paham.

"Baiklah, aku harus pergi dulu. Aku akan menjemputmu di rumah sakit. Bila pertemuan ini singkat aku akan ke tempat kerjamu dan menemanimu ke dokter."

Gaby mengangguk, dan Tatsuya pergi.

"Oh, aku hampir lupa sesuatu!" Tatsuya kembali lagi kepada Gaby dan mengecup keningnya. "Kireidesune--kau cantik. Dan jauh lebih cantik di bandingkan dengan ribuan bunga mawar yang sudah kau rangkai."

-----

Malamnya, setelah mereka kembali dari. dokter Gaby diberi vitamin penambah darah. Tatsuya tidak mengomelinya seperti biasa bila Gaby tiba-tiba sakit. Kali ini dia menganggapnya wajar, karen faktor kehamilan.

"Kau tidak mengomeliku?" Tantang Gaby setelah sampai di rumah.

"Mengomeli seorang ibu hamil hanya akan membuatnya bertambah stress," jawab Tatsuya lalu mencium bibir Gaby perlahan. "Aku sudah sering menemani ibuku ke dokter kandungan, dan aku tahu apa yang baik dan tidak untuk ibu hamil. Jadi aku tidak akan membuatmu stress."

Tatsuya mengelus rambut Gaby.

"Oh iya, kau masih belum menjawab pertanyaanku dulu!" Tagih Gaby pada Tatsuya.

"Pertanyaan? Yang mana?"

"Kenapa kau bisa menjatuhkan pilihanmu padaku? Padahal aku yakin kalau kau, Tatsuya Maruyama, pengacara terbaik di kota ini, pasti akan memilih wanita cantik nan menawan untuk menjadi pendampingnya. Sementara aku? Aku hanya seorang perangkai bunga, yang bekerja di tempat florist terkenal seperti Kree. Tanpa Kree aku bukanlah apa-apa dan aku tidak akan punya pekerjaan."

Tatsuya ingat pertanyaan yang di ajukan Gaby beberapa waktu lalu saat Gaby akhirnya mengatakan bahwa dia bersedia menjadi istrinya.

Tatsuya pikir Gaby sudah melupakannya. Tapi ternyata dia kini menagih janji Tatsuya yang mengatakannya kapan-kapan. Mungkin ini waktunya.

"Baiklah, biar ku jawab."

Gaby memasang telinga dan matanya berbinar-binar saat menanti jawaban yang keluar dari mulut Tatsuya.

"Kau pernah mendengar ungkapan, 'a daisy in the field of roses?' Kurasa, ungkapan itu cocok untukmu. Kau memang menganggap dirimu tidak menarik, dan di bandingkan dengan perempuan-perempuan lain di luar sana, kau masih biasa saja. Ku akui, memang kau biasa saja," jawab Tatsuya. "Bunga mawar yang menonjol itu akan jelas terlihat meski dalam jarak yang jauh sekalipun. Tapi, untuk melihat sebuah bunga daisy, kau harus mencari dan mengamatinya, baru kau akan mendapatkannya di sekeliling bunga mawar yang bertebaran."

Gaby mengangguk paham. "Jadi akulah bunga daisy itu?"

Tatsuya mengangguk. "Kau menarik. Dan aku beruntung karena mendapatkanmu."

"Aku jauh lebih beruntung darimu!" Seru Gaby menghambur dalam pelukan Tatsuya dan menciumnya dalam.