Chereads / Fons Cafe / Chapter 10 - Episode 10

Chapter 10 - Episode 10

Mengakhiri ini semua?

Gaby merasa dunianya mulai runtuh begitu Tatsuya mengatakan hal itu.

"Dari awal kita sudah memulainya dari kebohongan, dan terus menutupinya dengan kebohongan lain, yang menyebabkan semua orang begitu percaya dengan kebohongan yang kita buat," kata Tatsuya. "Mungkin hanya Kris, Carlos, Alex, Leo dan David saja yang mengetahui dengan persis bagaimana semua ini bermulai dan sampai sejauh mana kita sudah melangkah."

"Tapi...."

Tatsuya menatap Gaby lekat-lekat.

Tubuh Gaby bergetar melihat tatapan Tatsuya yang begitu intens. Dia bingung harus seperti apa bersikap, dan harus seperti apa dia bertahan untuk tetap berada di sisi Tatsuya. Tentu saja dia tidak ingin Tatsuya meninggalkannya.

"Tidurlah. Aku akan tidur disini malam ini."

-----

Gaby datang ke Fons dengan beban pikiran besar yang memenuhi otaknya. Pikirannya tidak keruan sejak perkataan Tatsuya semalam. Kini dia sedang memotong beberapa duri bunga mawar, dan saat tidak berkonsentrasi penuh, telunjuknya tertusuk bunga mawar itu. "Aa..." dia pun meringis, lalu mengambil tisu dan menekannya.

"Kau kenapa Gaby?" tanya Kris yang sedang berada di bar. "Jarimu terluka?"

Gaby mengangguk pelan.

Kris segera mengambil kotak P3K, dan dia mengambil plester serta betadine. Selesai mengobati insiden minor itu, Kris pun penasaran dengan apa yang mengganjal di pikiran Gaby sedari tadi. Kris tidak buta dan dia bisa melihat dengan jelas kalau Gaby sedang memikirkan sesuatu dari tadi.

Gaby mengucapkan terima kasih kepada Kris atas pengobatan kilatnya. Lalu dia kembali merangkai bunga-bunga mawar itu.

"Kau ada masalah apa, Gab?" Tanya Kris. "Kau bertengkar dengan Tatsuya? Kalian sedang marah?"

Gaby menggeleng.

"Kau tidak mungkin memikirkan hal lain selain Tatsuya. Aku yakin ini semua pasti ada hubungannya dengan Tatsuya." Gaby meringis mendengat pernyataan dan hipotesa Kris yang dengan yakin di katakannya, dan sialnya lagi pernyataan itu tepat mengenai sasaran, dan tidak ada kesalahan di dalam perkataannya.

Akhirnya dia pun memutuskan untuk menjelaskan bagaimana hubungannya dan Tatsuya sampai dengan kejadian semalam, dimana Tatsuya memutuskan untuk tidur di sofa. Tatsuya tidak mau melihat Gaby pagi ini, walaupun dia tetap membuatkan jus hijaunya untuk Gaby.

Gaby merindukannya. Gaby membutuhkan sosok Tatsuya yang bisa membuatnya nyaman dan tenang.

"Jadi kesimpulannya... Tatsuya memutuskan untuk memberitahu hal yang terjadi di antara kau dan Tatsuya secepatnya kepada orang tua kalian?"

Gaby kembali mengangguk.

"Ku pikir, itu hal yang bagus. Kalian berdua memang hanya berpura-pura selama tiga bulan bukan? Tapi mengapa akhirnya kau malah tidak ingin berpisah dengan Tatsuya?" Tanya Kris.

"A.. aku.. ak.. aku..." Gaby tergagap-gagap menjawap pertanyaan Kris yang satu ini. "Aku.. aku.. menyukainya, Paman Kris!"

Kris tidak heran dengan pengakuan Gaby yang mengatakan kalau dia menyukai Tatsuya. Namun dia bingung harus memberi saran seperti apa kepadanya.

"Apa yang harus kulakukan?"

Kris bukanlah love expert. Dia sendiri sudah sering gagal dalam urusan percintaan. Dia bahkan memilih sendiri saat ini karena tidak mau memulai hubungan baru dan membuka hatinya.

"Bicaralah padanya."

Gaby menggeleng. Air matanya mulai me mengalir dan dia pun sesenggukan. "Tidak, tidak mungkin aku bilang kepadanya. Tatsuya bagaikan bintang, dia pintar, tampan, pekerjaannya bagus dan memiliki segalanya. Siapa aku? Apa yang bisa aku lakukan untuk membuatnya memilihku?"

-----

Sementara di tempat kerjanya, Tatsuya sedang membolak-balikkan KUHP yang sedang di pelajarinya untuk kasusnya yang belum selesai kemarin. Dia juga tak jarang membukan undang-undang yang berkaitan dengan kasusnya. Namun rasanya ini semua jauh lebih sulit dari pada kasus-kasus kelas kakap yang biasa dia sudah tangani.

Gaby...

Bayangan wajah Gaby yang sedang tersenyum, sedang merangkai bunga-bunga mawar, muncul menghujam pikiran Tatsuya yang sedang kacau.

Dia mencoba untuk kembali fokus dengan pekerjaannya, dan komputernya, namun tetap tidak bisa.

Dia pun sudah melepaskan jas hitam dan dasinya, serta membuka dua kancing kemeja teratasnya. Hal itu adalah hal yang sangat jarang ia lakukan apalagi di kantor saat jam kerjanya seperti ini.

Untung saja dia tidak harus berurusan dengan kliennya secara langsung saat ini. Dia bahkan tidak tahu apa yang dapat dia katakan kepada kliennya bila dia harus membicarakan kasusnya hari ini.

Tok-tok-tok.

Pintu ruangan Tatsuya pun terbuka dan Tatsuya melepaskan kacamata yang selalu di pakainya saat kerja. Dia melihat Liuz berada disana. "Kurasa pengacara terbaik di Liz sedang mengalami masalah pribadi dengan istrinya?"

Tatsuya tersenyum pahit. "Dari mana Bapak bisa berkata seperti itu?" Liuz mengambil tempat duduk di sofa, dan Tatsuya pun menyusul duduk disebelahnya. "Maafkan saya bila saya berantakan dengan pakaian saya hari ini."

Liuz terkekeh, "Tidak perlu minta maaf. Kau mau datang bekerja dengan kaos, celana pendek dan sandal jepitpun tak akan aku melarangmu untuk bekerja. Mengerti?" Tatsuya hanya mengangguk-anggukan kepalanya pertanda paham.

Liuz memang pengacara yang terbaik. Dia memang keras, tapi dia memiliki selera humor yang tinggi, dan baik hati. Dia selalu memerhatikan juga kebutuhan tiap pegawainya.

Hari ini dia mendengar dari resepsionis bahwa Tatsuya datang dengan wajah yang ditekuk. Dan biasanya Tatsuya akan menyapa resepsionis dengan senyumnya, namun hari ini hal itu tak terlihat dari wajah Tatsuya.

Selain itu, Tatsuya juga membatalkan bertemu dengan dua kliennya hari ini. Suatu hal yang jarang untuk Tatsuya yang selalu bersikap profesional dalam keadaan apapun. Bahkan Tatsuya sendiri terlihat gelisah ketika Liuz memerhatikan gerak-gerik pengacara favoritnya yang satu ini.

"Baiklah, bisakah kau menjelaskan padaku apa masalah yang sedang kau alami dan membuatmu menjadi sedemikian kacaunya?"

Tatsuya masih menahan senyum pahitnya. Matanya juga tetap tidak menatap Liuz. "Tidak ada masalah, Pak."

"Kau yakin ingin mengelabui seorang pengacara senior sepertiku? Aku pun juga pernah menjadi penyidik yang menginterogasi mafia-mafia kelas kakap kau tahu?"

"Aku lupa bahwa Anda adalah orang yang hebat dalam bidang ini," jawabnya. "Sepertinya tidak ada gunanya bagiku untuk menutup-nutupi masalah yang sedang kuhadapi di depan seorang pengacara senior."

"Ceritakanlah pokok masalahmu agar kau bisa kembali fokus, Tatsuya," kata Liuz.

"Aku dan Gabriella—yang sudah Bapak ketahui sebagai calon istriku—memutuskan untuk mengakhiri kebohongan bodoh yang sudah kami berdua buat selama ini."

"Kebohongan?"

Tatsuya mengangguk. "Iya. Selama tiga bulan terakhir ini aku dan Gaby hanya berpura-pura untuk menjadi pasangan. Dia membutuhkanku karena dia di putuskan oleh kekasihnya saat akan memperkenalkannya kepada orangtuanya. Sementara aku membutuhkannya untuk membuat keadaan Nenekku lebih baik, karena kesehatannya yang semakin menurun."

Liuz tak berkomentar apapun dan mendengarkan cerita anak buahnya.

"Dia tidak memiliki pekerjaan dan tempat tinggal, sehingga aku bersedia untuk meminjamkan kamar di rumahku untuknya sembari dia mencari tempat baru untuk tinggal dan pekerjaan.

"Tiga bulan. Hanya tiga bulan saja yang kuminta untuk menemaniku, dan membuat hubungan rahasia ini. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, aku sadar kenyamanan yang aku rasakan membuatku tak ingin berpisah darinya. Aku ingin dirinya untuk terus menemani hari-hariku. Ku akui, aku jatuh cinta kepadanya."

Liuz menghargai kejujuran yang dikatakan oleh Tatsuya. "Rasa nyaman memang selalu bisa membuat orang lupa kalau kenyamanan yang dia rasakan bukanlah kenyataan yang sebenarnya."

Liuz mengembuskan napasnya. "Pernahkan kalian mencoba untuk jujur dan mengatakan perasaan kalian yang sebenarnya?"

Tatsuya menggeleng.

"Cobalah katakan kepadanya yang sebenarnya. Tak ada ruginya jika kau mengatakan kejujuran untuk seorang wanita. Justru kau akan menyesalinya seumur hidupmu jika momentum itu terlewatkan."

Liuz bangkit berdiri.

"Setidaknya kau bisa merasakan sedikit kelegaan dihatimu kan?"

Tatsuya mengangguk.

"Bereskan berkas-berkas di mejamu dan pulang. Kau tidak perlu bekerja bila pikiranmu sedang tidak fokus dengan pekerjaanmu. Paham?" Liuz membuka pintu keluar yang sama dengan pintu dia masuk tadi.

"Pak.." panggil Tatsuya. "Terima kasih atas saran yang Bapak sampaikan."

Liuz tersenyum. "Berikan surat pengunduran dirimu besok bila kau tidak mampu menangani kasus perasaanmu sendiri!"