Chereads / Fons Cafe / Chapter 2 - Episode 2

Chapter 2 - Episode 2

Tatsuya memberi hormat kepada kedua orang tua Gaby lalu duduk di sebelah Gaby. Setelah meminta maaf karena telat, akhirnya dia mengeluarkan kartu namanya.

Hal ini seperti dia sedang melakukan pembicaraan dengan kliennya. "Namaku Tatsuya Maruyama. Senang bisa bertemu dengan Ayah dan Ibu dari tunanganku, Gaby."

Gaby pun mengerjapkan matanya berulang-ulang saat menyerap tiap ucapan yang dikatakan oleh Tatsuya.

Tatsuya Maruyama, S.H., M.H.

Attorney in Liz Law Firm

Ayah memerhatikan nama lengkap Tatsuya, juga tempat kerja Tatsuya yang sangat terkenal itu. Dari namanya pun, dapat diketahui bahwa Tatsuya bukanlah oran Indonesia. "Kau orang Jepang?"

"Ayah saya merupakan warga negara asli Jepang, namun saat ini beliau sudah di naturalisasi menjadi warga negara Indonesia. Sementara Ibu saya campuran Jepang-Indonesia," jelas Tatsuya sambil memberikan seulas senyum kepada Gaby. "Saat ini kedua orang tua saya sedang menemani Nenek saya yang sedang di rawat di rumah sakit."

Ayah dan Ibu Gaby pun mulai curiga. Mereka melihat gerak-gerik yang mencurigakan dari Gaby, apalagi saat Gaby melihat Tatsuya mencoba menjawab pertanyaan dari Ayahnya.

"Bisa kalian jelaskan bagaimana awal hubungan kalian, dan mengapa akhirnya kalian memutuskan untuk menikah, Gabriella?" Tanya Ayah kepada putri semata wayangnya itu.

"Ngg..." Gaby mencoba membuat skenario yang senatural mungkin di dalam benaknya. Lalu menyusunnya dan dia pun melirik ke arah Tatsuya, segera setelah itu. Gaby berkata, "Kami bertemu disini, dan saat itu aku baru pulang kerja dan Tatsuya..."

Tatsuya merasa Gaby mulai buntu dengan skenario yang dibuatnya. "Saya mengajaknya untuk pulang bersama karena saat itu sedang hujan deras, dan Kris tidak bisa mengantar Gaby pulang karena ada rapat di kantornya. Dari situ saya pun mencari lagi kesempatan agar dapat bertemu dengan Gaby, sampai akhirnya kami bertukan nomor telepon, dan mulai jalan bersama."

"Dan pertunangan?" Selidik Ayahnya.

"Saya melamarnya ketika kami berada di pantai," jawab Tatsuya.

Wajah Ayah pun melunak. Tak ada lagi pertanyaan yan menegangkan dan membuat Gaby tegang. Ibu pun senang melihat calon menantunya itu.

"Senang sekali rasanya memiliki menantu seorang pengacara," sahut Ibu. "Kau sangat beruntung Gaby."

Gaby sendiri semakin ketakutan karena ini semua hanya sebuah kebohongan.

"Kami hanya ingin menanyakan itu saja. Sepertinya kita harus mengatur waktu untuk dapat bertemu dengan orang tuamu secepatnya," kata Ayah. "Baiklah, kami akan kembali pulang. Berhubung toko kami tidak memiliki pegawai, dan hanya kami sendiri yang melayani. Kau tahu bukan kalau kami memiliki toko bunga di rumah kami?"

"Tentu saja. Gaby tidak mungkin melupakan bagian itu," jawab Tatsuya sambil memberikan senyuman terbaiknya kepada Ayah dan Ibu Gaby.

Gaby pun berdiri dan mengantar kedua orang tuanya sampai taksi.

-----

Kembali ke dalam Fons, Gaby kebingungan. Kini, dia memiliki permasalahan baru. Orang tuanya sudah tahu kalau Tatsuya merupakan tunangannya. Padahal baru dua jam yan lalu dia mengenal Tatsuya.

"Sudahlah. Kau tidak perlu khawatir Gaby," kata David, "Tatsuya adalah lelaki baik-baik yang pastinya bisa menjagamu."

Hal itu justru membuat Gaby lebih takut lagi. "Paman Kris, apa semua ini sudah menjadi kebohongan yang parah? Apakah aku lebih baik jujur saja?"

Kris berpikir sejenak. "Kurasa," katanya, "Sepertinya kau tidak punya pilihan lain. Kau tidak punya tempat tinggal karena barang-barangmu di kontrakanmu sudah di pindahkan bukan? Lalu, kau berhenti bekerja karena kau pikir akan baik-baik saja bila kau tidak bekerja nantinya. Apa yang akan kau lakukan sekarang?"

Kris benar.

Gaby tidak lebih dari seorang gelandangan yang tak punya rumah maupun pekerjaan. Uangnya pun sudah habis karena di pakai untuk pindahan. "Apa yang harus kulakukan, Paman?"

Tatsuya tersenyum. "Aku, dengan senang hati akan membantumu."

"Kau benar-benar akan menikahiku?" Tanya Tatsuya.

"Bukan begitu. Maksudku begini, kau membutuhkan seseoran untuk menjadi tunanganmu, aku pun membutuhkan seorang perempuan juga untuk menjadi kekasihku, dan membawanya setidaknya kepada nenekku yang sudah renta," jawabnya. "Mungkin ini terkesan konyol, tapi aku sangat menghormati nenekku dan aku pun sangat menyayanginya. Jadi aku akan dengan senang hati membantumu untuk hal ini. Setidaknya hanya tiga bulan sudah cukup untuk meyakinkannya."

Gaby pun di kelilingi oleh para lelaki yang memiliki tatapan aneh kepadanya itu langsung menelan ludah. "Tapi dimana aku akan tinggal--"

"Tentu saja di rumah Tatsuya," jawab Leo dengan tenang. "Seorag pengacara muda seperti Tatsuya sudah memiliki penghasilan tinggi dan barang-barang berharga pribadi."

"Pribadi?"

"Rumah pribadi, mobil pribadi, dan penghasilan pribadi," jawab David diiringi tawa renyah.

"Is there any choices left for you then?" Tanya Alex.

Beggars cannot choose.

Seperti Gaby saat ini. Meskipun kau mengatakan bahwa Gaby bukanlah pengemis, tapi nyatanya dia tidak memiliki tempat tinggal dan pekerjaan. Orang tuanya pun hanya mengetahui kalau Gaby sudah memiliki tunangan dan akan segera menikah.

"Ba—baiklah. Baiklah, aku terima tawaranmu itu," kata Gaby dengan yakin.

Tatsuya tersenyum.

-----

Barang-barang Gaby akan di kirim besok. Dan masalah biaya yang belum sempat di lunasi oleh Gaby sudah di bayar oleh Tatsuya.

Malam itu pun mobil Tatsuya berhenti tepat di rumah minimalis khas Jepang, yang berada di cluster khusus bertema Jepang. Tempat itu tak terlalu jauh dari Fons, dan tempat kerja Tatsuya. Karena alasan itulah Tatsuya membeli rumah itu, walau sebenarnya dia bisa saja membeli rumah yang lebih besar dari pada yang di tinggalinya saat ini.

"Selamat datang di rumahku," kata Tatsuya sambil menyalakan lampu rumahnya.

Dengan jelas, Gaby dapat melihat kalau keseluruhan isi rumah Tatsuya benar-benar di tata dengan rapih. Debu pun tak ada yang menempel.

"Kau bisa pakai sandal ini selama di dalam rumah." Tatsuya memberikan sandal rumahan yang baru di bukanya dari plastik. "Kemarilah, biar ku tunjukkan kamarmu."

Gaby mengekor Tatsuya, dan membukakan pintu kamar berwarna coklat tua itu. "Ini kamarmu, kau bisa menghiasnya sesukamu. Buatlah dirimu senyaman mungkin." Gaby mulai masuk ke dalam kamarnya dan mengamati interiornya. "Kamarkj ada di sebelah. Kalau kau butuh sesuatu, katakan saja padaku."

Selanjutnya, Tatsuya menyiapkan makan malam untuk mereka berdua, sementara Gaby mandi. Setelah keluar dari kamar mandi, Gaby keluar dari kamarnya.

Dia mencium aroma masakan yang lezat. Sepertinya Tatsuya pandai memasak, pikir Gaby.

"Kau sudah selesai mandi? Kemarilah." Gaby mendekat kearahnya. "Ayo kita makan bersama."

Gaby menikmati makan malam pertamanya bersama dengan Tatsuya, walaupun dia sendiri juga merasa asing dengan rumah ini.

Sambil makan, dia melihat keliling rumah Tatsuya tanpa henti. Dan akhirnya matanya berhenti pada sebuah foto. Didalam foto itu terdapat Tatsuya, neneknya, kedua orang tuanya dan 3 anak laki-laki lainnya. Mereka semua terlihat bahagia.

"Itu foto yang diambil saat aku menyelesaikan S2."

Tak berapa jauh dari foto tadi, ada foto Tatsuya dengan 3 anak laki-laki yang sama dengan di foto sebelumnya. "Itu adik-adikku dan aku. Mereka semua masih tinggal bersama dengan orang tuaku di pinggir kota."

Gaby mengangguk. Namun detik berikutnya dia menunduk diam. Dan mulai menangis.

"Kenapa kau menangis?"

Gaby menggeleng. "Aku.. Matt..."

Tatsuya berdiri dari kursinya, dan memeluk Gaby. "Tenanglah. Tidak perlu bersedih. Mantan tunanganmu tidak sepatutnya kau tangisi, paham?"

Gaby mengerti ucapan Tatsuya. Tapi dia memang sedih. Dan air matanya pun terus mengalir.

"Menagislah sepuasmu. Aku akan menemanimu," kata Tatsuya sambil mengusap punggung Gaby.

-----

Malam itu Gaby tidak bisa tidur. Dia membolak-balikan posisi tidurnya berkali-kali tapi tetap saja tidak bisabmemejamkan matanya dengan nyenyak.

Mungkin segelas susu dapat membuatnya tertidur. Dia pun ingat kalau Tatsuya memiliki beberapa kotak susu cair di dalam kulkasnya.

Ia kemudian mengendap-endap keluar dari kamarnya sepelan mungkin, lalu berjalan menuju kulkas yang ada di dapur.

Saat dia berbalik, dia terkejut mendapati Tatsuya. "AAAAA!"

Tatsuya menyalakan lampu dapur. Dan dilihatlah ekspresi wajah Gaby yang lucu. "Kau kenapa?" Tanya Tatsuya lalu mengacak-acak puncak kepala Gaby. "Tidak bisa tidur?"

Gaby melihat Tatsuya tersenyun tipis dan tulus. Tatsuya membuka pintu kulkas, dan mengambil sekotak susu yang sama seperti Gaby. "Ayo, biar kutemani minum susunya."

Gaby mengekor Tatsuya. Dia juga ikut duduk di sofa ruang tamu.

"Hidup itu membosankan bukan?" Ucap Tatsuya. "Setiap harinya yang aku lakukan hanya seperti ini saja. Bekerja, menghasilkan uang, dan kembali ke rumah."

Gaby menyedot isi susunya perlahan. Sesekali dia pun menanggapi ucapan Tatsuya, dan terakhir dia pun mulai lelah.

"Lain kali kau tidak perlu mengendap seperti tadi. Apapun yang kau mau ambil saja, dan bila kau tidak mendapatinya, katakan padaku, dan aku akan membelikannya untukmu," kata Tatsuya. "Ayo tidur. Kau akan pergi bersamaku besok."

"Kemana?"

"Kau akan tahu besok. Sekarang tidurlah."