Chereads / Fons Cafe / Chapter 7 - Episode 7

Chapter 7 - Episode 7

Akhir minggu ini, para lelaki itu sudah janji untuk bermain voli pantai di pinggiran kota. Begitu pula Gaby yang sudah di ajak oleh Tatsuya untuk ikut, karena dia tidak ada teman di rumah apabila sendirian.

Turun dari mobilnya Tatsuya, Gaby sudah di sambut dengan Alex, Carlos, Leo, Kris dan David.

"Lama sekali kalian berdua?" Kata Alex. "Kita sudah menunggu lebih dari dua jam disini."

"Hei, bisakah kau sedikit memberi toleransi kepada pasangan kita ini?" Goda Kris.

"Sepertinya mereka kelelahan semalaman?" Komentar David. "Apa yang kalian lakukan memangnya?"

Semburat merah di pipi Gaby pun muncul. Dia merasa malu karena sudah di goda oleh yang lainnya.

"Tentu saja dia lelah. Semalaman kami harus merapihkan rumah dan mencuci pakaian, agar tidak menumpuk saat kita pulang nanti. Bukan begitu Gaby?" Jawab Tatsuya, menyelamatkan Gaby dari pikiran aneh yang teman-temannya pikirkan.

"Sudahlah," sanggah Kris. "Gaby, kau boleh memilih kamarmu terlebih dulu."

"Oh? Memilih? Aku tidur sendiri?"

"Tentu saja kau boleh tidur bersamaku," balas Carlos dengan senyumannya yan menggoda. "Dengan senang hati aku akan tidur di sampingku."

Tatsuya merasa tak suka dengan yang barusan Carlos katakan. Sejujurnya, dia memang merasakan kalau perasaannya kepada Gaby perlahan mulai berubah. Bahkan, sejak sepeninggal Takuya dari rumah Tatsuya, Gaby tidak pernah tidur sendirian di kamarnya yang dulu lagi.

Di villa pantai milik Kris, terdapat lima kamar yang bisa di pakai. Dengan fasilitas kamar mandi di dalam kamarnya semua. Kris sudah menetapkan kalau Gaby akan tidur sendiri, selain itu Kris juga memiliki kamar utama untuk kamar tidurnya.

Alex, Carlos, David, Leo, dan Tatsuya sudah pasti akan tidur dengan formasi biasaya. Yaitu, Alex sekamar dengan Leo dan Carlos dengan David. Tatsuya memang terbiasa untuk tidur sendiri.

Selain karena Tatsuya memang pendiam, sifatnya yang berbeda dengan Alex, Carlos, David dan Leo membuatnya lebih cocok untuk tidur sendirian.

Gaby memilih kamar yang berada di tengah, dan di sebelah kamar pilihannya, diisi oleh Tatsuya. Tatsuya tidak akan rela bila Gaby harus tidur dekat-dekat teman-temannya yang lain. Carlos dan David tidur di lantai atas, disebelah kamar Kris. Sementara Leo dan Alex di kamar depan lantai bawah.

-----

Para lelaki itu bermain voli dari pukul dua siang sampai lima sore. Seakan tak ada lelah-lelahnya. Sementara Gaby menikmati indahnya pantai, untuk mencari desain-desain rangkaian bunga barunya. Kree memintanya untuk mendesain beberapa bunga untuk pernikahan di tepi pantai.

Kree tahu kalau Gaby pasti akan ikut ke pantai bersama para lelaki Fons untuk liburan di vila pantai milik Kris. Hasil mencari inspirasinya akhirnya selesai di pukul enam sore. Dan saat itu para lelaki yang habis bermain voli itu kembali ke vila Kris. Tentu saja keringat dan bau badan mereka langsung tercium di seluruh penjuru vila.

"Astaga! Kalian semua bau sekali!!" seru Gaby saat keluar kamar.

"Benarkah?" tanya Tatsuya. "Aku merasa tidak sebau itu."

"Cepatlah kalian mandi!" seru Gaby gusar.

Tiba-tiba Carlos memeluk Gaby dari belakang. Tubuh basah Carlos benar-benar terasa. "Tapi aku ingin memberikan pelukan untukmu," kata Carlos.

"Lepas! Lepas!!!" Gaby risih dengan pelukan Carlos dan mencoba melepaskannya. Dia berharap kalau Tatsuya dapat melepaskan jeratan Carlos dari tubuhnya.

Tiba-tiba sebuah tangan melepaskan paksa tangsn Carlos yang melingkar di pinggang Gaby.

"Kau pergi mandi. Dan memangnya kau tidak menghargai Tatsuya yang ada di belakangmu?"

"Tatsuya hanya suami pura-pura Gaby. Tidak lebih dari apapun bukan?" Serunya. Lalu Carlos pergi ke kamarnya dan mandi.

Gaby duduk di balkon kamarnya. Beberapa saat kemudian, Tatsuya menemaninya dengan rambut yg masih basah, dia memakai kaos berlengan pendek berwarna putih.

"Terlalu lama di luar bisa membuatmu masuk angin, Gab. Angin pantai membuat lebih mudah masuk angin kalau kau mau tau," kata Tatsuya.

Gaby menoleh ke asal suara tersebut.

"Kau sedang apa?" Tanya Gaby.

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Ini sudah malam kenapa tidak makan malam?"

"Aku... aku..."

"Kau sakit?"

Gaby menggeleng. "Aku sedang tidak ingin makan saja, Tatsuya. Mungkin lebih baik tidur saja."

Tatsuya mencemaskan Gaby yang masih duduk di balkon. "Makan Gab. Adik-adikku saja tidak pernah gagal makan ketika aku menyuruh mereka untuk makan. Walaupun mereka sedang marah, tp mereka akan tetap makan ketika aku yang menyuruhnya."

"Aku bukan adikmu, Tatsuya!" Balasnya sambil menjulurkan lidahnya.

"Karena kau bukan adikku. Makanya aku harus lebih bisa lagi menyuruhmu makan. Kau kan istriku."

Degupan jantung Gaby makin tak keruan rasanya saat Tatsuya mengatakan sekali lagi kalau dia istrinya.

"SEMUANYA! AYO KITA MAKAN!!" Seruan suara David memenuhi vila Kris. Termasuk Tatsuya dan Gaby yang sedang ada di balkon.

"Ayo kita makan," kata Tatsuya.

"Aku bilang aku tidak ingin makan," balasnya.

"Jangan keras kepala, Sayang." Panggilan 'sayang' itu membuat Gaby luluh. Dia pun bergerak pelan, menuju meja makan.

Meja makan itu sudah dipenuhi oleh berbagai makanan yang sangat menarik. Mulai dari takoyaki, okonomiyaki, sushi dan sashimi. Selain itu, ada pula pasta, yaitu penne dan farfalle. Gaby merasa sedang berada di dalam pesta, dan bukannya di liburan.

"Siapa yang memasak makanan sebanyak ini?" tanya Gaby, seperti ibu-ibu yang marah karena ada terlalu banyak makanan, dan menghabiskan uang yang banyak. "Tidak mungkin Paman Kris yang memasak makanan sebanyak ini! Dan Paman tidak bisa memasak pasta setahuku."

"Hei, aku memasak takoyaki itu, Gaby! Dan harus ku akui kalau aku memang tidak bisa memasak pasta. Jadi hampir semua sisanya dimasak oleh Alex dan David. Mereka berdua adalah koki yang hebat sejujurnya," kata Kris jujur. "Duduklah, kita akan segera makan malam."

-----

Makan malam itu benar-benar heboh. Walaupun Gaby sendirian perempuan, tapi akhirnya dia dapat mengikuti ritme permainan yang dilakukan oleh para lelaki itu. Semua lelaki itu mengobrol tentang atlet voli yang baru-baru ini terkenal, Mia Leana. Atlet perempuan itu menjadi buah bibir mereka berenam. Selain cantik, tinggi, dia pun memiliki bentuk badan yang sangat menarik.

Gaby pun tak lupa melihat Tatsuya yang begitu bersemangat ketika Carlos mulai membahas tentang lekukan tubuh Mia yang begitu indah dan buah dada yang sangat menggiurkan itu. Gaby sedikit takut karena Tatsuya sangat bersemangat melihat hal itu.

"Time for the night drink, guys!!" seru David dengan riang sambil membawa beberapa botol sake. Ya betul, yang dibawanya adalah botol sake yang langsung di datangkan dari Jepang. David baru saja mendapatkan kesempatan ke Jepang karena dia diminta menjadi bintang tamu dalam sebuah acara komedi disana. Saat dia hendak kembali, dia sempat memesan beberapa dus sake favoritnya untuk di kirim ke Indonesia.

Beruntung sekali karena sake itu sampai di Indonesia semalam. Sehingga mereka bisa meminum sake-sake itu saat ini.

"Tenang saja, aku sudah membawa dua lusin sake untuk kita nikmati bersama," kata David. Dia pun membagikan kepada teman-temannya satu botol, juga Gaby. "Tunggu, apa kau juga minum sake Gaby?"

Gaby mengangguk saja. Dia tidak keberatan untuk minum sake, padahal dia belum pernah mencoba sake jenis apapun sebelumnya. Setelah gelas dibagikan, mereka pun mulai membuka botol sake mereka dan menuangkannya ke dalam gelas, lalu menenggaknya sampai habis.

Baru gelas ketiga, dan Gaby mulai merasa pusing. Sepertinya efek alkoholnya mulai terasa, dan membuatnya mulai mabuk.

"Hei Gaby, apa kau mau datang bersamaku ke pameran lukisan minggu depan?" tanya Carlos.

Gaby mengernyitkan dahinya, dia menenggak habis gelas sake keempatnya lalu menjawab. "Tentu saja, itu terdengar menyenangkan! Tapi... aku harus meminta izin kepada suamiku terlebih dahulu bukan? Suamiku? Bolehkan aku pergi??"

Semua yang berada di meja makan itu tercengang karena Gaby memanggil Tatsuya dengan sebutan 'suamiku.'

"Astaga.. suamiku, aku bertanya apa aku boleh pergi bersama dengan sahabatmu ke pameran lukisan? Aku tidak akan selingkuh, Sayang!"

"Hei, sepertinya dia mabuk," bisik Alex pelan kepada Tatsuya. Tatsuya langsung mengangguk paham.

"Gaby, sepertinya kau sudah mabuk," kata Tatsuya. "Lebih baik kita ke kamar."

Gaby menggeleng. "Aku tidak mabuk!"

Akhirnya Tatsuya menarik tangan Gaby dan membawanya ke kamar. Tatsuya membawa Gaby ke dalam gendongannya, dan membawanya masuk ke kamarnya. Gaby yang tidak bisa diam itu terus saja bergerak-gerak kepanasan.

"Terima kasih Tatsuya..."

Tatsuya tersenyum saat Gaby mengatakan hal itu.

"Aku menyukaimu, Tatsuya."