Pagi itu, Gaby terbangun pukul setengah empat pagi dan mendapati ranjang di sebelahnya kosong. Tatsuya tidak ada disampingnya. Ini adalah hari Jumat dan seharusnya Tatsuya tidak pergi ke kantor. Gaby menyalakan lampu kamar itu, dan memakai sandal kamarnya.
"Tatsuya...." panggil Gaby.
"Ya?" balas Tatsuya yang sedang mengikat tali sepatunya. "Kenapa kau sudah bangun, Gaby?"
Gaby kikuk. "Mm... aku merasa kau pergi, jadi aku bangun."
Tatsuya tersenyum tipis, menghargai kejujurannya Gaby. "Aku mau lari pagi."
Gaby terkejut karena Tatsuya tidak mengatakan apapun sebelumnya tentang lari pagi dan sejenisnya. "Kau lari pagi? Kau sering lari pagi, Tatsuya?" tanyanya bingung.
"Sebenarnya aku selalu lari pagi jam lima pagi. Namun karena aku susah tidur, jadi aku langsung lari saja," jawabnya. "Dan kau selalu bangun jam tujuh bukan? Aku tidak mungkin membangunkanmu."
Gaby masih diam. Tatsuya sudah selesai mengikat tali sepatunya.
"Baiklah, aku pergi dulu," kata Tatsuya sambil mengacak-acak rambut Gaby.
"Tunggu!" Gaby menarik tangan Tatsuya. "A-aku--aku juga mau ikut berlari denganmu. Biarkan aku mengganti bajuku dulu!"
Sudah beberapa hari lamanya dari sejak Gaby dan Tatsuya pulang berlibur dari vila pantai Kris. Tatsuya yang mendengar kalau Gaby menyukainya itu malah bersikap seolah tak terjadi apapun. Seolah dia tidak tahu kalau Gaby menyukainya.
Sejujurnya, Gaby sendiri tidak ingin keluar dari rumah Tatsuya. Bukan karena dia sudah terlanjur nyaman dengan Tatsuya. Tapi, karena dia juga sudah jatuh cinta kepada Tatsuya. Perlakuan halusnya, tutur katanya yang indah semakin membuat Gaby sendiri tak kuat untuk tidak jatuh cinta kepada pesona sederhana Tatsuya.
Namun dia bukanlah perempuan yang cantik, berpendidikan tinggi, dan cukup pantas untuk bersanding bersama dengan Tatsuya. Dia sadar kalau dirinya hanyalah calon tunangan pura-pura Tatsuya selama tiga bulan. Jika di hitung-hitung, waktunya untuk bersama Tatsuya hanya tinggal tiga minggu lagi.
Gaby memang sudah memiliki pekerjaan tetap, yakni menjadi desainer rangkaian bunga Kree. Tapi dia belum memiliki tempat tinggal baru. Mungkin karena terlalu nyaman dengan semua kebaikan yang telah diberikan oleh Tatsuya. Tapi dia tidak ingin berpisah dengan laki-laki yang membuat hatinya itu berdegup tak keruan lagi.
-----
"Bagaimana kabar orangtuamu, Gab?" tanya Tatsuya sambil berlari.
"Mereka baik-baik saja. Belum lama ini, mereka pulang dari pameran bunga-bunga langka yang membuat Ibu sangat bersemangat untuk menanam bunga-bunga itu di taman belakang rumah." Gaby berusaha mengimbangi kecepatan Tatsuya. "Lalu bagaimana dengan keadaan nenekmu, Tatsuya?"
"Nenek sudah membaik dari kondisinya tempo hari," jawabnya ringan. "Dia ingin melihatmu lagi."
Apa? Neneknya Tatsuya ingin melihatku lagi? Astaga, jangan terlalu percaya diri, Gabriella!
"Ya, dia ingin melihat calon cucu menantunya lagi katanya," tambahnya.
Cucu menantunya?
Fokus Gaby terpecah karena dia terlalu senang mendengar bahwa nenek Tatsuya mengharapkannya. Pikirannya yang terbagi dua itu malah membuat keseimbangan Gaby terbagi dan akhirnya dia pun terpeleset dari trotoar.
"Gaby!" Dengan cepat Tatsuya langsung membantu Gaby berdiri dan berjalan. "Kau ini! Seharusnya kau berhati-hati, Gaby!" Wajah Tatsuya begitu khawatir memerhatikan kaki, lutut dan tangan Gaby. "Apa kau baik-baik saja?"
"Tentu!" balasnya, dan mulai berlari lagi. "Aaa.." Gaby hampir saja terjatuh lagi karena tumpuan kakinya tak kuat. Namun reflek cepat Tatsuya berhasil membuatnya selamat.
"Itu yang kau bilang baik-baik saja?" tanya Tatsuya.
"Sungguh, aku baik-baik saja, Tatsuya.."
Tatsuya langsung berjongkok tanpa banyak bicara. "Naiklah."
"Apa yang kau laku—"
"Naiklah dan jangan banyak komentar Gabriella!" Seru Tatsuya. Akhirnya dia pun naik ke atas punggung Tatsuya yang terasa sangat hangat. Bukan hanya punggung Tatsuya, namun hatinya pun menghangat, dan degupan jantungnya makin abnormal. Hal itu membuat Gaby takut apabila Tatsuya dapat mendengar degupan jantungnya itu, dan akhirnya Tatsuya tahu kalau Gaby menyukainya.
"Tidurlah jika kau mau. Ini cukup jauh dari rumah," jawab Tatsuya.
"Tidak mungkin bisa. Yang ada kau akan bertambah berat karena menggendongku sambil tertidur."
"Yang benar saja. Kau tidak berat sama sekali, Gaby," katanya. "Aku sudah sering menggendong adik-adikku dulu. Jadi menggendongmu bukanlah hal yang sulit dan membebankanku."
"Adik-adikmu jauh lebih ringan dari tubuhku bukan?"
"Tidak. Malah aku merasa menggendongmu jauh lebih ringan. Mungkin karena kau diam. Tapi adik-adikku terlalu ribut. Ketika aku menggendong mereka, mereka sering sekali menarik-narik rambutku sehingga aku kesulitan jika menggendong mereka," jelasnya.
"Takuya seperti itu?"
"Oh? Takuya dan aku terlalu dekat. Tidak mungkin aku menggendongnya," jawabnya. "Tentu saja adik-adikku yang lebih kecil, Toshiro dan Takehiko." Tatsuya tersenyum jika menceritakan tentang adik-adiknya yang masih kecil-kecil itu.
"Kau pasti senang sekali memiliki adik-adik yang lucu dan menyenangkan seperti Take dan Shiro."
Tatsuya mengangguk pelan. Dan sepanjang jalan itu mereka mengobrol sampai akhirnya sampai di rumah Tatsuya.
-----
Seminggu setelahnya, keseleo kaki Gaby sudah membaik. Dia pun bisa pergi ke pameran pameran lukisa yang Carlos ajak saat mereka berada di vila Kris. Gaby sudah meminta izin lagi kepada Tatsuya agar diizinkan pergi. Selain itu, karena Tatsuya menangani kasus lain lagi, jadi dia harus lembur di hari liburnya seharusnya.
Gaby menunggu Carlos untuk menjemputnya di Fons. Seperti biasa, Gaby bekerja merangkai bunga-bunga. Kali ini dia diminta untuk merangkai bouquet bunga mini untuk pesta kelulusan siswa. Bunga yang dirangkainya bukanlah bunga asli, sehingga membuat Gaby tidak terlalu sulit untuk mengatur tiap bunganya.
Setelah jam empat sore, akhirnya dia selesai merangkai bunga-bunga itu. Kree pun puas dengan hasil kerja Gaby yang cekatan. Sehingga dia memberikan gadis itu bonus.
"Sore!" seru David saat datang ke Fons. "Oh, Gaby? Kau masih disini?"
Gaby mengangguk.
"Apa kau menunggu Tatsuya untuk menjemputmu pulang?"
"Aku mau ke pameran lukisan bersama Carlos." Tak lama setelah itu Porsche milik Carlos itu terparkir di luar Fons. Gaby keluar dari Fons dan berjalan dengan cepat untuk masuk ke dalam mobil mewah itu. "Aku pergi ya Paman Kris, David!"
-----
Di tempat pameran, Gaby benar-benar terkejut karena banyak sekali media. Ada banyak wartawan, reporter, jurnalis, fotofrafer dan artis terkenal. Hal ini tentunya membuat Gaby tak nyaman, karena keramaian ini jauh melebihi keramaiannya yang seperti biasanya dia hadapi. Tepatnya, Gaby tidak pernah berada di keramaian yang penuh dengan blitz kamera dan sejenisnya.
"Banyak sekali orang-orang disini!"
"Ini pameran lukisan internasional yang hanya diperuntukkan bila tamu undangan memiliki daftar VIP minimal."
"Wow! Itu berarti kau VIP?"
"Tidak, aku VVIP." Jawab Carlos sambil tersenyum dengan menawan.
Dari sudut lain pameran itu, Gaby melihat Takuya yang sedang berdiri di sebuah lukisan yang unik. Lalu Takuya melihat ke arah Gaby. "Gaby! Apa yang sedang kau—" kalimatnya terputus saat dia mendapati Carlos yang berada di sebelah Gaby, dan bukanlah kakak laki-lakinya itu. "Kau kesini bersama Carlos? Apa kau selingkuh?"
"Astaga, Takuya aku hanya ke pameran lukisan bersama Carlos. Kakakmu sedang lembur di kantor hari ini," jawabnya.
"Lagi pula mana mungkin Tatsuya bisa mendapatkan tiket untuk masuk ke dalam sini?" balas Carlos. "Kau sendiri bagaimana kau bisa berada di pameran ini, Takuya?"
"Pemilik galeri seni tempatku melukis merupakan undangan VVIP. Namun karena dia sedang ada urusan, jadi dia memberikan tiketnya kepadaku," jelas Takuya. "Dan ngomong-ngomong Ayah dan Ibu pasti terkejut bila melihat calon menantunya malah pergi bersama dengan lelaki lain, yang bukan Tatsuya."
Ponsel Takuya berdering nyaring beberapa saat kemudian.
Tatsuya.
Caller ID itu menunjukkan bahwa Tatsuya yang meneleponnya. Pasti terjadi suatu hal.
"Halo Kak. Ada apa kau meneleponku?"
"Kau sedang ada dimana?" tanyanya diujung sana.
"Di pameran lukisan. Dan tebak? Aku bertemu dengan Gaby yang sedang bersama dengan Carlos."
"Kau bisa ke rumah sakit secepatnya? Keadaan Nenek tiba-tiba menurun drastis, dan dokter bilang kalau Nenek harus di operasi secepatnya."
"Oh begitu. Baiklah aku segera kesana. Aku akan pergi bersama Gaby..."
"Jangan!!!"
"Kenapa jangan? Nenek sedang kritis, dan kau tidak menginginkan Gaby untuk berada disana?"
Gaby terkejut karena Nenek Tatsuya ternyata kritis. Dan Tatsuya tidak ingin Gaby untuk hadir disisinya?
Tapi tanpa banyak protes, dia segera mengambil ponsel Takuya dan berbicara dengan singkat pada Tatsuya.
"Tatsuya, dengar. Aku dan Takuya akan berada disana satu jam dari sekarang, jadi kau tunggu saja!" serunya.
"Tapi kau sedang bersama Carlos di pameran lukisan, Gaby. Dan ini bukanlah masalahmu."
"Masalahmu, adalah masalah bagiku juga! Jangan pernah bilang kalau itu masalahmu sendiri!" Gaby mengembalikan ponsel Takuya. "Maafkan aku Carlos, tapi aku harus pergi untuk menemani Tatsuya di rumah sakit."
"Pergilah," katanya.
"Maafkan aku. Dan sekali lagi terima kasih karena sudah mengajakku ke pameran ini."
-----
"Bagaimana caranya kita bisa sampai ke rumah sakit itu dengan cepat?" Pikir Gaby. "Apa kita harus menyewa mobil?"
Takuya menggeleng. "Tenanglah, Kak. Kau tidak perlu sepanik ini. Keadaan Nenek memang memburuk dari lusa lalu, namun hari ini semakin buruk."
Gaby makin terkejut. Kenapa dia baru tahu hari ini? Dan kenapa Tatsuya tidak memberitahunya?
"Baiklah kita pergi sekarang dengan bus. Sampai di halte ketiga, baru kita naik taksi ke rumah sakit," kata Takuya akhirnya memutuskan pilihan mereka.