Chereads / Fons Cafe / Chapter 5 - Episode 5

Chapter 5 - Episode 5

Pagi harinya Gaby terlambat bangun, dia yakin kalau Tatsuya pasti tidur di sebelahnya semalam. Namun laki-laki yang tidur disampingnya semalam itu kini tidak ada. Dia pun memutuskan untuk keluar dari kamar Tatsuya.

"Kau sudah bangun?" Senyuman hangat Tatsuya membuat hati Gaby pun tenang. Dia tidak perlu khawatir kalau Tatsuyanya menghilang.

Tunggu dulu, Tatsuyanya?

"Ini jus untukmu," kata Tatsuya seperti biasa sambil memberikan jus andalannya.

Gaby yang sudah tiap hari meminum jus itu pun langsung menghabiskannya dalam sekali tenggak.

"Wow.. kau menghabiskannya dengan cepat!"

"Rasa aneh jusmu membuatku harus cepat-cepat menghabiskannya!"

Tatsuya terkekeh. "Kau memang gadis baik," balasnya. Tatsuya melihat jam yang menunjukkan pukul 8 pagi. "Astaga aku akan terlambat. Kau mulai bekerja hari ini bukan?"

"Ya. Tentu saja."

"Kalau begitu semangatlah!" Gaby tersenyum riang ketika mendengar ucapan semangat dari Tatsuya. "Takuya masih berada di kamar."

"Nanti aku akan menemuimu di Fons agar kita pulang bersama nanti."

Gaby menghangat mendengar perkataan Tatsuya. Perasaannya sedikit aneh, apa mungkin dia menyukai Tatsuya?

-----

Sekitar jam sembilan, Gaby sudah siap untuk pergi ke Fons.

Takuya keluar dari kamarnya, dan Gaby tersenyum. "Hei, kau meninggalkan amplopmu, Kak."

Gaby enggan membuka amplop itu. Tapi dia merasa tidak pernah mempersiapkan amplop apapun untuk pergi bekerja, apalagi pekerjaannya adalah adalah perangkai bunga. Namun, untuk menghargai maksud tulus Takuya, Gaby tetap mengambil amplop coklat besar itu dan membuka isinya.

Ketika dia membaca kop surat atasnya adalah Liz Law Firm. Jelas sekali ini pasti pekerjaan Tatsuya yang tertinggal. "Astaga, ini milik Tatsuya. Bagaimana ini?"

"Kau antarkan saja ke kantornya.." jawab Takuya.

"Tapi..."

Takuya mengambil jaketnya. Dia segera menarik tangan Gaby untuk mengikutinya pula. Mereka berdua berjalan kaki menuju tempat kerja Tatsuya yang sebenarnya tidak jauh dari kediaman Tatsuya.

Sementara di ruang kerjanya, Tatsuya tidak menyadari kalau amplop analisa kasusnya tertinggal di rumah, dan kini dia sedang mengobrol dengan kliennya. Kali ini tergolong kasus ringan, yakni kekerasan dalam rumah tangga, alias KDRT yang membuat Si Istri ingin menceraikan suaminya saja. Hasil visum dari Si Istri sudah keluar, dan Tatsuya hanya tinggal menggabungkan dengan data yang sudah di susunnya semalaman.

"Baiklah Nyonya, secara hukum yang berlaku saya bisa menjelaskan kalau suami Anda sudah memerlakukan Anda tidak layak sebagai istrinya dan kekerasan yang suami Anda lakukan juga meninggalkan bekas secara fisik dan--" Tatsuya terkejut karena dia melihat hasil dari psikiaternya, tepatnya itu adalah hasil pemeriksaan psikiater terhadap anak Si Istri, "Anak Anda mengalami trauma. Sehingga...."

Tatsuya terus menjelaskan langkah-langkah berikutnya yang akan dia ambil, dan hasil keputusan seperti apakah yang akan Si Istri ini dapatkan apabila dia berhasil memenangkan kasus ini di pengadilan nanti.

Saat Tatsuya harus menggabungkan hasil tes yang di pegangnya itu dengan hasil analisanya terhadap kasus ini, dia bingung karena tidak mendapatinya di dalam tas kerjanya.

-----

Gaby ternganga melihat gedung minimalis dengan desain yang futuristik itu. Dia tidak menyangka kalau gedung mungil dan modern itu merupakan tempat kerja suaminya!

Mm... Maaf, ralat. Maksudnya, tempat kerja suami bohongannya.

Tatsuya memang bekerja di firma hukum terbaik di kota ini, dan siapapun yang mendengar nama Liz Law Firm pasti akan mengetahui dengan mudah kalau itu adalah firma hukum yang menjadi tempat kumpulan pengacara-pengacara hebat yang memiliki persentasi kegagalan hampir 0,99% dari total kasus yang pernah di tangani oleh tiap pengacara yang bekerja disini.

Tapi jujur saja, walaupun tempat ini terkenal, Gaby tidak pernah tahu lokasi tepatnya, dan bayangannya tentang firma hukum ini dengan kenyataan yang dilihatnya sekarang benar-benar berbeda. Di pikirannya, firma hukum tempat Takuya bekerja adalah tempat yang menyeramkan, isinya adalah orang-orang berdasi dan berjas yang seram, hapal dengan segala jenis pasal dan undang-undang. Sangat mengerikan bagi Gaby.

"Hei, apa yang kau tunggu?" tanya Takuya. "Apa kau mau berdiri terus menerus disitu saja, Kak?"

Takuya segera berjalan masuk ke dalam lobi firma hukum itu, meninggalkan Gaby sendirian di luar.

"Tunggu Takuya!!" serunya.

Di meja resepsionis, mereka berdua sama-sama di perhadapkan dengan resepsionis yang jauh dari kesan galak dan judes. Resepsionis firma hukum ini sangat ramah, dan tersenyum. "Selamat Pagi, ada yang bisa saya bantu?"

"Begini, saya ingin bertemu dengan Tuan Maruyama."

Dengan cepat, resepsionis tersebut melihat CCTV ruangan Tatsuya. "Mohon maaf, tapi saat ini Tuan Maruyama sedang ada kliennya. Mungkin ada yang bisa saya sampaikan?"

"Tak bisakah kau memintanya untuk keluar sebentar?" Tanya Takuya.

Gaby menyenggol lengan Takuya, dengan maksud jangan membuat keributan.

"Saya hanya ingin menyampaikan ini," Gaby menyerahkan amplop coklat yang di bawanya sedari tadi. "Ini data kasusnya yang tertinggal di rumah pagi ini. Mungkin Tuan--maksudku--Tatsuya lupa kalau dia meninggalkannya, jadi saya mengantarkannya."

Resepsionis itu mengangguk paham. "Baiklah akan saya sampaikan. Kalau boleh tahu Anda siapa ya?"

"Dia calon istri kakakku. Calon istri Tuan Maruyama."

Dari arah belakang Takuya dan Gaby berdiri, sebuah suara berat menegur mereka. "Inikah calon istri Tatsuya? Astaga, beruntung sekali dia memiliki calon istri yang perhatian dan manis sepertimu," seru laki-laki paruh baya yang ramah itu.

"Selamat pagi Tuan, Liuz," sapa Si Resepsionis kepada Liuz.

"Pagi," jawabnya dengan senyum. "Siapa namamu, Nyonya Maruyama?"

Gaby masih bingung karena dia disebut Nyonya Maruyama. Sampai akhirnya Takuya menyenggolnya dan menyadarkannya. "Oh, Gabriella. Gabriella Evangeline."

"Gabriella.. Nama yang bagus," pujinya. "Takuya Maruyama. Sudah lama sepertinya tidak berjumpa."

"Tuan bisa saja," balas Takuya yang sepertinya sudah cukup lama dikenal oleh Liuz. "Tuan, apa boleh saya dan Gaby ke tempat kerja Tatsuya? Aku takut dia sangat memerlukan data ini segera. Berhubung resepsionis yang ada disini hanya satu, pastinya itu akan mengganggu pekerjaannya apabila dia harus ke tempat Tatsuya dan kembali lagi bukan?"

"Tentu saja. Kalian naiklah ke tempat kerja Tatsuya di lantai tujuh."

"Terima kasih, Tuan."

Gaby mengekor Takuya. Di dalam lift, Takuya tertawa.

"Kenapa kau tertawa?"

"Kau sepertinya terpana begitu melihat bos kakakku? Apa kau tidak pernah melihat Liuz sebelumnya?"

"Tentu saja aku melihatnya. Maksudku, siapa yang tidak mengenal pengacara terkenal dan hebat sepertinya? Tapi aku tidak menyangka kalau dia adalah orang yang begitu ramah dan menyenangkan."

Sampai di lantai tujuh, Takuya masih memimpin jalan menuju ruangan Tatsuya. Sampai akhirnya dia melihat pintu yang sudah terpampang jelas nama Tatsuya disana.

Tatsuya Maruyama, S.H., M.H.

Dari kaca yang ada di pintu ruang kerja Tatsuya, Takuya segera mengetuk pintunya. Walaupun dia yakin kalau kakaknya pasti sedang mengobrol obrolan yang serius dengan kliennya yang satu ini.

Tak lama setelah mengetuk, Tatsuya membuka pintu ruang kerjanya. "Takuya? Gaby? Apa yang kau lakukan?"

"Astaga... apakah salah bila seorang calon istri ingin menemui suaminya pada saat jam kerja?" tanya Takuya sambil tersenyum.

"Apa?"

"Takuya! Kau membuatku malu!" seru Gaby. Semburat merah memenuhi pipi Gaby yang memanas akibat ucapan Takuya barusan. "Aku ingin memberikan ini. Sepertinya kau meninggalkan berkas kerjamu di meja ruang tamu tadi. Kurasa ini penting, sehingga aku dan Takuya membawakannya..."

Tatsuya mengambil amplop coklat itu dan tersenyum lega. Dia juga tersenyum pada Gaby dan mengusap rambutnya lembut. "Terima kasih. Ini memang penting."

-----

Keluar dari tempat kerja Tatsuya, Gaby dan Takuya berjalan bersama. Mereka menuju arah Fons. Gaby akan bekerja sebagai perangkai bunga untuk Kree. Namun, dia dapat bekerja di Fons untuk mendapatkan inspirasi yang diperlukannya.

"Tidak kusangka kau tidak tahu tempat kerja kakakku! Padahal kau tunangannya!"

"Itu karena aku dan Tatsuya tidak mau mencampuri urusan pekerjaan satu sama lain ketika kami sedang berdua."

"Astaga, padahal sebentar lagi kalian akan menikah. Tapi kenapa kalian malah menutupi masalah pekerjaan?"

Gaby tidak menjawab.

"Kakakku hebat bukan? Dia populer, dan pintar. Bahkan untuk tipikal anak yang pintar dalam pelajaran yang menggunakan otak, dia juga hebat dalam olahraga. Saat sekolah dulu aku pun iri dengan banyaknya surat cinta yang didapatnya tiap kali dia pulang ke rumah. Dan jumlah suratnya akan membludak tiga kali lipat setiap hari valentine."

Entah kenapa Gaby tidak suka saat Takuya menceritakan banyaknya surat cinta yang dikirim oleh penggemar Tatsuya untuk Tatsuya.

"Kau beruntung karena tidak pernah memberikan surat cinta pada Tatsuya."

"Memangnya kenapa?"

"Surat-surat cinta itu akhirnya digunakan Tatsuya untuk melatih kemampuan berbahasanya. Entah dia mengoreksi ejaan yang salah, tanda baca, bahkan dia pun menyalahkan grammar apabila memang salah untuk surat yang menggunakan bahasa inggris."

Gaby tertawa. Lucu juga kelakuan Tatsuya waktu sekolah dulu.

"Baiklah. Aku akan kesini," Takuya menunjuk arah yang berbeda dengan tujuan Gaby. "Aku tidak akan pulan malam ini, jadi kau dan Kakakku tidak perlu menungguku untuk pulang. Dah!"

Gaby mengawasi kepergian Takuya sampai akhirnya dia menghilang.