Chereads / Sebuah Catatan Kecilku / Chapter 17 - Kenangan Hidupku Part 2

Chapter 17 - Kenangan Hidupku Part 2

"Huh. Kemarin gue liat Albert jalan bareng sama cewek dan gue yakin, cewek itu adalah temen satu kampusnya Albert," jawabnya dengan penuh keyakinan. Aku terkejut dengan ucapannya itu, namun dengan cepat aku menghalau rasa khawatirku. Aku mencoba untuk tetap berpikir positif tentang Albert.

"Lo salah liat kali, Ka. Mungkin aja itu teman satu jurusannya."

"Ya ampun, Bella, kemarin mereka itu mesra-mesraan di taman kota. Gue yakin gue gak salah liat dan gue yakin kalau mereka ada suatu hubungan special. Lo harus cari tau, Bell!"

"Gue gak percaya sama lo, Ka. Gue lebih percaya sama Albert."

"Terserah lo deh, Bell! Semua keputusan ada di tangan lo. Tapi gue saranin sama lo yaa? Lebih baik lo putusin tuh si Albert dari pada nanti lo nyesel. Gue gak mau yaa liat lo nangis gara-gara tuh cowok. Dan inget, gue liat Albert sama cewek yang sama itu gak cuma sekali, udah beberapa kali gue liat dia sama cewek itu. Bukannya gue gak mau ngasih tau lo, tapi gue gak enak aja sama lo. Gue takut lo sakit hati," kata Saufika panjang lebar.

Aku terdiam mendengar ucapannya. Aku sangat takut jika ucapan Saufika adalah suatu kebenaran, namun aku juga takut jika Saufika memang sedang membohongiku. Yang aku tahu, Saufika adalah mantan kekasih Albert dan mungkin saja saat ini ia sedang berusaha untuk menjauhkanku dengan Albert. Aku sangat takut jika itu memang terjadi. Namun lagi-lagi aku harus menyingkirkan pikiran negatif tentang Albert dan Saufika. Aku harus terus berpikiran positif tentang mereka.

"Makasih, Ka, buat informasi dan sarannya. Gue sangat menghargai usaha lo itu. Tapi mau seburuk apa pun lo berbicara tentang Albert, gue akan tetap mencintainya."

"Kalau lo berpikiran kayak gitu berarti lo bodoh, Bell! Lo udah terlalu dibutakan dengan cintanya. Yaudah deh, terserah lo aja!" balas Saufika dan ia pun pergi meninggalkanku. Sepertinya ia marah dengan ucapanku. Maafkan aku Saufika, aku tidak bermaksud untuk menyakiti hatimu. Bagaimana pun sifat Albert, aku akan tetap mencintainya. Aku benar-benar mencintainya sampai kapanpun, bahkan aku rela menaruhkan nyawaku untuk dia.

Memang benar apa yang dikatakan Saufika, aku sudah terlalu dibutakan oleh cinta. Aku terlalu mencintai Albert, bahkan rasa curigaku akan kalah dengan rasa cintaku. Rasa mengganjal yang dulu aku rasakan sebelum aku berpacaran dengan Albert pun perlahan menghilang seiring berjalannya waktu. Entah sihir apa yang telah Albert berikan kepadaku, aku sudah tergila-gila dengannya. Bahkan aku percaya saat aku menanyakan hal yang pernah dikatakan Saufika kemarin, dia meyakinkanku jika itu adalah teman satu kampusnya. Namun ada yang aneh dari jawabannya. Ia menjawab pertanyaanku dengan terbata-bata. Tapi aku tak pedulikan itu, aku yakin dia tak akan berpaling dariku.

Walaupun aku terus berusaha untuk mempercayai Albert, entah mengapa, ucapan Saufika selalu teringat olehku. Ya Tuhan, ada apa ini? Apa ucapan Saufika itu benar? Siapa yang harus aku percayai? Albert atau Saufika? Ya Tuhan, tolonglah aku. Jika memang Albert sering jalan bareng sama cewek lain, tolonglah beri aku petunjuk, Ya Tuhan. Aku ingin semuanya jelas. Aku tak ingin ada keraguan di dalam hatiku. Aku tak ingin terus menerus diselimuti rasa penasaran. Apalagi tanpa aku sadari, esok adalah hari jadi hubunganku dengan Albert yang ke 1 tahun. Aku tak ingin ada kesalahpahaman antara kami. Tolonglah, Ya Tuhan.

Hari yang ku tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Hari ulang tahunku yang ke-18 tahun yang bertepatan dengan hari jadi hubunganku dengan Albert yang ke satu tahun. Ahh senangnya. Orang tuaku mengadakan pesta besar-besaran di suatu restoran keluarga. Semua teman-teman satu sekolahku diundang dan aku pun didandani sangat cantik oleh Ibuku. Dengan gaun panjang berwarna putih yang saat ini kukenakan, aku berjalan perlahan menuju panggung kecil yang terletak di pojokkan restoran. Di atas panggung itu terlihat sebuah kue ulang tahun yang bertingkat. Dengan gambar kartun kesukaanku, yaitu Hello Kitty.

Pesta ulang tahunku ini sudah berlangsung selama satu setengah jam dan saat ini aku hendak meniup lilin berangkakan 18 di atas kue ulang tahunku. Namun seseorang yang sangat ku tunggu tak terlihat sedari tadi pesta dimulai. Kemana dia? Apa dia tengah sibuk dengan tugas kuliahnya? Padahal sudah lama aku menantikan hari bahagia ini, tetapi yang ku tunggu ternyata tak mempedulikan hari special ini. Dia pergi entah kemana, batang hidungnya saja tak terlihat. Aduh… Kemana sih dia?

Setelah selasai meniup lilin dan memotong kue, aku memutuskan untuk pergi dari keramaian. Sebelumnya aku mengambil smartphoneku di tas dan menghubungi Albert yang tak kunjung datang. Namun percuma saja, nomornya tak dapat dihubungi. Ya Tuhan, kemana kekasihku itu? Dengan siapa dia di sana? Apa yang dia lakukan? Kenapa dia tak datang di hari special kami? Ada apa ini, Tuhan? Berilah petunjuk-Mu.

Ketika aku tengah terdiam di sudut ruangan, tiba-tiba saja Saufika datang kepadaku. Oh, astaga, dia baru datang ke pestaku ini. Ia menggunakan gaun hitam yang sangat cantik, namun ada yang aneh dari raut wajahnya. Ia begitu terlihat kelelahan.

"Lo kemana aja? Gue udah tiup lilin sama potong kue, lo baru dateng!" protesku. Saufika terlihat tengah mengatur nafasnya.

"Maaf gue telat, tadi gue abis ngikutin pacar lo. Lagi-lagi dia pergi ke mall sama teman ceweknya itu. Gue udah berusaha ngejar dia dan ngasih tau dia kalau hari ini adalah hari special lo, tapi lo tau apa jawaban dia?" tanya Saufika. Ucapan Saufika benar-benar membuatku penasaran. Aku menjawab pertanyaan Saufika dengan gelengan kepalaku saja.

"Dia bilang kalau lo dan dia udah putus!"

Aku pun tersentak kaget dengan ucapannya itu. Bagaimana tidak? Albert menganggap hubunganku dengannya sudah putus. Aku tidak bisa menerima itu semua. Memang selama ini kita sudah kurang berkomunikasi, namun kata putus belum terucap dari mulut kamu berdua. Tapi kenapa dia bilang seperti itu kepada Saufika? Apa dia sudah memiliki kekasih baru? Apa kekasih barunya itu teman cewek yang selalu menemaninya? Ah, rasanya aku harus cari tahu sendiri tentang Albert dan teman ceweknya itu.

Setelah acara pesta ulang tahunku selesai, aku memutuskan untuk pergi ke rumah Albert bersama dengan Saufika. Aku ingin meminta kejelasan tentang apa yang diucapnya Albert kepada Saufika. Aku tak mau ia memperlakukanku seperti itu. Ketika aku dan Saufika sampai di depan rumah Albert, rumah Albert begitu sepi dan tak terlihat kendaraan Albert di garasi rumahnya. Kemana dia? Apa dia masih bersama teman ceweknya itu?

***

Bersambung...

[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]

Please, jangan lupa vote & comment. Karena vote & comment anda semua berarti untuk saya.