Di hari senin, tepatnya pada musim panas, aku terduduk manis di sebuah bangku panjang di bawah pohon rindang. Kedua temanku yang bernama Fitri dan Lili ikut menemaniku duduk di bangku panjang ini. Kami sedang menikmati waktu istirahat setelah beberapa menit yang lalu kami dipusingkan dengan tugas sekolah yang cukup banyak. Guru yang mengajar hari ini sepertinya tengah memiliki banyak masalah dan melampiaskannya kepada kami. Ia mengajar serta memberikan tugas dengan uring-uringan. Aku tebak, ia tengah terlilit hutang. Haha.
"Tangan gua pegel banget gila. Pak Anton ngasih tugas gak kira-kira!" protes Lili sembari memijat lengan kanannya.
"Bener lo, Li. Tulisan gua sampe berantakan gara-gara nulis cepet. Gua gak tau jawabannya bener atau gak, gua gak peduli lagi! Bodo amat mau dapat nilai bagus atau jelek, yang penting gua udah ngerjain!" Fitri ikut mengomel. Aku hanya menggelengkan kepala melihat teman-temanku yang mengeluh itu. Tiba-tiba mataku teralih kepada seseorang yang tengah sibuk mondar mandir. Ia adalah seorang lelaki yang selama ini ku kagumi. Ia bernama Andre. Postur tubuhnya cukup tinggi, rambut tidak terlalu gondrong, ia lumayan tampan dan menurut temanku ia seseorang yang cukup pandai di kelasnya. Kebetulan sekali Fitri dan Lili sekelas dengan lelaki itu sedangkan aku berbeda kelas dengan mereka. Kini lelaki itu tengah sibuk merapikan barang-barang untuk kempingnya diekstrakurikuler pramuka. Kebetulan ekstrakurikuler yang ia ikuti tengah mengadakan kemping. Ingin rasanya aku menghampirinya dan mengenalkan diriku, sayangnya saat ini aku tak cukup berani untuk menyapa. Ya, aku dan dia sama-sama belum mengenal satu sama lain, tapi entah mengapa hatiku selalu berdebar saat aku menatapnya dari jarak jauh ini.
"Ngeliatin siapa lo, Sheil?" tanya Fitri membuatku terkejut.
"Siapa lagi kalau bukan Andre," timpal Lili sembari menunjuk Andre. Mereka malah mengejekku, tentu saja aku tersipu malu. Mereka berdua sudah tahu jika aku menyukai Andre. Mereka juga tahu bahwa aku tak pernah bisa untuk mengatakan perasaanku kepada Andre, ataupun mengajak lelaki itu berkenalan. Bahkan Fitri pernah memaksa aku untuk menghampiri Andre di kelasnya dan meminta nomor telepon secara langsung. Tentu saja aku menolak karena aku bukanlah gadis yang mudah untuk mengatakan hal seperti itu, terlebih kepada lelaki yang ku sukai.
Oh ya, aku berbeda kelas dengan Andre, namun aku mengenalnya karena ia sekelas dengan kedua temanku, saat itu aku sedang menunggu dan menjemput kedua temanku di depan kelasnya untuk pulang bersama dan secara tidak sengaja aku melihat lelaki itu. Entah datang darimana perasaan suka ku terhadap dirinya mulai muncul. Mulai aat itulah aku benar-benar menyukai Andre walaupun aku dan dia sama-sama tidak saling kenal. Mungkin dia memang tak kenal padaku, tapi aku tau dia karena diberi tahu kedua temanku itu. Fitri dan Lili memberi tahu segala hal tentang Andre. Mereka bilang Andre adalah lelaki yang cukup pendiam di kelas, ia tak banyak berinteraksi dengan murid wanita, namun terkadang bermain bersama murid lelaki lainnya. Bahkan mereka berdua saja tak pernah berbicara dengan Andre. Mendengar hal seperti itu membuat keberanianku semakin mengecil. Jika satu kelas saja Andre jarang berbicara dengan wanita, apalagi aku yang berbeda kelas dengannya, pasti ia akan pergi untuk menghindariku. Membayangkan hal seperti itu membuat aku bergidik. Takut sekali jika hal yang ku bayangkan ini terjadi.
Sedari tadi aku terus menatap Andre, ku lihat ia tengah mengobrol bersama dengan teman-teman lelakinya. Oh tidak, ia tertawa, ingin rasanya aku ikut tertawa saat melihat tawanya yang lucu. Kau tahu? Aku menyukai ekspresi wajahnya saat ia tertawa. Begitu manis ditambah giginya yang gingsul. Senyuman itu mampu membuat hatiku berdebar dengan cepat. Aku rasa aku akan meleleh seperti coklat dipanaskan jika melihat senyum manisnya. Ya ampun dia sangat tampan. Aku ingin sekali memilikinya, namun aku masih malu untuk mendekati lelaki yang kusukai itu. Aku takut ia tak mau berdekatan denganku. Aku sadar diri jika aku bukanlah gadis cantik, mungkin juga buka tipe wanita yang ia sukai. Hanya saja rasa kagum dan sukaku ini tak bisa aku hindari.
Ah, sayangnya akhir-akhir ini aku mendengar kabar bahwa ada seorang gadis yang juga menyukainya. Aku mengenali gadis itu, gadis itu pun mengenaliku. Kami berbeda kelas dan ia pun berbeda kelas dengan Andre. Mungkin karena Andre dan gadis itu sama-sama dari ekstrakurikuler pramuka, mereka sering bertemu dan gadis itu mulai menyukai Andre. Rasanya hatiku begitu sakit dan sesak saat mendengar kabar itu. Apalagi gadis itu adalah gadis yang cantik, bisa dibilang banyak lelaki yang mungkin menyukainya. Sedangkan aku? Aku sangat berbeda dengan gadis itu. Aku bertubuh pendek, memakai kacamata dan tak pernah bisa merawat wajah seperti kebanyakan perempuan. Aku tak pandai berdandan, juga jarang sekali memakai pakaian seperti gaun dan lainnya. Aku selalu mengenakan kaos oblong dengan celana jeans panjang, atau jaket hoodie dengan celana pendek selutut.
Aku terlahir sebagai seorang perempuan, namun aku memiliki gaya berpakaian yang simple. Aku tak menyukai gaun, juga tak suka dengan high heels. Namun inilah diriku, apa adanya tanpa menjadi orang lain. Aku menyukai diriku yang seperti ini. Tak peduli orang mau berkata apa, aku akan memakai pakaian yang nyaman untukku. Juga melakukan hal-hal yang aku sukai saja. Namun karena hal inilah membuat aku tak percaya diri jika ingin berkenalan dengan lelaki. Aku takut mereka tak mau berdekatan dengan perempuan sepertiku. Aku tahu kebanyakan lelaki menyukai wanita yang berpakaian seksi dan pandai berdandan. Apakah aku harus menyerah saja? Ataukah harus merubah diriku menjadi orang lain?
***
Hujan membasahi tanah sekolah. Semua anak sekolah di sekolahku berteduh saat ingin beranjak ke kantin.Ya, sekarang adalah jam istirahat. Dan dengan kebetulan kantin sangat dekat dengan kelasku, maka beberapa anak dari kelas lain melewati kelasku untuk menuju kantin. Hari ini aku enggan untuk pergi ke sana, kini aku tengah berdiam diri di depan pintu kelas untuk melihat hujan turun bersama dengan Tania, teman sekelasku. Dari kejauhan aku melihat Andre, ia berjalan bersama teman-temannya untuk menuju kantin. Wah, Andre akan melewati kelasku. Dengan cepat aku berdiri tegap dan menunggunya lewat. Saat ia tepat ada di hadapanku, aku merasa sangat senang. Bahkan aku sempat menahan nafasku saat ia lewat. Wajahnya yang ku lihat dari samping cukup dekat dan membuat jantungku berdebar lebih cepat dari biasanya. Ia sangat dekat hingga aku hampir memanggil nama Andre. Aku bahkan senyum-senyum sendiri saat ia melewatiku. Ingin rasanya aku berteriak dan memanggil namanya, namun sayang, lagi-lagi aku tak berani untuk melakukan itu. Mulutku terlalu kaku untuk bersuara.
***
Bersambung...
[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]
Please, jangan lupa vote & comment. Karena vote & comment anda semua berarti untuk saya.