Di perjalanan mengantar Imel pulang, Temmy hanya diam saja begitu pun dengan Imel. Tak ada yang mau memulai pembicaraan, hanya terdengar suara musik dari mobil Temmy yang memecahkan keheningan. Tiba-tiba Temmy memberhentikan mobilnya tepat di depan pedagang bubur ayam.
"Mau ngapain Kak?" tanya Imel.
"Gue mau beli bubur buat lo. Lo belum sarapan kan? Oh iya, lo gak usah panggil gue Kakak, panggil aja Temmy," jawab Temmy lalu ia keluar dari mobil.
"Temmy kok care banget sama gue? Apa dia suka sama gue? Apaan sih Imel, kepedean banget lo jadi orang. Bisa aja kan Temmy emang care sama semua orang," ucap Imel berbicara sendiri. Ia merasa kepedulian Temmy terhadapnya terlalu berlebihan, padahal mereka baru saja bertemu tak lama setelah ia pingsan. Lelaki itu memang terlihat aneh, ia dengan suka rela membantu Imel untuk pulang.
Imel memikirkan hal itu sembari melihat Temmy yang sedang menunggu buburnya. Lalu tak lama Temmy membayar bubur itu dan ia pun kembali memasuki mobil serta memberikan sebungkus bubur ayam ke Imel.
"Makasih ya?" ucap Imel.
"Iya sama-sama." kata Temmy sembari mengusap puncak kepala Imel. Temmy pun kembali menyetir mobilnya dan segera melaju menuju rumah Imel.
Imel kembali berpikir tentang apa yang baru saja Temmy lakukan kepadanya. Lelaki itu tanpa meminta izin mengusap puncak kepala Imel, mungkin dari kejauhan mereka akan terlihat seperti sepasang kekasih. Imel sedikit menunduk malu, untuk pertama kalinya ia merasakan kasih sayang dari seorang lelaki yang baru dikenalnya tadi pagi.
"Rumah lo yang mana, Mel?" tanya Temmy kepada Imel yang tengah melamun. Temmy yang merasa aneh dengan sikap Imel pun segera memegang bahu kanan Imel untuk menyadarkannya. Tak lama Imel tersadar dan bertanya dengan apa yang terjadi, Temmy kembali mempertanyakan letak rumah Imel. Wanita itu menunjukkan patokan rumahnya, hingga 10 menit berlalu, mereka pun tiba di depan rumah Imel.
"Oh ini rumah lo, Imel? Deket ya sama rumah gue," tutur Temmy sembari tersenyum.
"Emang rumah lo dimana?" tanya Imel.
"Tuh di sana yang warna biru, yang ada pohon mangga," jawab Temmy, ia menunjuk rumahnya yang terhalangi 4 rumah dari rumah Imel.
Imel terkejut, lalu ia berkata, "Serius itu rumah lo? Gak nyangka gue, tapi gue gak pernah liat lo di sekitar rumah itu."
"Gue jarang pulang."
"Kenapa?"
"Karena…." Raut wajah Temmy berubah menjadi sedih. Ia teringat dengan hal buruk yang pernah terjadi di rumahnya.
"Ah nanti aja deh ceritanya. Sekarang gue anterin lo ke kamar lo ya?" Temmy pun mengalihkan pembicaraannya. Ia keluar dari mobil dan membukakan pintu mobilnya untuk Imel. Imel pun keluar.
"Makasih," ucap Imel. Temmy hanya tersenyum.
"Ayo gue anter!" Temmy pun memegangi pundak Imel. Temmy takut jika suatu waktu Imel terjatuh karena Temmy tau kondisi Imel saat ini sedang tidak baik. Bi Ati yang sedang menyiram tanaman melihat Imel pulang.
"Jam segini udah pulang, Non?" tanya Bi Ati.
"Dia lagi gak enak badan, Bi," jawab Temmy. Pembantu Imel merasa tidak mengenal Temmy, karena Temmy tidak pernah datang kerumah Imel.
"Ya ampun, Non! Ayo Bibi antar ke kamar, Non," ajak pembantu Imel itu.
"Gak usah Bi, biar aku aja yang anter Imel ke kamarnya. Sekarang Bibi siapin bubur ini dan bikinin teh hangat buat Imel," pinta Temmy sambil memberikan sebungkus bubur ke Bi Ati.
"Siap, Den!" Bi Ati pun pergi ke dapur. Sementara itu Temmy menuntun Imel menuju kamarnya. Imel membaringkan tubuh di kasur, Temmy mengambil kursi dan duduk di samping kasur Imel.
"kok lo di sini? Kenapa gak ke sekolah aja?" tanya Imel bingung.
"Gue mau nemenin lo, emangnya gak boleh?"
"Boleh aja sih, tapi kan lo…." Tiba-tiba Temmy menempelkan telunjuknya di bibir Imel.
"Udah lo gak usah pikirin gue, lagian gue kan udah izin," kata Temmy sembari mengusap pipi Imel. Pipi Imel pun kembali memerah, Temmy yang melihat pipi Imel hanya tersenyum.
"Ini Non bubur sama teh hangatnya," ucap Bi Ati yang tiba-tiba saja datang.
"Sini Bi, biar aku yang suapin Imel," pinta Temmy. Pembantu Imel itu memberikan nampan yang berisikan semangkuk bubur, teh hangat dan air putih ke Temmy.
"Ya udah Bibi ke bawah dulu ya Non, Den," izin Bi Ati sembari membalikkan badan untuk pergi ke dapur.
"iya Bi. Makasih!" ucap Imel dan Temmy bersamaan. Pembantu Imel pun mengangguk dan keluar dari kamar Imel.
"Sekarang lo makan ya? Biar gue yang suapin. Nih buka mulutnya." Temmy sambil menyodorkan sendok yang berisikan bubur itu.
"Gue bisa makan sendiri kok" kata Imel menolak disuapi Temmy.
"Gak boleh, lo kan lagi sakit."
"Tapi kan gue gak sakit parah, gue cuma kecapean Temmy."
"Pokoknya gue yang suapin lo!" paksa Temmy. Dengan terpaksa akhirnya Imel mengalah dan Temmy dengan sabar menyuapi Imel. Hingga akhirnya bubur pun habis dimakan Imel.
"Nih minum." Temmy memberikan air teh dan Imel meminumnya sampai habis.
"Oh iya Tem, lo kenapa jarang pulang ke rumah lo? Ceritain dong!" pinta Imel.
"Hmm jadi gini…."
Flashback on
Rumah mewah bernuansa klasik baru saja selesai dibuat, pemilik rumah sangat puas dengan rumah barunya itu. Pemilik rumah baru saja memindahkan semua barang berharga dari rumah lamanya ke rumah baru, tepat dimana rumah itu selesai dengan sempurna. Rumah mewah bertingkat dua itu memiliki fasilitas yang sangat komplit. Kolam renang dengan air terjun buatan di pojokan sana membuat siapapun yang melihat merasa ingin selalu berenang. Terlihat juga sebuah kolam ikan yang dipenuhi ikan koi dan beberapa ikan jenis lainnya di kolam ikan yang berada di samping kolam renang itu. Temmy, seorang anak dari pemilik rumah mewah itu sedang terduduk di kursi taman yang berada di taman buatan dekat kolam ikan. Ia terlihat sedang menelpon seseorang.
"Sayang, kamu kemana aja sih? Aku tuh kangen banget sama kamu, apa kamu gak kangen sama aku?" tanya Temmy kepada seseorang disebrang sana.
"Iya aku kangen sama kamu, tapi gimana lagi Temmy, aku lagi banyak tugas kuliah. Aku gak ada waktu ke Jakarta."
"Ya udah deh kalau gitu aku aja yang ke Jogja."
"Jangan, kamu kan baru pindah ke Jakarta masa kamu mau ke Jogja lagi. Nanti kamu kecapean, aku gak mau kalau kamu sampai kecapean ya? Mendingan kamu sekarang istirahat deh. Nanti aku telpon lagi, aku lagi banyak tugas!" Mendengar ucapan dari kekasihnya itu membuat Temmy menghempuskan nafas dengan sedikit keras. Ia sangat kesal dengan tingkah kekasihnya yang terlalu sibuk sehingga tak memiliki waktu bersamanya.
"Ya udah. Bye!" Temmy pun menutup sambungan telponnya.
***
Bersambung...
[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]
Please, jangan lupa vote & comment. Karena vote & comment anda semua berarti untuk saya.