Chereads / Sebuah Catatan Kecilku / Chapter 8 - Sampai Menutup Mata Part 8

Chapter 8 - Sampai Menutup Mata Part 8

Tak terasa jam dinding sudah menunjukkan pukul 13:00, Imel hanya terdiam saja mendengar cerita panjang Temmy. Imel sangat terkejut dengan kisah lama Temmy, Imel tak menyangka lelaki itu akan menceritakan semua kejadian awal saat ia pindah ke Jakarta. Kisah yang ia dengar dari mulut lelaki itu cukup kelam. Tak terbayangkan betapa menyakitkannya menjadi seorang Temmy pada saat itu. Imel membayangkan kejadian yang menimpa Temmy, tentu saja jika ia berada di posisinya, ia akan melakukan hal yang sama. Frustasi dan rasa sakit yang tercipta karena hal itu pastinya secara tidak langsung akan membuat diri sulit untuk terkendali hingga pada akhirnya harus terjatuh ke dalam sebuah kegelapan. Kegelapan yang membawa diri ini memasuki sebuah tempat asing yang tak seharusnya didatangi.

Imel terus termenung, tak lama ia kembali tersadar saat Temmy bergerak berganti posisi duduknya. Dan kemudian ia bertanya, "Jadi lo sekarang tinggal di rumah Afdhal?"

"Iya, Afdhal tuh sosok sahabat yang baik tapi sayang dia nakal suka mainin cewek," balas Temmy.

"Bukannya lo juga kayak gitu ya?" Pertanyaan Imel membuat Temmy menatap mata Imel.

"Lo kenapa natap gue kayak gitu? Gue kan cuma nanya."

"Semenjak gue kenal lo, gue ngejauhin hal itu Imel!" BALAS Temmy sambil tersenyum.

"Kita kan baru kenalan tadi, jadi…." Ucapan Imel terhenti karena Temmy menempelkan jari telunjuknya di bibir Imel.

"Lo emang baru kenal gue tadi, tapi gue udah kenal lo sejak lama Imel. Pertama gue liat lo, gue udah nemuin hal yang beda di dalem diri lo. Lo bikin gue semangat untuk ngebangun cinta gue yang pernah hancur. Emang sih baru kali ini gue muncul di hadapan lo dan sok kenal sama lo padahal lo sendiri aja belum tau siapa gue dan gimana kehidupan gue hehehe. Tapi sekarang lo udah tau kan gimana kehidupan gue? Ya walapun gak semuanya lo tau," tutur Temmy panjang lebar.

"Sejak kapan lo kenal sama gue?" tanya Imel.

"Sejak pertama kali gue ngeliat lo," jawab Temmy.

"Dimana? Kapan?"

"Waktu itu gue ketemu lo di rumah sakit, lo inget gak cowok yang sempet nabrak bahu lo? Itu gue!" Imel berusaha untuk mengingatnya.

"Ohh di rumah sakit Trisakti? Setahun yang lalu kan? Ya ampun udah lama banget," ucap Imel yang baru saja mengingat kejadian itu.

"Iya, pas pertama gue liat lo itu, gue jadi pengen cari tau semua informasi tentang lo. Saat gue tau lo satu sekolah sama gue, gue jadi lebih semangat buat ngedeketin lo. Tapi kata salah satu temen lo, lo itu termasuk cewek yang gak bisa diajak bercanda dan galak. Ya otomatis nyali gue buat ngedeketin lo langsung ciut alias berkurang," terang Temmy.

"Apa? Kata siapa?" tanya Imel sambil mengkerutkan dahinya.

"Gue lupa, yang pasti dia bilang lo orangnya galak."

"Gue gak kayak gitu. Emang sih dulu gue pernah ada masalah besar dan jadi sedikit jaga jarak sama yang namanya cowok, tapi gue gak galak kok," ucap Imel mencoba meyakinkan Temmy bahwa dirinya bukanlah gadis yang seperti dibilang temannya itu. Temmy memanggut-manggutkan kepala.

"Oh gitu, berarti firasat gue selama ini bener dong," sahut Temmy.

"Firasat apaan?" tanya Imel bingung.

"Yaa kalau lo itu emang gak galak hehe. Btw, lo punya masalah apa sampai jaga jarak sama cowok?"

"Kapan-kapan aja deh gue ceritain. Gue takut baper hehehe," kata Imel sembari cengengesan.

"Oh yaudah kalau gitu. Hhhmm gue pulang dulu ya Imel, gak kerasa udah empat jam setengah kita cerita-cerita hahaha. Kapan-kapan kita cerita-cerita lagi ya?" ujar Temmy sambil berdiri.

"Lo ceritanya kepanjangan haha. Yaudah hati-hati ya? Mau gue anter ke bawah?" tawar Imel.

"Gak usah Imel. Lo istirahat aja, oh iya mobil lo nanti dianterin sama supir gue. Jadi lo gak usah nyuruh orang rumah buat ngambil mobil lo yang di sekolah," ucap Temmy. Imel hanya mengangguk dan tersenyum.

"Yaudah gue pamit ya?" Temmy pun berjalan mendekati pintu kamar Imel. Baru saja Temmy ingin menutup pintu kamar Imel, tiba-tiba Imel memanggilnya.

"Temmy…."

"Iya Imel?" tanya Temmy.

"Makasih ya buat hari ini," tutur Imel dan tersenyum sangat manis.

"Sama-sama." Temmy membalas senyuman Imel dan segera menutup pintu kamar Imel. Temmy menuruni tanggak rumah Imel, ia berpapasan dengan pembantu Imel.

"Bi… Jagain Imel ya? Dia harus banyak istirahat, jangan lupa makannya harus teratur," pesan Temmy.

"Iya, Den."

"Yaudah Temmy pulang dulu ya, Bi," pamit Temmy kepada pembantu Imel.

"Sebelumnya makasih ya Den udah anterin Non Imel pulang." Temmy hanya tersenyum dan mengangguk membalas ucapan Bi Ati, lalu Temmy pun pergi dari rumah Imel. Temmy kembali ke sekolah, masih ada waktu setengah jam lagi untuk mengikuti pelajaran.

Sementara itu Bi Ati menghampiri Imel yang tengah berbaring di ranjang.

"Non, tadi itu siapa?" tanya Bi Ati.

"Dia temen baru Imel, Bi. Namanya Temmy."

"Oh Den Temmy, ganteng yaa Non?"

"Biasa aja Bi. Muka pasaran," balas Imel seenaknya.

"Aduh Non, gak boleh kayak gitu. Den Temmy udah baik banget loh sama Non Imel, masa Non Imel nya kayak gitu sama Den Temmy," kata Bi Ati memperingati Imel. Imel hanya mengangguk-anggukan kepalanya sembari cengengesan. Imel pun kembali menceritakan apa yang tadi ia bicarakan dengan Temmy kepada pembantunya. Karena kedua orang tuanya belum pulang, Imel memang selalu mencurahkan isi hati ke sang pembantu setianya.

Bi Ati memang sudah menjadi bagian dari keluarga besar Imel. Bahkan saat liburan ke luar negeri pun Imel selalu mengajak Bi Ati. Kedua orang tua Imel juga membantu menyekolahkan anak-anak Bi Ati yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Keluarga Imel tak pernah melupakan jasa-jasa Bi Ati yang sudah bertahun-tahun bekerja di rumah mereka. Bi Ati sangat senang dengan keluarga Imel yang selalu menganggakpnya bagian dari keluarga Imel. Bi Ati juga sudah menganggap Imel sebagai anaknya.

Bi Ati sudah bekerja di rumah keluarga Imel semenjak Imel masih dalam kandungan. Saat ini umur Imel sudah menginjak 16 tahun, sudah cukup lama waktu yang dihabiskan Bi Ati untuk mengabdi di keluarga ini. Saat Imel kecil dulu, ia selalu dirawat oleh wanita ini, sementara ibu kandung Imel selalu sibuk bekerja. Ia sama sekali tak memiliki waktu untuk mengurus Imel yang saat itu masih membutuhkan nutrisi dari air susu ibunya. Namun hal yang paling baik dari Imel adalah ia tak pernah rewel walaupun sering ditinggal oleh ibu dan ayahnya bekerja. Ia selalu asyik bermain bersama Bi Ati. Tak salah jika Bi Ati dan Imel selalu berbicara layaknya anak dan ibu, mereka sudah sangat dekat satu sama lain.

***

Bersambung...

[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]

Please, jangan lupa vote & comment. Karena vote & comment anda semua berarti untuk saya.