Kini Imel termenung di kamarnya, ia teringat ucapan Temmy tentang dirinya yang pernah disebut galak oleh beberapa orang. Namun sebenarnya Imel bukanlah seorang gadis pemarah, ia memiliki hati yang lembut dan selalu rendah hati kepada siapapun. Tetapi setelah kejadian besar yang menimpanya saat ia duduk di bangku sekolah menengah pertama, Imel jadi lebih jaga jarak dengan beberapa lelaki yang mendekatinya. Saat itu, Imel dan kekasihnya yang bernama Raiga tengah memakan makan siang mereka di atap gedung sekolah. Saat Imel dan Raiga tengah asik saling berbagi makanan, tiba-tiba saja beberapa kakak kelas datang menghampiri mereka dan mengacak-acak makan siang milik Imel dan Raiga.
"Pergi pergi pergi," usir salah satu dari kakak kelas itu.
"Maksud kalian apa?" tanya Imel yang mulai kesal dengan tingkah mereka.
"Ini tempat kita, kalian ngapain di sini?" tanya seorang lelaki berambut keriting.
"Ini milik sekolah, siapapun berhak berada di sini!" tegas Imel dengan lantang.
"Tempat ini udah jadi milik kita. Lo berdua gak pantas berada di sini. Mendingan kalian pergi aja sana!" Mereka kembali mengusir Imel dan Raiga.
"Udah Imel, kita pergi aja," ajak Raiga sembari memegangi lengan Imel. Imel menghempaskan pegangan tangan Raiga dengan kasar.
"Kenapa gak kalian aja yang pergi?" tanya Imel sedikit membentak, membuat Raiga dan beberapa kakak kelas itu terkejut. Seorang gadis yang tengah berada di antara para lelaki itu begitu berani mengusir kakak kelasnya.
"Oh lo berani ngusir kita? Apa lo gak tau siapa kita?" tanya lelaki berkepala botak.
"Kalian cuma kakak kelas gak berguna!" timpal Imel kasar. Beberapa kakak kelasnya itu kembali terkejut dan mulai kesal dengan sikap Imel.
"Kurang ajar lo ya jadi adik kelas!" geram salah satu dari mereka yang tak menerima ucapan Imel.
"Raiga, udah saatnya!" suruh lelaki berbadan kurus. Imel terkejut dengan ucapan lelaki itu dan langsung menatap Raiga dengan tatapan bingung. Sementara itu, Raiga mengangguk dan memegangi kedua tangan Imel.
"Maksudnya apa ini?" tanya Imel mulai panik. Ia terus memberontak saat Raiga memegangi kedua tangannya.
"Maafin aku, Mel" ucap Raiga sembari menunduk.
"Maaf untuk apa?" tanya Imel dengan nada tinggi.
"Gak usah ketakutan kayak gitu kali, Cantik," kata lelaki berkacamata sembari tertawa puas melihat Imel yang mulai ketakutan.
"Pacar lo ini udah punya banyak hutang sama kita dan udah lima bulan ini dia belum bayar hutang-hutangnya. Sebagai gantinya, dia serahin cewek secantik lo sama kita. Haha," ujar salah satu dari mereka menjelaskan apa maksud dari perilaku Raiga. Imel terkejut mendengar apa yang dikatakan lelaki itu.
"Benar. Si bodoh ini udah ngejual lo ke kita dan sekarang lo milik kita!" lanjut lelaki berkepala botak. Imel mulai menangis ketakutan. Matanya menatap tajam kearah Raiga. Raiga yang ditatap oleh Imel hanya menunduk merasa bersalah.
"Brengsek lo!" bisik Imel kepada Raiga. Raiga tersentak kaget mendengar bisikan Imel.
"Maafin aku, Mel," ucap Raiga pelan. Imel hanya diam sembari mulai menangis.
"Kenapa nangis? Takut? Kan tadi lo sendiri yang nantangin kita," ucap salah satu dari beberapa kakak kelas itu.
"Walaupun lo menolak, lo tetap jadi milik kita karena si bodoh ini udah NGEJUAL LO KE KITA!" teriak lelaki berambut keriting dengan penuh penekanan. Ucapan lelaki itu membuat Imel semakin ketakutan. Tubuh Imel mulai bergemetar, ia benar-benar tak tahu harus melakukan apa. Pikirannya dipenuhi oleh hal-hal buruk yang mungkin saja akan menimpanya hari ini.
"Langsung aja, bro," perintah lelaki berkacamata. Tiba-tiba saja Raiga mendorong tubuh Imel hingga Imel terjatuh. Lalu beberapa lelaki itu mulai mendekati Imel, sementara Raiga hanya menatap mereka dengan tatapan sedih. Ia sudah melakukan hal terfatal di hidupnya. Ia rela menjual sang kekasih demi hutang-hutangnya yang belum terbayar kepada kakak-kakak kelasnya itu. Kebetulan Raiga dan beberapa lelaki itu tinggal di satu kost-an yang sama. Apalagi Raiga yang hanya tinggal sebatang kara selalu kesusahan mendapatkan uang, hanya dengan meminjamlah cara yang bisa ia lakukan. Namun ia salah meminjam uang kepada mereka, mereka bukan manusia baik-baik.
Para lelaki itu sudah sering menyakiti para gadis bahkan salah satu di antara mereka sudah pernah masuk penjara. Raiga selalu melakukan hal sesuka hatinya dan ia tak pernah berpikir akibat apa yang nanti akan terjadi setelahnya. Hingga saat para lelaki itu menagih uang yang dipinjam Raiga, Raiga sudah tak bisa memberikan apa-apa lagi. Handphone, laptop dan beberapa alat elektronik pribadi miliknya sudah ia berikan ke para lelaki itu. Namun barang-barang itu tidak bisa melunasi hutang Raiga yang begitu banyak. Hingga akhirnya para lelaki itu meminta pacar Raiga. Mereka sudah tahu jika Raiga memiliki pacar berparas cantik. Dan saat itu pula Raiga menjual pacarnya untuk membayar segala hutangnya. Bukan Raiga tak menyayangi Imel, hanya keadaanlah yang telah memaksanya untuk melakukan hal itu.
Imel memberontak saat beberapa lelaki itu mulai memegangi tangan dan kakinya. Raiga benar-benar tak bisa melakukan apapun, hanya berdiam diri sajalah yang bisa ia lakukan saat ini. Namun tanpa mereka duga, seorang lelaki datang dengan sebuah sapu di tangannya. Lelaki itu memukuli semua para lelaki yang sedang memegangi Imel. Hingga terjadilah perkelahian antara satu lelaki itu dengan beberapa lelaki tadi. Bagaimanapun dan dimanapun, satu lelaki akan kalah dengan beberapa lelaki. Apalagi satu lelaki itu hanya menggunakan sebuah benda yang tak cukup kuat untuk melawan beberapa lelaki itu.
Lelaki yang tiba-tiba saja datang itu langsung dihajar habis-habisan oleh para kakak kelas. Sementara Raiga, ia sudah pergi entah kemana. Dan Imel, ia masih menangis ketakutan sembari memegangi tubuhnya yang bergemetar hebat.
"Jangan sok jadi pahlawan lo ya?" ucap salah satu dari mereka sembari terus memukuli dan menginjak-injak tubuh lelaki malang itu. Tak lama mereka pun pergi meninggalkan lelaki tak berdaya itu. Namun mereka tak pergi dari atap sekolah itu, melainkan mereka kembali menghampiri Imel yang masih menangis ketakutan.
"Jangan deketi dia!" teriak lelaki malang itu dengan suara paraunya.
"DIAM LO!" bentak lelaki berkacamata. Mereka menghiraukan ucapan-ucapan lelaki malang itu. Mereka terus mendekati Imel dan berusaha untuk menyentuh Imel. Dengan sekuat tenaga, Imel memberontak dan memukuli wajah mereka satu persatu. Namun bukannya mengalah, para lelaki itu malah semakin menjadi. Hal ini membuat lelaki malang itu berusaha untuk kembali melindungi Imel. Ia berdiri dan melempari kerikil ke arah kepala para lelaki itu.
"JAUHI DIA, BRENGSEK!" teriak lelaki itu dengan sangat kencang. Lelaki itu mengambil sebuah besi yang memang ada di atap sekolah itu. Lalu dengan cepat ia memukuli semua lelaki itu dengan besi yang ia pegang. Terpaksa para lelaki itu mengalah dan pergi dari tempat itu. Lelaki itu melempar besi itu dan menghampiri Imel yang terus menangis.
"Kamu gapapa?" tanyanya. Imel hanya diam saja sembari menutupi wajahnya dengan tangan. Tiba-tiba saja lelaki itu memeluk Imel dengan erat. Tubuh Imel menegang seketika, ia terkejut dengan pelukan lelaki itu. Dengan cepat, ia melepaskan pelukan lelaki itu dan pergi meninggalkannya. Lelaki itu hanya menatap Imel dengan tersenyum. Semenjak saat itulah Imel tidak pernah berdekatan dengan lelaki, ia selalu saja menjaga jarak. Bukannya tak ingin berteman, kejadian itu membuat Imel takut jika hal itu akan terjadi lagi di hidupnya.
***
Bersambung...
[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]
Please, jangan lupa vote & comment. Karena vote & comment anda semua berarti untuk saya.