"Gimana keadaan Imel Bu?" tanya Temmy sembari menghampiri guru itu.
"Imel harus dibawa ke rumah sakit, keadaannya semakin parah," ucap guru kesehatan.
"Biar saya aja yang antar Imel ke rumah sakit, Bu," kata Temmy.
"Baiklah, ya udah sekarang kamu siapin kendaraannya. Kamu dan kamu bantu Imel berdiri ya? Keadaan Imel sudah sangat lemah," pinta guru kesehatan sembari menunjuk Revi dan Afdhal. Temmy mengangguk dan segera mengambil mobilnya yang berada di parkiran, sementara Revi dan Afdhal masuk ke dalam UKS dan membantu Imel berjalan menuju luar UKS.
"Ya ampun Imel lo punya penyakit apa sih? Kok muka lo pucat banget?" tanya Revi dengan wajah cemas. Imel menggeleng lemah, wajahnya saat ini sangatlah pucat.
"Biar aku bopong aja deh, kayanya Imel gak kuat jalan," ujar Afdhal. Ia pun membopong tubuh Imel.
"Astaga, berat banget!" keluh lelaki itu. Revi memukul kepala Afdhal.
"Aduh apaan sih?" tanya Afdhal mengomentari sikap Revi yang tiba-tiba saja memukul kepalanya.
"Orang lagi sakit malah dikatain kayak gitu," protes Revi.
"Lah emang bener kok. Tapi kalau diliat-liat beratan lo deh kayanya," ejek Afdhal sembari memandang Revi dari ujung kaki hingga ujung kepalanya. Revi pun kesal, ia menyilangkan kedua tangannya di dada dan memasang wajah kesal.
"Yaelah digituin aja marah. Dasar cewek baperan!" Setelah mengejek Revi, Afdhal pun pergi begitu saja.
"Dasar cowok stress!" teriak Revi. Ia pun mengikuti Afdhal keluar dari ruang UKS. Di luar, Temmy sudah siap dengan mobilnya. Temmy segera membantu Afdhal untuk memasukkan Imel ke mobil.
"Revi lo tunggu di sini aja ya?" ucap Temmy.
"Gak mau gue pengen ikut," kata Revi.
"Udah kamu jagain sekolah aja deh, kita yang bakal jagain Imel," timpal Afdhal.
"Heh! Gue bukan penjaga sekolah kali, lagian sekolahannya gak bakalan lari, ngapain juga gue jagain!" tolak Revi sembari memutarkan kedua bola matanya.
"Ya udah, ya udah terserah lo aja deh Vi," pasrah Temmy, ia pun memasuki mobilnya, begitupun dengan Afdhal. Revi membuka pintu belakang mobil Temmy dan duduk di sebelah Imel yang terlihat sangat tak berdaya.
"Imel, lo sakit apa sih?" tanya Revi.
"Gue…."
"Udah Vi, nanyanya nanti aja!" ucap Temmy. Ia pun menyetirkan mobil dan melajukannya menuju rumah sakit terdekat. Tak lama Temmy sampai di Rumah Sakit Mutiara. Temmy segera memarkirkan mobilnya tepat di depan pintu utama rumah sakit. Ia pun membuka pintu belakang mobilnya dan membopong Imel menuju UGD. Sementara mobilnya dialihkan kepada Afdhal. Afdhal pun memarkirkan mobil Temmy di tempat parkiran.
"Eh kamu jagain mobilnya Temmy ya? Aku mau liat Imel," ujar Afdhal kepada Revi yang masih di dalam mobil, sementara itu ia pergi begitu saja.
"Ya kali gue jagain mobil Temmy, kalau mobil gue sih gak masalah." Revi keluar dan meninggalkan mobil Temmy tanpa menguncinya terlebih dahulu. Ia pergi ke UGD dan ia melihat Temmy dan Afdhal ada di sana.
"Hey, gimana Imel?" tanya Revi.
"Kok lo di sini sih? Kan gue nyuruh lo buat jagain mobilnya Temmy," protes Afdhal.
"Tenang aja mobilnya gak bakal kemana-mana kok," balas Revi dengan percaya diri.
"Ya udah, mana kunci mobilnya?" pinta Afdhal sembari menyodorkan telapak tangan. Revi terdiam.
'Oh iya mobil kan gak gue kunci, aduh mampus deh gue!' ucap batin Revi.
"Mmmm… itu… gue lupa ngunci mobilnya," kata Revi sembari menunjukkan deretan giginya.
"Dasar cewek gila lo!" Afdhal pun pergi untuk mengunci sekaligus mengambil kunci mobil Temmy.
"Revi… Revi… Mau aja ya Imel punya sahabat kayak lo ckckck," ejek Temmy sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ya maulah, secara gue kan baik sama semua orang," sahut Revi dengan pedenya.
"Yakin baik?" tanya Temmy ragu. Revi mengangguk mantap.
"Ya udah beliin gue minum dong 2 botol aja gak usah banyak-banyak, cemilannya juga jangan lupa."
"Gue bukan pembantu lo, jadi gak usah nyuruh-nyuruh gue!" marah Revi.
"Gue gak nyuruh, gue kan cuma minta tolong."
"Ya kan lo bisa pergi sendiri, ngapain minta tolong sama gue?"
"Tadi kan lo bilang lo baik sama semua orang, jadi kalau gue minta tolong, lo harus bantuin gue lah," Revi hanya mendatarkan raut wajahnya dan pergi begitu saja tanpa berbicara lagi.
"Hahaha, dasar cewek aneh!" ucap Temmy sambil tertawa kecil. Tak lama seorang dokter keluar dari ruang UGD.
"Dok, gimana keadaan Imel?" tanya Temmy.
"Kamu keluarganya dia?"
"Bukan, saya temennya."
"Tolong bantu saya untuk menghubungi keluarganya, karena saya membutuhkan izin dari keluarganya untuk mengoperasi dia," pinta dokter dengan wajah seriusnya.
"Emangnya Imel kenapa dok?" tanya Temmy lagi.
"Dia memiliki penyakit kanker otak. Dia harus segera dioperasi, kalau tidak penyakitnya akan semakin parah dan kemungkinan menyebabkan kematian," jelas dokter. Tubuh Temmy lemas, dadanya terasa sesak. Ia sangat terkejut dengan ucapan dokter itu.
"Tapi dok apa dia bisa sembuh?"
"Hanya Tuhan yang bisa menjawab. Kami hanya bisa berusaha sebisa kami, sisanya kami serahkan kepada Yang Maha Kuasa." Temmy terdiam, ia tidak menyangka Imel memilik riwayat penyakit itu.
"Kamu bisa kan membantu saya untuk menghubungi keluarga gadis itu?" tanya dokter.
"Bi..bisa..dok."
"Ya sudah saya tunggu di ruangan saya." Temmy mengangguk dan dokter pun pergi ke ruangannya. Temmy segera mencari Revi, Temmy tau jika Revi memiliki salah satu nomor telepon keluarga Imel. Temmy terus berlari ke sana kemari untuk mencari Revi. Sudah 15 menit Temmy mencari Revi. Apakah Revi pulang? Pikir Temmy. Temmy sudah mencari ke kantin, toilet dan beberapa ruangan di rumah sakit Mutiara, namun batang hidung Revi tak terlihat. Ia pun memutuskan untuk pergi ke parkiran dan Temmy bertemu dengan Afdhal.
"Dhal, lo liat Revi gak?" tanya Temmy.
"Revi siapa?"
"Temennya Imel."
"Oh cewek aneh itu namanya Revi?" tanya Afdhal sembari memanggut-manggutkan kepalanya.
"Lo liat gak?"
"Tadi sih dia ke kantin."
"Dia gak ada di kantin!"
"Ke toilet kali."
"Di toilet juga gak ada."
"Udah pergi ke neraka kali."
"Heh lo kalo ngomong dijaga!" kata Temmy menasehati.
"Halah, ngomong kayak yang bener aja!" timpal Afdhal meremehkan Temmy. Temmy menatap Afdhal dengan tajam.
"Hehehe selow brother. Tatapannya tajam amat," ucap Afdhal. Sedangkan Temmy hanya diam saja.
"Emang ada apaan sih cari si Revi itu?" tanya Afdhal.
"Gue harus ngehubungin orangtua Imel, pasti Revi punya deh nomer teleponnya," balas Temmy.
"Buat apa?"
"Imel harus dioperasi, dia punya penyakit kanker otak. Sebelum penyakitnya semakin parah, ia harus cepat-cepat dioperasi. Tapi dokter perlu izin dari orang tua atau keluarga Imel," jelas Temmy. Afdhal sangat terkejut mendengar apa yang sahabatnya itu ucapkan.
***
Bersambung...
[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]
Please, jangan lupa vote & comment. Karena vote & comment anda semua berarti untuk saya.