Chereads / Sebuah Catatan Kecilku / Chapter 3 - Sampai Menutup Mata Part 3

Chapter 3 - Sampai Menutup Mata Part 3

Semakin lama, terik matahari semakin membakar kulit. Tenggorokan pun mulai mengering. Keringat semakin membasahi dahi dan seluruh tubuh Imel. Sudah beberapa kali Imel mengelap dahinya menggunakan tangan. Sudah beberapa kali pula Imel mengeluh kepanasan. Apalagi ia harus terus berdiri hingga jam pelajaran terakhir usai. Hal itu membuat kaki Imel mulai merasa pegal. Perut Imel pun sudah keroncongan, tadi pagi ia hanya bisa memakan sepotong sandwich saja. Akibat kesiangan, ia tidak bisa memakan sarapannya dengan benar.

Ketika Imel tengah kepanasan dan kehausan, tiba-tiba saja seorang lelaki tampan datang mendekatinya. Lelaki berkulit putih itu memakai jaket berwarna abu-abu, model rambutnya spiky, ia memakai sepatu mahal dengan merk Nike. Penampilan lelaki itu membuat Imel diam terpaku. Lelaki itu melambaikan telapak tangannya tepat di depan wajah Imel. Imel pun tersadar dari keterpakuannya.

"Hee… Hai!" sapa Imel sambil tersenyum manis.

"Hai juga, lagi ngapain di sini?" tanya lelaki tampan itu.

"Gue lagi dihukum hehe," balas Imel sembari menggaruk leher belakangnya yang tidak gatal dan tersenyum malu.

"Nih buat lo. Lo pasti haus, kan?" Lelaki itu memberikan Imel sebotol minuman. Imel terkejut, namun dengan malu-malu Imel mengambil minuman itu.

"Makasih ya," ujar Imel. Imel pun langsung meminum minuman itu sampai setengah botol.

"Sama-sama. Oh iya, nama gue Temmy. Nama lo siapa?" tanya lelaki yang bernama Temmy itu. Temmy mengulurkan tangannya. Imel menerima uluran tangan Temmy.

"Gue Imel."

"Namanya cantik sama kayak orangnya," puji Temmy membuat pipi Imel mulai memerah. Imel merasa sangat malu saat ini.

"Bisa aja, makasih deh hehe," balas Imel cengengesan. Temmy hanya tersenyum.

"Kok lo di sini sih? Emang gak ada guru di kelas lo?" tanya Imel.

"Gue juga lagi dihukum," jawab Temmy.

"Dihukum? Dihukum kenapa?"

"Gue dihukum karena udah mencuri hati lo." Gombalan Temmy membuat Imel tak bisa menahan salah tingkahnya.

"Apaan sih, jangan gombal terus deh," ucap Imel sambil menutupi wajahnya menggunakan kedua telapak tangan. Ia merasa malu karena Temmy yang terus menggodanya.

"Cie... malu hahaha." Temmy tertawa puas melihat tingkah Imel yang sedang menahan malu.

"Apaan sih, sana ke kelas nanti dicariin sama gurunya loh," suruh Imel. Imel mencoba kembali seperti biasa.

"Gak ah, kalau aku pergi nanti kamu nyariin lagi," kata Temmy sambil menaik turunkan alisnya.

"Idih kegeeran banget sih."

Temmy hanya memeletkan lidahnya saja setelah ia mendengar ucapan Imel.

Kringgggg…

Bel istirahat berbunyi, seluruh siswa siswi dari jenjang SMP dan SMA berhamburan dari kelasnya. Imel dan Temmy masih berdiri di depan tiang bendera. Mereka asik mengobrol hingga mereka tak sadar jika ada seseorang yang sedang memperhatikan mereka. Dari jauh sana seorang gadis melihat Temmy dan Imel bercanda ria, seorang gadis dengan rambut panjang yang terurai, wajah yang cantik dan mata yang menatap Imel dengan tajam. Imel yang merasa diperhatikan seseorang menyadari jika gadis tadi memperhatikannya.

"Hhhmm Temmy, lo sadar gak sih dari tadi ada yang ngeliatin kita?" tanya Imel.

"Banyak Imel yang ngeliatin kita, ibu-ibu di sana juga ngeliatin kita noh," jawab Temmy sambil menunjuk ibu-ibu yang sedang melihat mereka. Mereka melihat Temmy dan Imel dari kejauhan, merasa heran dengan apa yang kedua anak itu lakukan di depan tiang bendera.

"Kenapa ibu-ibu ngeliatin kita?" tanya Imel bingung.

"Mungkin kita cocok," balas Temmy jahil.

"Apaan sih." Lagi-lagi pipi Imel memerah.

"Lo gampang banget salting ya, Imel?" tanya Temmy sambil mencolek dagu Imel.

"Ah enggak biasa aja!" Imel berusaha untuk setenang mungkin agar Temmy tidak tau jika apa yang dikatakan Temmy benar. Imel termasuk gadis yang sangat mudah salah tingkah. Pipinya selalu memerah jika seorang lelaki menggodanya. Imel benar-benar tidak bisa menutupi hal itu. Temmy yang melihat tingkah Imel hanya bisa cekikikan. Tiba-tiba hape Temmy bergetar, Temmy pun mengambil hapenya yang berada di saku celana. Temmy melihat pesan dari teman sekelasnya.

Tem, buruan ke kelas. Penting!

"Hhmmm Imel, gue ke kelas dulu ya? Ada urusan nanti gue ke sini lagi kok. Jangan kangen yaa? Dahhh," kata Temmy dan ia pun pergi tanpa menunggu jawaban Imel.

"Ya udah sana. Huh aman deh gue. Nyebelin banget tuh cowok bikin gue deg-degan mulu," ujar Imel berbicara sendiri. Tak lama Revi datang menghampiri Imel.

"Imel, kok lo di sini?" tanya Revi yang kebingungan. Ia memang tidak tahu akan hukuman yang Imel terima hari ini.

"Ngapain lo ke sini cewek aneh?" Imel memasang raut wajah kesal, ia masih ingat saat Revi tidak ingin menemaninya bertemu Bu Erina.

"Idih marah Neng? Woles aja keles, ohh gue tau lo lagi dihukum ya? Aduh kasian. Hhmm gue ke kantin dulu ya. Selamat menikmati hukumannya, Sayangku." Revi pun pergi begitu saja.

"APA ITU YANG NAMANYA TEMEN? GAK MAU NEMENIN GUE GITU?" Imel berteriak sekencang mungkin dan membuat Revi membalikkan badannya, ia kembali menghampiri Imel.

"Ya ampun Imel. Ya kali gue nemenin lo, gue laper Imel!" balas Revi sembari memasang wajah memelasnya.

"Ah lo, emang temen yang gak setia!" protes Imel sembari menyilangkan tangan di dada.

"Ahhh Imel jangan marah. Nanti gue ke sini lagi deh kalau gue udah makan. Ya ya ya?" ucap Revi memohon.

"Ihh rese!" Imel pun menoyor kepala Revi. Revi terus memohon-mohon agar ia diizinkan ke kantin oleh Imel, tetapi Imel masih tak mengizinkannya. Sampai saatnya Revi melihat hidung Imel mengeluarkan darah dan wajah Imel mulai memucat.

"Imel, hidung lo…," kata Revi sambil menunjuk hidung Imel.

"Gue tau hidung gue mancung."

"Hidung lo berdarah!" Imel pun mengusap hidungnya dengan tangan dan ia melihat darah itu menempel di tangannya. Imel terkejut melihat darah itu. Perlahan pandangan Imel mulai kabur dan tiba-tiba saja Imel pun tak sadarkan diri. Untung saja Revi berhasil menahan tubuh Imel agar ia tak terjatuh.

"Imel, Imel bangun, Imel. TOLONG…TOLONG… Imel bangun…." Revi terus menggoyangkan tubuh Imel. Ia sangat panik melihat sahabatnya itu pingsan. Selama ini Revi belum pernah melihat Imel pingsan seperti itu.

"Ya ampun Imel kenapa?" tanya Temmy yang tiba-tiba saja datang.

"Gue gak tau. Tolong bantuin Imel!" pinta Revi panik. Ia mulai khawatir dengan keadaan Imel. Temmy pun membopong tubuh Imel dan membawanya ke UKS. Sesampainya di UKS, Imel segera diperiksa oleh salah seorang guru yang memang sudah ahli dalam bidang kesehatan. Sementara itu, Temmy dan Revi menunggu di di depan ruang UKS.

"Lo temennya Imel ya?" tanya Temmy memulai pembicaraan.

"Lebih tepatnya sahabat," jawab Revi.

"Ohh, Imel itu orangnya kayak gimana sih?" tanya Temmy lagi.

"Emang lo mau ngapain nanya-nanya Imel?" Revi balik bertanya dengan nada suara yang agak judes.

***

Bersambung...

[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]

Please, jangan lupa vote & comment. Karena vote & comment anda semua berarti untuk saya.