Sudah hampir jam 7 pagi, Imel masih betah berada di balik selimutnya. Semalam hujan turun dengan deras, membuat udara pada pagi ini terasa lebih dingin dari hari biasanya. Udara dingin seperti ini lah yang membuat Imel enggan untuk keluar dari balik selimut.
Tuk…Tuk…Tuk…
Terdengar jelas suara pintu kamar Imel diketuk oleh seseorang. Perlahan pintu itu terbuka, seseorang memasuki kamar Imel dan membuka tirai jendela. Cahaya matahari yang silau membuat Imel mengernyitkan dahi.
"Hhhhmmmm." Imel menutupi wajah dengan selimut.
"Bangun, Non, udah jam 7. Nona Imel kan harus sekolah," ucap pembantu Imel yang tadi memasuki kamarnya.
"Jam berapa, Bi?" tanya Imel dengan suara parau. Ia sedikit membuka mata, namun ia tak menyingkirkan selimut yang menutupi wajahnya. Lalu ia mengucek mata di dalam selimut.
"Udah jam 7 pagi, Non. Tadi kan Bibi udah bilang," balas pembantu Imel.
"Oh." Imel pun kembali memejamkan matanya, namun tak lama ia kembali membuka mata dan terperajat kaget.
"MAMPUS GUE TELAT!" teriak Imel. Dengan panik, ia segera mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Selesai mandi, Imel merapikan dirinya dan segera mengambil sepotong roti berisikan selai coklat di ruang makan.
"Bi Ati... Mamah sama Papah kemana?" tanya Imel kepada pembantunya yang bernama Ati itu.
"Dari jam 10 malam, Nyonya dan Tuan sudah pergi ke Solo, Non," balas Bi Ati sembari menuangkan susu cair ke dalam gelas.
"What? Kok Imel gak diajak?" tanya Imel. Ia mengambil susu yang telah dituangkan pembantunya, lalu meneguknya hingga setengah gelas.
"Mungkin Nona sudah tidak di anggap hihi," canda Bi Ati yang memiliki nama lengkap Surwati itu.
"Ih Bibi rese! Ya sudah Imel mau sekolah dulu udah telat nih. Dah Bi." Imel pun pamit dan segera pergi ke sekolahnya menggunakan mobil kesayangan. Sesampainya di sekolah, Imel melihat gerbang sekolah yang sudah ditutup rapat.
"Ya ampun…," ucap Imel sambil menepuk jidat.
"Pak bukain gerbangnya dong, Pak satpam ganteng deh." Imel mencoba merayu satpam sekolah yang sedang meminum kopi hitamnya di sebuah pos penjaga yang berdampingan dengan gerbang.
"Aduh Neng bisa aja nih…," balas satpam itu, ia tersipu malu.
"Maaf nih Neng, Bapak tidak bisa membukanya. Ini sudah peraturan sekolah, siapapun siswa yang telat lebih dari 5 menit tidak diperbolehkan masuk," lanjutnya.
"Tapi Pak, aku lagi ada ulangan. Please Pak bukain ya?" mohon Imel.
"Maaf Neng, tetap tidak bisa." Ketika Imel terus menerus memohon kepada satpam agar ia diizinkan masuk, tiba-tiba Pak Choky menghampiri mereka. Pak Choky adalah guru olahraga di sekolah Imel.
"Ada apa ini?" tanya Pak Choky.
"Ini Pak, dia minta dibukain gerbangnya. Padahal dia udah telat 25 menit," jawab satpam itu.
"Oh kamu Imel ya? Anak kelas X-IPA1?" tanya Pak Choky kepada Imel.
"Iya Pak."
"Bukannya saat ini di kelasmu ada Bu Erina yang sedang mengajar?" tanya Pak Choky lagi.
"Iya, Pak. Makanya ini juga buru-buru, apalagi hari ini ada ulangan harian fisika," balas Imel dengan wajah memelas. Ia sangat takut jika Bu Erina memarahinya. Bu Erina memang dikenal sebagai guru fisik yang pemarah.
"Ya udah, kamu sekarang parkirkan mobilmu dan segeralah pergi ke kelas. Setelah itu kamu harus siap menerima hukuman dari Bu Erina," suruh Pak Choky dengan lembut. Pak Choky adalah guru olahraga terbaik dan cukup terkenal di kalangan anak-anak sekolah.
"Makasih banyak Pak." Imel segera mengunci mobilnya dan berlari menuju kelasnya di lantai 3.
Sekolah Imel memang sekolah yang terdiri dari jenjang SD sampai SMA. Sebuah kompleks sekolah yang diberi nama Mega Prima School ini memiliki 5 gedung. Bila kita melihat dari gerbang sekolah, gedung pertama berada di sebelah kiri dengan 2 lantai yang menghadap ke lapangan outdoor. Ruang musik, ruang teater dan ruang serba guna yang berada di lantai atas dan ruang UKS serta ruang ekstrakurikuler seperti OSIS, Pramuka dan PMR berada di lantai bawah. Sedangkan sebelah kanan gerbang terdapat gedung kedua yang terdiri dari 2 lantai. Ada 4 ruangan di gedung kedua ini, dua ruangan atas terdapat lab. komputer dan perpustakaan sedangkan dua ruangan dibawah dipakai untuk toilet dan ruang guru yang mengajar siswa siswi di Sekolah Dasar Mega Prima.
Gedung ketiga atau gedung SD berada di sebelah kanan gedung kedua. Gedung ketiga ini memiliki 3 lantai. Masing-masing lantai memiliki 8 ruangan yang semuanya digunakan untuk ruang kelas. Gedung keempat atau gedung SMP berada di sebelah kiri gedung pertama. Gedung keempat ini juga memiliki 3 lantai. Lantai pertama terdapat ruang guru untuk SMP, ruang tata usaha, lab. komputer, lab. IPA, perpustakaan dan toilet sedangkan lantai dua dan tiga terdapat ruang kelas untuk siswa siswi kelas 7 sampai 9. Dan terakhir, gedung kelima atau yang biasa disebut gedung SMA ini berhadapan dengan gerbang sekolah. Gedung kelima ini sama seperti gedung keempat, memiliki 3 lantai.
SMA Mega Prima memiliki 2 jurusan, IPA dan IPS. Di belakang gedung kelima pun terdapat lapangan indoor yang sengaja disiapkan oleh pihak sekolah untuk siswa-siswinya yang ingin berolahraga di dalam ruangan. Gedung indoor biasanya hanya digunakan untuk anak-anak yang ingin mengikuti lomba, mereka akan menggunakan gedung indoor untuk latihan. Sudah banyak piala yang diraih oleh beberapa siswa dan siswi di sekolah ini. Berbagai lomba di bidang olahraga pun sudah diikuti oleh semua anak yang selalu menggunakan gedung indoor ini. Bahkan, menang dan kalah sudah menjadi makanan mereka sehari-hari.
Di sebelah kiri gedung kelima ini juga ada sebuah kantin yang dibuat seperti cafe. Tak hanya itu, seluruh ruangan di sekolah ini sudah difasilitasi oleh AC dan CCTV. Sungguh sekolah yang menarik dan berkelas. Tak heran jika banyak orangtua yang menginginkan anak-anaknya bersekolah di sini. Biaya yang dikeluarkan untuk bersekolah di tempat ini memang cukup mahal, namun sepadan dengan semua fasilitas yang diberikan. Begitupun dengan guru-guru yang mengajar, mereka sudah dipastikan memiliki ilmu yang cukup untuk mengajar anak-anak muridnya. Dapat dipastikan pula jika guru-guru di sekolah ini bukanlah guru honorer. Mereka semua sudah mendapatkan sertifikat mengajar dan memiliki jabatan sebagai pegawai negeri sipil.
Dengan nafas yang terengah-engah, Imel pun sampai di lantai 3, tepatnya di depan ruang kelas X-IPA1 yang pintunya tertutup rapat. Imel menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Ia mencoba mengetuk pintu dan membukanya. Terlihat semua teman-teman Imel memandangnya heran, Bu Erina pun memandang Imel dengan tatapan tajam. Bu Erina adalah guru fisika Imel yang sangat amat menyebalkan. Bu Erina pun menghampiri Imel yang sedang berdiri kaku di depan kelas. Imel menundukkan kepala, ia tak ingin melihat wajah menyeramkan milik Bu Erina.
***
Bersambung...
[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]
Please, jangan lupa vote & comment. Karena vote & comment anda semua berarti untuk saya.